MUTAQOD 50 Dan
64 (DOKTRIN TAUHID DASAR)
MENGENAL ILMU
SYAREAT-TAREQAT DAN HAKEKAT DASAR
MENGENAL SIFAT ALLAH YANG WAJIB – MUSTAHIL DAN JA’IZ ( ILMU TAUHID DASAR)
AQIDAH DASAR AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH YANG TERANGKUM DALAM MUTAQOD 50 & 64
MENGENAL SIFAT ALLAH YANG WAJIB – MUSTAHIL DAN JA’IZ ( ILMU TAUHID DASAR)
AQIDAH DASAR AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH YANG TERANGKUM DALAM MUTAQOD 50 & 64
Islam adalah
agama para Rasul sejak dahulu kala dari Nabi Adam,Nuh,Ibrahim,Musa,Yesus hingga
Muhammad SAW.Tuhan menamakannya
“GOLONGAN MUSLIMIN”,orang-orang kuno menyebutnya “MUSALMAN” dan sejak
Muhammad,agama para Rasul itu diberi nama “Islam”.
Bagi orang-orang yang telah aqil baligh laki-laki maupun perempuan dan telah memantapkan diri menyatakan “KEMBALI” beriman islam serta menjadikan Islam sebagai agama dan keyakinannya hingga akhir hayat,maka sebelum mendalami ilmu-ilmu agama Islam lebih lanjut hendaknya terlebih dahulu mengetahui,mempelajari dan memahami doktrin dasar konsep ketuhanan dalam Islam (TAUHID).Maka sangatlah disayangkan bila kita telah jauh mempelajari berbagai ilmu dalam,kebatinan,yang makrifat ini,makrifat itu,dsb,tetapi tidak mengetahui ilmu Tauhid dasar ini.Bahkan pada pendapat ulama tertentu,bagi seseorang yang telah mengaku beragama Islam dan telah mencapai tingkatan tertentu namun tidak mengerti ilmu Mutaqod ini,maka ritual ibadah sholatnya dari sejak berwudhu hingga akhir salamnya tidaklah dianggap syah.
Bagi orang-orang yang telah aqil baligh laki-laki maupun perempuan dan telah memantapkan diri menyatakan “KEMBALI” beriman islam serta menjadikan Islam sebagai agama dan keyakinannya hingga akhir hayat,maka sebelum mendalami ilmu-ilmu agama Islam lebih lanjut hendaknya terlebih dahulu mengetahui,mempelajari dan memahami doktrin dasar konsep ketuhanan dalam Islam (TAUHID).Maka sangatlah disayangkan bila kita telah jauh mempelajari berbagai ilmu dalam,kebatinan,yang makrifat ini,makrifat itu,dsb,tetapi tidak mengetahui ilmu Tauhid dasar ini.Bahkan pada pendapat ulama tertentu,bagi seseorang yang telah mengaku beragama Islam dan telah mencapai tingkatan tertentu namun tidak mengerti ilmu Mutaqod ini,maka ritual ibadah sholatnya dari sejak berwudhu hingga akhir salamnya tidaklah dianggap syah.
Tulisan ini disusun dan dirangkum
berdasar sumber alim ulama,dari kitab asli berhuruf dan berbahasa jawa dan dari
sumber lain,yang kemudian aku translit ke dalam bahasa Indonesia dengan susunan
bahasa yang simple agar mudah dipahami oleh public.Kemudian sebuah saran dariku
pada para sahabat,jika hendak memperdalam lebih lanjut tentang ilmu Mutaqod
ini,maka hendaknya mengambil seorang pembimbing untuk memandunya,agar
mendapatkan pemahaman yang komprehensif.
Sebelum lebih jauh dengan ilmu Mutaqod yang 50 & 64,maka terlebih dahulu harus memahami pokok-pokok ilmu Tauhid yang terangkum dalam Sifat Allah yang 50 ,sebab pemahaman tentang Mutaqod 50 & 64 ini sangat berkaitan erat dengan sifat-sifat dan dzat Allah SWT.
Sebelum lebih jauh dengan ilmu Mutaqod yang 50 & 64,maka terlebih dahulu harus memahami pokok-pokok ilmu Tauhid yang terangkum dalam Sifat Allah yang 50 ,sebab pemahaman tentang Mutaqod 50 & 64 ini sangat berkaitan erat dengan sifat-sifat dan dzat Allah SWT.
URUTAN MUTAQOD YANG 50 & 64 ADALAH SBB :
I. MENGENAL SIFAT ALLAH DAN SIFAT ORANG AGUNG PARA RASUL :
Sifat Allah dan sifat orang agung
para Rasul yang 50 atau juga yang merupakan doktrin dasar dari 50 AQIDAH AHLI
SUNNAH WAL JAMA’AH yang dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu:
1. Aqidah Ilahiyyah
2. Aqidah Nubuwwiyah
2. Aqidah Nubuwwiyah
1. AQIDAH ILAHIYYAH TERDAPAT 41 SIFAT,YANG TERBAGI KE DALAM 3
MACAM SIFAT ,YAKNI :
(1). Sifat Wajib yang 20
(2). Sifat Mustahil yang 20
(3). Satu Sifat Ja’iz
(2). Sifat Mustahil yang 20
(3). Satu Sifat Ja’iz
2. AQIDAH NUBUWIYYAH TERDAPAT 9 SIFAT,YANG TERBAGI KE DALAM 3
MACAM SIFAT ,YAKNI :
(1). Sifat wajib bagi para Nabi dan Rasul ada 4 sifat.
(2). Sifat Mustahil bagi para Nabi dan Rasul yang 4
(3). Sifat Ja’iz bagi para Nabi dan Rasul yang 1
(2). Sifat Mustahil bagi para Nabi dan Rasul yang 4
(3). Sifat Ja’iz bagi para Nabi dan Rasul yang 1
II. MENGENAL
ILMU MUTAQOD YANG 50 & 64
PENDAHULUAN
-Ilmu Mutaqod
adalah merupakan pokok-pokok ilmu Tauhid yang mempelajari tentang sifat-sifat
Allah dan para rasul-Nya, baik sifat-sifat yang wajib, mustahil maupun ja’iz,
yang jumlah semuanya ada 50 sifat. Sifat yang wajib bagi Allah ada 20 sifat dan
sifat yang mustahil ada 20 sifat serta sifat yang ja’iz ada 1 sifat. Begitupula
sifat yang wajib bagi para rasul ada 4 sifat (sidiq. tabligh, amanah, dan
fathanah) dan sifat yang mustahil ada 4 sifat (kidzb / bohong,kitman /
menyembunyikan, khianat, dan bodoh) serta sifat yang ja’iz ada 1 sifat. Maka
jumlah total adalah 50,yang disebut Mutaqod 50, yang merupakan manifestasi dari
penjabaran makna,“LAA ILAHA ILLALLAHU”.
-Kemudian
ditambah lagi dengan Mutaqod yang 14,yang merupakan manifestasi dari penjabaran
makna,“ MUHAMMADUN
RASUULULLOH SHOLLALLAAHU ALAIHI WA SALAM “,yang mewakili
sifat para Rasul keseluruhan ,terdiri dari :
PENJABARAN DARI MAKNA “MUHAMMADUN”
-Yang Wajib :
-Yang Wajib :
(1). SIDIQ,
(2). AMANAH,
(3). TABLIGH,
(4). FATONAH.
(2). AMANAH,
(3). TABLIGH,
(4). FATONAH.
- YANG MUSTAHIL
ADA :
(1). KIDZIB,
(2). KHIYANAT,
(3). KITMAN,
(4). BALADAH.
(1). KIDZIB,
(2). KHIYANAT,
(3). KITMAN,
(4). BALADAH.
-DAN SATU
YANG JA’IZ :
(1). WUQUU’UL A’ROODHIL BA- SYARIYYATI LAHUM,
(1). WUQUU’UL A’ROODHIL BA- SYARIYYATI LAHUM,
Sehingga mustahil bersifat yang ini :
(1). ITTISHOOFUHUM BI SIFAATIL ULUHIYYAH AU BISIFAATIL
MALAAIKAT.
-Kemudian ditambah dengan Mutaqod
yang merupakan PENJABARAN DARI MAKNA, “MUHAMMADUN
ROSULULLOH” :
(1). AL IMAANU BI SAA-IRIL AMBIYAA
(2). AL IMAANU BI SAA-IRIL MALAAIKAt
(3). AL IMAANU BI SAA-IRIL KUTUBIS SAMAWIYAH
(4). AL IMAANU BI YAUMIL AKHIR
(1). AL IMAANU BI SAA-IRIL AMBIYAA
(2). AL IMAANU BI SAA-IRIL MALAAIKAt
(3). AL IMAANU BI SAA-IRIL KUTUBIS SAMAWIYAH
(4). AL IMAANU BI YAUMIL AKHIR
Maka jumlah
total Mutaqod 64,penjabaran selengkapnya berikut dibawah ini :
Note :
1. Sifat Mutaqod yang 50 ini juga dinamakan “Aqidatul Khomsin”, Artinya: Lima puluh Aqidah.
2. Objek atau Sasaran Ilmu Tauhid adalah Dzat Allah dan sifat-sifat Allah.
3. Penyusun dan pengumpul Ilmu Tauhid dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari (260 H – 330 H / 873 M – 947 M ) dan Imam Abul Manshur Al-Mathuridi ( 238 – 333 H / 852 – 944 M ).
4. Hukum Mempelajari Ilmu Tauhid adalah Wajib ‘ain dengan dalil ijmali (global) dan wajib kifayah dengan dalil tafshili.
5. Nama lain Ilmu Tauhid adalah Ilmu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Ilmu ‘Aqa’id.
6. Hubungan Ilmu Tauhid dengan Ilmu-ilmu lain adalah ilmu Tauhid merupakan sumber untuk cabang-cabang ilmu lainnya.
7. Referensi pengambilan Ilmu Tauhid adalah Diambil dari Al-Qur’an, Al-Hadits, dan akal yang sehat(Ijma’,Qiyas).
9. Faedah memahami dan melaksanakan Ilmu Tauhid adalah keabsahan serta kemantapan keimanan yang tak diragukan lagi didalam melaksanakan amal-amal kebajikan / amal shaleh di dunia.
10. Puncak Mempelajari Ilmu Tauhid adalah Memperoleh kebahagian, baik di dunia maupun akherat dan mendapat ridha dari Allah swt serta mendapat tempat di kerajaan syorga-Nya.
1. Sifat Mutaqod yang 50 ini juga dinamakan “Aqidatul Khomsin”, Artinya: Lima puluh Aqidah.
2. Objek atau Sasaran Ilmu Tauhid adalah Dzat Allah dan sifat-sifat Allah.
3. Penyusun dan pengumpul Ilmu Tauhid dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari (260 H – 330 H / 873 M – 947 M ) dan Imam Abul Manshur Al-Mathuridi ( 238 – 333 H / 852 – 944 M ).
4. Hukum Mempelajari Ilmu Tauhid adalah Wajib ‘ain dengan dalil ijmali (global) dan wajib kifayah dengan dalil tafshili.
5. Nama lain Ilmu Tauhid adalah Ilmu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Ilmu ‘Aqa’id.
6. Hubungan Ilmu Tauhid dengan Ilmu-ilmu lain adalah ilmu Tauhid merupakan sumber untuk cabang-cabang ilmu lainnya.
7. Referensi pengambilan Ilmu Tauhid adalah Diambil dari Al-Qur’an, Al-Hadits, dan akal yang sehat(Ijma’,Qiyas).
9. Faedah memahami dan melaksanakan Ilmu Tauhid adalah keabsahan serta kemantapan keimanan yang tak diragukan lagi didalam melaksanakan amal-amal kebajikan / amal shaleh di dunia.
10. Puncak Mempelajari Ilmu Tauhid adalah Memperoleh kebahagian, baik di dunia maupun akherat dan mendapat ridha dari Allah swt serta mendapat tempat di kerajaan syorga-Nya.
Maka hal Demikian, telah menjadi kesepakatan para Ulama alim
terdahulu dan ulama masa kini yang merekomendasikannya,sebagai ciri ciri Islam
yang berasaskan Ahl sunnah wal jama’ah.
Islam Ahlussunnah wal Jama’ah adalah Islam yang merefleksikan 4
ciri sbb :
1. berpedoman pada Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
2. Di bidang Fiqih, mendasari segala amaliah syareatnya pada madzhab yang empat ( ImamHanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hanbali).
3. Di bidang Aqidah, berpegang teguh pada faham TAUHID / Monotheisme.
4. Di bidang Tasawuf, mengikuti jejak langkah para Waliyullah yang haq.
2. Di bidang Fiqih, mendasari segala amaliah syareatnya pada madzhab yang empat ( ImamHanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hanbali).
3. Di bidang Aqidah, berpegang teguh pada faham TAUHID / Monotheisme.
4. Di bidang Tasawuf, mengikuti jejak langkah para Waliyullah yang haq.
III. ILMU
MUTAQOD YANG 50 DIBAGI KE DALAM 2 KELOMPOK BESAR YAKNI :
1.Penjabaran dari makna ISTIGHNA’ (manifestasi sifat ke-maha kaya
Allah)
2. Penjabaran dari makna IFTIQOR, (manifestasi sifat ke-maha berkehendak Allah)
2. Penjabaran dari makna IFTIQOR, (manifestasi sifat ke-maha berkehendak Allah)
ADAPUN MUTAQOD YANG MERUPAKAN PEMAHAMAN DARI MAKNA ISTIGHNA’,ADA
28,YANG TERBAGI KE DALAM :
Mutaqod dengan sifat WAJIB ada 14,berikut macamnya :
(1). WUJUD,
(2). QIDAM,
(3). BAQO’,
(4). MUKHOLAFATU LIL HAWADITSI,
(5). QIYAMUHU ta’ala BINAFSIHI,
(6). SAMA’,
(7). BASHOR,
(8). KALAM,
(9). SAMIAN,
(10). BASHIRON,
(11). MUTAKALLIMAN,
(12). ANNAHU LA YAJIBU ALAIHI TA’ALA FI’LU SYAI-IN,
(13). TANAZ-ZAHU-HU TA’ALA ANIL AGHROODHI FI AF’AALIHI WA AH KAA-MI-HI,
(14). LA TA’TSIIRO LI SYAI-IN MINAL KAA- INAATI BI QUWWATIHI.
(1). WUJUD,
(2). QIDAM,
(3). BAQO’,
(4). MUKHOLAFATU LIL HAWADITSI,
(5). QIYAMUHU ta’ala BINAFSIHI,
(6). SAMA’,
(7). BASHOR,
(8). KALAM,
(9). SAMIAN,
(10). BASHIRON,
(11). MUTAKALLIMAN,
(12). ANNAHU LA YAJIBU ALAIHI TA’ALA FI’LU SYAI-IN,
(13). TANAZ-ZAHU-HU TA’ALA ANIL AGHROODHI FI AF’AALIHI WA AH KAA-MI-HI,
(14). LA TA’TSIIRO LI SYAI-IN MINAL KAA- INAATI BI QUWWATIHI.
Mutaqod dengan sifat MUSTAHIL DARI PEMAHAMAN MAKNA
ISTIGHNA’,ADA 14,BERIKUT MACAMNYA :
(1). ADAM,
(2). HUDUTS,
(3). FANA,
(4). MUMATSA LATU LIL HAWADITSI,
(5). IFTIQOR,
(6). SOMAMUN,
(7). ‘AMAN,
(8). BAKAMUN,
(9). ASOMMA,
(10). A’MMA,
(11). AB-KAMA,
(12). WUJUUBU FI’LI SYAI-IN,
(13). FI’LU SYAI’- IN LI GHORDHIN,
(14). TA’TSIIRU SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI QUWWATIHI.
(1). ADAM,
(2). HUDUTS,
(3). FANA,
(4). MUMATSA LATU LIL HAWADITSI,
(5). IFTIQOR,
(6). SOMAMUN,
(7). ‘AMAN,
(8). BAKAMUN,
(9). ASOMMA,
(10). A’MMA,
(11). AB-KAMA,
(12). WUJUUBU FI’LI SYAI-IN,
(13). FI’LU SYAI’- IN LI GHORDHIN,
(14). TA’TSIIRU SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI QUWWATIHI.
SEDANGKAN MUTAQOD YANG MERUPAKAN
PEMAHAMAN DARI MAKNA “IFTIQOR”,ADA 22 sbb :
YANG WAJIB ADA 11,BERIKUT MACAMNYA :
(1). WAHDANIYAT,
(2). QUDROT,
(3). IRODAT,
(4). ILMU,
(5). HAYAT,
(6). QODIRON,
(7). MURIDAN,
(8). ALIMAN,
(9). HAYYAN,
(10). LA TA’TSIRO LI SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI THOB-‘IHI,
(11). HUDUTSUL ‘ALAMI BI ASRI-HI.
(1). WAHDANIYAT,
(2). QUDROT,
(3). IRODAT,
(4). ILMU,
(5). HAYAT,
(6). QODIRON,
(7). MURIDAN,
(8). ALIMAN,
(9). HAYYAN,
(10). LA TA’TSIRO LI SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI THOB-‘IHI,
(11). HUDUTSUL ‘ALAMI BI ASRI-HI.
DAN YANG MUSTAHIL ADA 11 , BERIKUT MACAMNYA :
(1). TA’AD-DUD,
(2). AJZUN,
(3). KAROOHATUN,
(4). JAHLUN,
(5). MAUTUN,
(6). ‘AJIZAN,
(7). KAARIHAN,
(8). JAA-HILAN,
(9). MAY-YITAN,
(10).TA’TSIIRO SYAI-IN MINAL KA INAATI BI THOB-‘IHI,
(11).QODIMUL ‘ALAM.
(1). TA’AD-DUD,
(2). AJZUN,
(3). KAROOHATUN,
(4). JAHLUN,
(5). MAUTUN,
(6). ‘AJIZAN,
(7). KAARIHAN,
(8). JAA-HILAN,
(9). MAY-YITAN,
(10).TA’TSIIRO SYAI-IN MINAL KA INAATI BI THOB-‘IHI,
(11).QODIMUL ‘ALAM.
Maka jika dijumlah Mutaqod 28
yang merupakan penjabaran dari makna ISTIGHNA’ dengan Mutaqod 22 yang merupakan
penjabaran dari makna IFTIQOR,jumlah totalnya adalah 50 Mutaqod .
Dan dari Mutaqod jumlah 50 tersebut adalah merupakan penjabaran global dari makna kalimat :
“LAA ILAHA ILLALLAH”.
Dan dari Mutaqod jumlah 50 tersebut adalah merupakan penjabaran global dari makna kalimat :
“LAA ILAHA ILLALLAH”.
(makna Istighna
mewakili kalimat “LAA ILAHA”,sedangkan makna Iftiqor mewakili
kalimat“ILLALLAH”).
IV. BERIKUTNYA
ADALAH MUTAQOD YANG 14 ,YANG JUGA DISEBUT MUTAQOD NUBUWIYYAH :
Mutaqod yang merupakan penjabaran
dari makna kalimat MUHAMMADURRASULULLAH, yang mewakili
keseluruhan para Rasul,itu ada 14 macam terdiri dari :
“TSUBUU-TUR RISAA-LATI LI SAYYIDINA MUHAMMADIN”.
“TSUBUU-TUR RISAA-LATI LI SAYYIDINA MUHAMMADIN”.
PENJABARAN DARI MAKNA
“MUHAMMADIN”
– SIFAT WAJIBNYA :
– SIFAT WAJIBNYA :
(1). SIDDIQ,
(2). AMANAH,
(3).TABLIGH,
(4).FATONAH.
(2). AMANAH,
(3).TABLIGH,
(4).FATONAH.
– SIFAT MUSTAHIL NYA :
(1).KIDZIB,
(2).KHIYANAT,
(3).KITMAN,
(4).BALADAH.
(2).KHIYANAT,
(3).KITMAN,
(4).BALADAH.
-DAN SATU
YANG JA’IZ :
(1). WUQUU’UL A’ROODHIL BA- SYARIYYATI LAHUM,
(1). WUQUU’UL A’ROODHIL BA- SYARIYYATI LAHUM,
Sehingga mustahil bersifat yang ini :
(1). ITTISHOOFUHUM BI SIFAATIL ULUHIYYAH AU BISIFAATIL
MALAAIKAT.
-Kemudian ditambah dengan Mutaqod
yang merupakan penjabaran dari makna kalimat,“MUHAMMADUN ROSULULLOH” :
(1). AL IMAANU BI SAA-IRIL AMBIYAA
(2). AL IMAANU BI SAA-IRIL MALAAIKAT
(3). AL IMAANU BI SAA-IRIL KUTUBIS SAMAWIYAH
(4). AL IMAANU BI YAUMIL AKHIR
(2). AL IMAANU BI SAA-IRIL MALAAIKAT
(3). AL IMAANU BI SAA-IRIL KUTUBIS SAMAWIYAH
(4). AL IMAANU BI YAUMIL AKHIR
-Maka jumlah
Mutaqod yang 14 tersebut yang merupakan penjabaran makna dari kalimat“MUHAMMADUN ROSULULLOH”,dengan Mutaqod yang 50 yang merupakan
penjabaran makna dari kalimat “LAA ILAHA ILLALLAH”,maka jumlah
total Mutaqod ada 64.
-Dari Mutaqod keseluruhan yang 64 ini wajib diketahui dan
dipahami oleh orang-orang Mukallaf semua,berikut dalil dan tafsirnya sekalian.
V. PENJABARAN
TERPERINCI MUTAQOD 50 & 64
Para
Mukallaf,ketahuilah sesungguhnya kewajiban pertama bagi orang yang telah aqil
baligh (Dewasa),adalah memeluk agama Islam dan menetapi Islam sebagai agamanyaselamanya.Cara masuk ke agama Islam sangat mudah
yakni cukup dengan mengucapkan kalimat Syahadat yang dua dan mengerti akan maknanya.Sebab kurang sempurna menurut kaidah
madzhab jika seseorang telah berikrar syahadat namun tidak memahamimaknanya.Oleh karena itu wahai para saudara
muslim,mari kita giatkan dalam memberi pengajaran agama kepada anak kita serta
kepada para tetangga kita, tentang pentingnya makna syahadat yang dua tersebut.Sebab banyak orang yang telah mengaku
beragama Islam tetapi tidak paham atau tidak mengetahui arti syahadat tersebut.
1. MENGUCAPKAN
KALIMAT SYAHADAT :
Berikut lafaz Syahadat yang dua
dan artinya :
‘ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLOH’
‘ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLOH’
Teks asli dari kitab :
“Nekseni ingsun lan neqodaken ingsun kelawan ati ingsun ing satuhune kelakuhan iku ora nono dzat kang wajib den sembah kelawan haq ing ndalem wujude angeng Allah, Allah kang wajib anane kang muhal ora anane. Kang wus agawe Allah ing pitung langit lan pitung bumi lan sak isine pisan lan kang murba mesesa Allah ing makhluk kabeh. Lan malih nekseni ingsun lan neqodaken ingsun kelawan ati ingsun ing satuhune kanjeng Nabi Muhammad iku utusane Allah lan dadi kawulane Allah”.
“Nekseni ingsun lan neqodaken ingsun kelawan ati ingsun ing satuhune kelakuhan iku ora nono dzat kang wajib den sembah kelawan haq ing ndalem wujude angeng Allah, Allah kang wajib anane kang muhal ora anane. Kang wus agawe Allah ing pitung langit lan pitung bumi lan sak isine pisan lan kang murba mesesa Allah ing makhluk kabeh. Lan malih nekseni ingsun lan neqodaken ingsun kelawan ati ingsun ing satuhune kanjeng Nabi Muhammad iku utusane Allah lan dadi kawulane Allah”.
Translit :
(1) .“Dengan ini aku menyatakan bersaksi lahir batin bahwa sesungguhnya laku perbuatan itu ,”tidak ada dzat yang wajib disembah dengan haq segala bentuk apapun melainkan hanya kepada Allah Ta’ala”.Keberadaan Allah adalah wajib,sedang ketiadaan-Nya adalahmustahil.Sebab Allah adalah yang telah menciptakan 7 lapis langit dan bumi serta isinya dan berkuasa atas seluruh makhluk-Nya.
(1) .“Dengan ini aku menyatakan bersaksi lahir batin bahwa sesungguhnya laku perbuatan itu ,”tidak ada dzat yang wajib disembah dengan haq segala bentuk apapun melainkan hanya kepada Allah Ta’ala”.Keberadaan Allah adalah wajib,sedang ketiadaan-Nya adalahmustahil.Sebab Allah adalah yang telah menciptakan 7 lapis langit dan bumi serta isinya dan berkuasa atas seluruh makhluk-Nya.
(2). ”Dan aku menyatakan bersaksi
lahir batin bahwa sesungguhnya Baginda Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah
serta hamba Allah”.
Baginda Nabi Muhammad itu seorang laki-laki yang merdeka,berkebangsaan Arab dan anak keturunan Nabi Adam.Ayahandanya bernama Kyai Abdullah,Ibundanya bernama Nyai Siti Aminah,kakeknya bernama Abdul Muthalib,moyangnya bernama Kyai Hasyim,Canggahnya bernama Kyai Abdul Manaf.
Baginda Nabi Muhammad diutus ke dunia untuk seluruh umat manusia,bangsa Jin dan Malaikat serta alam semesta guna menyampaikan ajaran ilmu syareat,Thareqat dan Hakekat,yakni yang meliputi :
Baginda Nabi Muhammad itu seorang laki-laki yang merdeka,berkebangsaan Arab dan anak keturunan Nabi Adam.Ayahandanya bernama Kyai Abdullah,Ibundanya bernama Nyai Siti Aminah,kakeknya bernama Abdul Muthalib,moyangnya bernama Kyai Hasyim,Canggahnya bernama Kyai Abdul Manaf.
Baginda Nabi Muhammad diutus ke dunia untuk seluruh umat manusia,bangsa Jin dan Malaikat serta alam semesta guna menyampaikan ajaran ilmu syareat,Thareqat dan Hakekat,yakni yang meliputi :
(1). Rukun Islam,Iman dan Ihsan.
(2). Dengan hati yang ridho diri ini di tuhani oleh Allah,Rabb,Tuhan semesta alam.
(3). Dengan hati yang ridho pula diri ini di pimpin oleh rasul Muhammad SAW.
(4). Dengan hati yang ridho pula diri ini di agamai oleh agama Islam yang lebih haq.
(5). Dan dengan hati yang ridho pula diri ini di pedomani tuntunan kitab suci Al-Qur’an.
(2). Dengan hati yang ridho diri ini di tuhani oleh Allah,Rabb,Tuhan semesta alam.
(3). Dengan hati yang ridho pula diri ini di pimpin oleh rasul Muhammad SAW.
(4). Dengan hati yang ridho pula diri ini di agamai oleh agama Islam yang lebih haq.
(5). Dan dengan hati yang ridho pula diri ini di pedomani tuntunan kitab suci Al-Qur’an.
2. PERSAKSIAN
TERHADAP AQIDAH ULUHIYYAH (POKOK-POKOK TAUHID) :
‘AWWALU WAJIBIN
‘ALAL INSAANI MA’RIFATUL ILAAHI BIS TIQAANI’
-Hal utama perkara wajib atas
orang-orang yang telah baligh laki-laki dan perempuan itu harus mengetahui
terhadap Tuhannya dengan rasa penuh keyakinan berdasar dalil atau ayat-ayat
yang telah tertulis dalam Al-Qur’an,dengan mengetahui pula beberapa sifat wajib
zat Allah dan mengetahui sifat-sifat mustahil bagi Allah atas dzat-Nya serta
mengetahui dzat Allah yang Ja’iz.
- Dan wajib juga atas orang-orang
yang telah aqil baligh laki-laki dan perempuan itu harus mengetahui beberapa
sifat wajib atas akhlak para manusia agung dan mulia yakni para Rasul-rasul-Nya
serta wajib mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi laku perbuatan orang
agung para rasul tersebut dan mengetahui pula perkara yang telah menjadi
kewenangan atas laku perbuatan orang agung para rasul tersebut.
Dan harus mengetahui batas-batasnya (hukum) yang wajib,yang mustahil serta yang Ja’iz ,berikut macamnya :
Dan harus mengetahui batas-batasnya (hukum) yang wajib,yang mustahil serta yang Ja’iz ,berikut macamnya :
(1). HAL WAJIB BAGI ALLAH :
-Fal Waajibu Maa Laa Yaqbalul Intifaa-
Batasan dari Wajib ‘Aqli yaitu perkara yang tiada diterima ‘aqal akan tiadanya, hakikatnya mesti menerima ada.Yang demikian wajib bagi Allah s.w.t. bersifat qidam maka maksudnya ialah mesti ada Allah s.w.t bersifat qidam.
-Fal Waajibu Maa Laa Yaqbalul Intifaa-
Batasan dari Wajib ‘Aqli yaitu perkara yang tiada diterima ‘aqal akan tiadanya, hakikatnya mesti menerima ada.Yang demikian wajib bagi Allah s.w.t. bersifat qidam maka maksudnya ialah mesti ada Allah s.w.t bersifat qidam.
(2). HAL MUSTAHIL BAGI ALLAH :
-Wal mustahiilu maa laa yaqbaluts tsubuta
Batasan dari perkara mustahil ‘Aqli adalah perkara yang tidak diterima ‘aqal akan adanya , hakikatnya mesti tiada . Yang demikian mustahil Allah s.w.t. bersifat baharu maka maksudnya tidak sekali-kali Allah s.w.t. itu bersifat baharu.
-Wal mustahiilu maa laa yaqbaluts tsubuta
Batasan dari perkara mustahil ‘Aqli adalah perkara yang tidak diterima ‘aqal akan adanya , hakikatnya mesti tiada . Yang demikian mustahil Allah s.w.t. bersifat baharu maka maksudnya tidak sekali-kali Allah s.w.t. itu bersifat baharu.
(3). HAL JA’IZ BAGI ALLAH :
-Wal jaa-izu maa yaqbaluts tsubuuta wal intifaa-a ‘ala sabiilit tanaawuba
Batasan dari perkara Ja’is Aqli yaitu perkara yang diterima ‘aqal adanya dan tiadanya, maka hakikatnya boleh menerima ada dan tiada seperti keadaan seseorang itu adakalanya boleh bergerak atau diam.
-Wal jaa-izu maa yaqbaluts tsubuuta wal intifaa-a ‘ala sabiilit tanaawuba
Batasan dari perkara Ja’is Aqli yaitu perkara yang diterima ‘aqal adanya dan tiadanya, maka hakikatnya boleh menerima ada dan tiada seperti keadaan seseorang itu adakalanya boleh bergerak atau diam.
3. PENJABARAN
TERHADAP MUTAQOD DARI AQIDAH ULUHIYYAH :
Terdiri dari :
Terdiri dari :
-Sifat wajib atas dzat Allah itu 20,yang mustahil atas dzat
Allah itu 20,yang Ja’iz ada satu,maka jumlah semua 41,berikut macamnya :
SIFAT WAJIB
ALLAH YANG 20 :
1. WUJUD
-Artinya perkara yang wajib adanya Allah,dan mustahil tidak ada
Allah.
-Allah itu maujud, sedangkan maujudnya Allah tidak dapat disamakan dengan makhluk. Masalah “MAUJUD” diterangkan di dalam kitab “Syarah Shawi ‘ala Jauharatut Tauhid” karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki Ash-Shawi halaman 154.
-Allah itu maujud, sedangkan maujudnya Allah tidak dapat disamakan dengan makhluk. Masalah “MAUJUD” diterangkan di dalam kitab “Syarah Shawi ‘ala Jauharatut Tauhid” karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki Ash-Shawi halaman 154.
Maujud itu terbagi kepada 4 bagian besar, yaitu:
مستغن عن المحل و
المخصص معا
(1).Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada tempat atau dzat dan sang pencipta, yaitu Dzat Allah.
و مستغن عن المخصص فقط
(2).Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada sang pencipta saja, yaitu sifat-sifat Allah.
و مفتقر للمخصص فقط
(3).Artinya: Maujud yang butuh kepada sang pencipta saja dzat-dzat makhluk (alam semesta).
و مفتقر لهما
(4).Artinya: Maujud yang butuh kepada dzat dan sang pencipta, yaitu sifat-sifat makhluk (alam semesta).
(1).Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada tempat atau dzat dan sang pencipta, yaitu Dzat Allah.
و مستغن عن المخصص فقط
(2).Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada sang pencipta saja, yaitu sifat-sifat Allah.
و مفتقر للمخصص فقط
(3).Artinya: Maujud yang butuh kepada sang pencipta saja dzat-dzat makhluk (alam semesta).
و مفتقر لهما
(4).Artinya: Maujud yang butuh kepada dzat dan sang pencipta, yaitu sifat-sifat makhluk (alam semesta).
Adapun dalil bahwa Allah itu tidak butuh kepada tempat atau
dzat, yaitu:
لو احتاج الى محل لكان صفة, و لو كان صفة لم يكن متصفا بصفات المعانى و المعنوية, والفرض أنه متصف بها, و الا لما وجد العالم , فبطل كونه صفة و ثبت كونه ذاتا
لو احتاج الى محل لكان صفة, و لو كان صفة لم يكن متصفا بصفات المعانى و المعنوية, والفرض أنه متصف بها, و الا لما وجد العالم , فبطل كونه صفة و ثبت كونه ذاتا
ِArtinya: Seandainya Allah itu butuh kepada tempat atau dzat,
maka Allah itu sifat. Sedangkan, seandainya Allah itu sifat, maka Allah itu
tidak kesifatan dengan sifat-sifat “Ma’ani dan Ma’nawiyah”. Padahal
sesungguhnya Allah itu kesifatan dengan sifat-sifat tersebut (Ma’ani dan
Ma’nawiyah). Dan seandainya Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat
tersebut, maka sesungguhnya tidak akan ada alam semesta. Dengan demikian,
batallah atau tidak benar adanya Allah itu sifat, dan tetap atau benarlah
adanya Allah itu Dzat
2. QIDAM,
-Artinya wajib atas Yang awal
Allah dan yang tak ada mulainya,serta mustahil adanya “baru ada” Allah.
Adalah : Tiada awal (permulaan). Pengertian Allah bersifat dengan Qidam adalah : Tiada awal atau permulaan pada wujud Allah. Berbeda dengan wujud kita, dimana wujud kita mempunyai awal yaitu dari “nuthfah” (zigot : sel yang terbentuk sebagai hasil bersatunya dua sel kelamin (sperma/mani laki-laki dan ovum/mani perempuan) yang telah masak).
Adalah : Tiada awal (permulaan). Pengertian Allah bersifat dengan Qidam adalah : Tiada awal atau permulaan pada wujud Allah. Berbeda dengan wujud kita, dimana wujud kita mempunyai awal yaitu dari “nuthfah” (zigot : sel yang terbentuk sebagai hasil bersatunya dua sel kelamin (sperma/mani laki-laki dan ovum/mani perempuan) yang telah masak).
Dalil sifat Qidam adalah apabila
Allah bukan Qadim maka Allah adalah Hadits (baharu/didahului oleh tiada) karena
tiada perantara/hal yang lain diantara Qadim dan Hadits. Kapan saja tiada pada
sebuah zat sifat Qadim maka pasti padanya sifat Hadits. Apabila Allah bersifat
dengan Hadits, maka Allah membutuhkan kepada Muhdits (pencipta) yang
menciptakannya dan Muhdits Allah membutuhkan kepada Muhdits yang lain dan
seterusnya. Apabila tiada berakhir Muhdits tuhan maka pastilah terjadi
“tasalsul” yaitu : Beriringan sesuatu setelah sesuatu hingga tiada penghabisan.
Seperti singkong/ubi kayu-1 berasal dari singkong-2, singkong-2 berasal dari
singkong-3, singkong-3 berasal dari singkong-4 dan seterusnya hingga tiada
akhir. Tasalsul adalah sesuatu yang mustahil (tidak diterima oleh akal
wujudya). Karena tidak mungkin kumpulan dari hadits, hadits, hadits dan
seterusnya akan berubah menjadi Qadim.
-Apabila ditakdirkan Muhdits ada
akhirnya maka pastilah terjadi “duur” yaitu : Terhenti sesuatu pada sesuatu
yang lain yang ia (sesuatu yang lain) terhenti pada sesuatu (yang pertama).
Kita contohkan pada tiga zat dengan nama A, B dan C.
-A menciptakan
B, B menciptakan C dan C menciptakan A. “Duur”, juga mustahil karena A yang
menciptakan B membutuhkan C sebagai penciptanya padahal C sendiri diciptakan
oleh B. Tidak logis dan tidak masuk akal, itulah mustahil.
Jadi, jika kita katakan Allah
bukan Qadim maka pastilah Allah Hadits, jika Allah Hadits maka Allah
membutuhkan Muhdits (pencipta), jika Allah membutuhkan Muhdits maka terjadilah
“duur” dan “tasalsul”. Duur dan tasalsul adalah hal yang mustahil, karena itu
mustahil Allah Hadits karena sesuatu yang membawahi kepada mustahil adalah
mustahil. Inilah dalil ijmaly untuk sifat Qidam, dengan memahami dalil inilah
seseorang terlepas dari belenggu taqlid yang mengakibatkan seseorang terkekang
di dalam neraka berdasarkan pendapat Ibnu al-‘Arabiy dan Imam Sanusiy.
Note :
- Hadits yang kita maksudkan disini adalah hadits pada istilah bahasa bukan Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
– Taqlid pada masalah tauhid (mengenal i’tiqad lima puluh tanpa mengetahui dalil) tidak dibolehkan menurut pendapat yang kuat, tetapi taqlid pada masalah fiqh adalah wajib untuk setiap orang yang belum mampu mencapai derajat Mujtahid Muthlaq.
- Hadits yang kita maksudkan disini adalah hadits pada istilah bahasa bukan Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
– Taqlid pada masalah tauhid (mengenal i’tiqad lima puluh tanpa mengetahui dalil) tidak dibolehkan menurut pendapat yang kuat, tetapi taqlid pada masalah fiqh adalah wajib untuk setiap orang yang belum mampu mencapai derajat Mujtahid Muthlaq.
Dalil Naqli sifat Qidam diantaranya adalah :
Artinya : “Dia-lah (Allah) Yang Awal dan Yang Akhir dan Yang Dhahir dan
Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui dengan segala sesuatu” (QS : al-Hadid : 57 : 3)
3. BAQA ,
-Artinya wajib abadi Allah tiada
hentinya,dan mustahil Allah rusak.
Adalah tiada akhir atau kekal. Pengertian Allah bersifat dengan Baqa’ adalah tiada akhir/berkesudahan bagi wujud Allah. Merujuk kepada maksud wajib dalam ilmu tauhid adalah wajib pada akal, yaitu sesuatu yang tidak diterima oleh akal “ketiadaannya”, maka tidak musykil (sukar) bagi kita tentang kekalnya surga dan neraka. Karena kekal (baqa’) keduanya adalah baqa’ pada hukum syara’ (agama) bukan kekal pada hukum akal. Menurut hukum akal surga dan neraka tidak wajib kekal, artinya akal tidak menerima bahwa surga dan neraka tidak boleh tidak untuk kekal, tetapi menurut hukum akal surga dan neraka boleh (jaiz) kekal dan tidak kekal karena keduanya adalah makhluk. Sedangkan kekal (baqa’) pada Allah adalah wajib pada hukum akal, artinya akal tidak menerima sebuah zat yang bersifat dengan ketuhanan memiliki akhir (tidak kekal).
Adalah tiada akhir atau kekal. Pengertian Allah bersifat dengan Baqa’ adalah tiada akhir/berkesudahan bagi wujud Allah. Merujuk kepada maksud wajib dalam ilmu tauhid adalah wajib pada akal, yaitu sesuatu yang tidak diterima oleh akal “ketiadaannya”, maka tidak musykil (sukar) bagi kita tentang kekalnya surga dan neraka. Karena kekal (baqa’) keduanya adalah baqa’ pada hukum syara’ (agama) bukan kekal pada hukum akal. Menurut hukum akal surga dan neraka tidak wajib kekal, artinya akal tidak menerima bahwa surga dan neraka tidak boleh tidak untuk kekal, tetapi menurut hukum akal surga dan neraka boleh (jaiz) kekal dan tidak kekal karena keduanya adalah makhluk. Sedangkan kekal (baqa’) pada Allah adalah wajib pada hukum akal, artinya akal tidak menerima sebuah zat yang bersifat dengan ketuhanan memiliki akhir (tidak kekal).
Dalil Allah wajib (pada akal)
bersifat dengan Baqa’ adalah : jikalau seandainya boleh pada Allah ‘adam
(akhir/penghabisan) maka sungguh Allah adalah Hadits (baharu/didahului oleh
tiada). Apabila Allah itu Hadits maka Allah membutuhkan kepada Muhdits (pencipta)
akhirnya terjadilah Duur atau Tasalsul. Definisi Duur dan Tasalsul uraiannya
telah disebutkan pada sifat Qidam. Selanjutnya jika sebuah zat boleh ada
padanya ‘adam, maka tidak boleh ada pada zat tersebut Qidam, karena setiap zat
yang boleh ada padanya ‘adam maka wujud zat tersebut adalah jaiz (boleh ada dan
boleh tiada). Setiap zat yang wujudnya jaiz adalah Hadits. Setiap yang Hadits
membutuhkan kepada Muhdits, padahal pada zat Allah telah tetap sifat Qidam
dengan dalil yang telah terdahulu. Setiap zat yang bersifat dengan Qidam
mustahil (pada akal) ada padanya ‘adam.
Jika mustahil ada padanya ‘adam maka wajib ada pada Baqa’.
Jika mustahil ada padanya ‘adam maka wajib ada pada Baqa’.
Kesimpulan : Dalil Baqa’ adalah dalil Qidam, yaitu : Jikalau tidak
wajib pada Allah Baqa’ maka tidak boleh ada pada Allah Qidam. Tidak ada pada
Allah Qidam adalah mustahil berdasarkan dalil yang telah terurai pada sifat
Qidam. Karena itu wajib pada Allah Baqa’. Inilah dalil ijmaly untuk sifat Baqa’
yang wajib diketuhui oleh setiap Muslim.
Dalil Naqli sifat Baqa’ diantaranya adalah :
Artinya : “Setiap sesuatu akan binasa kecuali Zat-Nya “.(QS :
al-Qishah : 28 : 88)
4. MUKHOLAFATU
LIL HAWADITSI
-Artinya wajib
adanya pertentangan atas segala perkara yang baru bagi Allah,bertentangan dari
sisi dzat-Nya ,sifat-Nya serta keberadaan-Nya.Atau mustahil adanya
Allah itu baru,karena mustahil dari sisi Dzat-Nya,Sifat-Nya serta
keberadaan-Nya.
-Makna bertentangan dari sisi Dzat-Nya adalah bahwa Dzat Allah itu bukan jirim,sedangkan dzat khawadits itu jirim.
– Makna bertentangan dari sisi Sifat-Nya adalah bahwa Alah itu tidak berubah-rubah,sedngkan sifat khawadits itu mengalami berubah.
– Makna bertentangan dari sisi Keberadaan-Nya adalah bahwa keberadaan Allah itu TA’TSIR,(tidak membutuhkan benda/materi dan tidak bergantung pada bantuan makhluk-Nya),sedangkan keberadaan khawadits itu KASAB dan IKHTIAR,(makhluk-Nya yang bergantung pada benda dan membutuhkan bantuan Allah).
Mukhalafah artinya berbeda sedangkan Hawadits maksudnya adalah seluruh makhluk.
-Makna bertentangan dari sisi Dzat-Nya adalah bahwa Dzat Allah itu bukan jirim,sedangkan dzat khawadits itu jirim.
– Makna bertentangan dari sisi Sifat-Nya adalah bahwa Alah itu tidak berubah-rubah,sedngkan sifat khawadits itu mengalami berubah.
– Makna bertentangan dari sisi Keberadaan-Nya adalah bahwa keberadaan Allah itu TA’TSIR,(tidak membutuhkan benda/materi dan tidak bergantung pada bantuan makhluk-Nya),sedangkan keberadaan khawadits itu KASAB dan IKHTIAR,(makhluk-Nya yang bergantung pada benda dan membutuhkan bantuan Allah).
Mukhalafah artinya berbeda sedangkan Hawadits maksudnya adalah seluruh makhluk.
Pengertian Mukhalafatuhu lil
Hawadits adalah Allah SWT berbeda (tiada menyerupai) dengan setiap makhluk,
baik manusia, jin, malaikat maupun makhluk yang lain seperti benda mati dan
makhluk hidup lainnya.
-Dengan sifat ini dapat difahami
bahwa Allah ta’ala tidak sah (mustahil) bersifat dengan sifat-sifat makhluk,
seperti berjalan dan duduk misalnya serta mustahil pula Allah mempunyai anggota
seperti mulut, mata, telinga dan anggota lainnya. Karena itu, apa saja yang
terbayang dalam fikiran kita seperti panjang, lebar, gemuk, kurus maka yakinlah
bahwa Allah adalah tidak berlaku demikian. Maha Suci Allah dari segala
sifat-sifat makhluk.
(Note : Perlu diketahui bahwa, jika warid (datang/tertulis) di
dalam al-Quran dan Hadits sebuah kalimat yang memberi pemahaman tasybih
(penyerupaan/persamaan Allah dengan makhluk), seperti :
“Yadullah….”
Maka tidak boleh tidak mentakwilkannya dalam pengertian memanglingkan kalimat tasybih (kalimat yang mengandung penyerupaan Allah dengan makhluk pada dhahir) dari arti dan makna dhahirnya (arti bahasa). Pentakwilan ini disepakati oleh Ulama Salaf dan Khalaf, namun Ulama Salaf menggunakan metode Takwil Ijmaliy, yaitu : Memalingkan kalimat tasybih dari pada makna dhahir (arti bahasa) SERTA tidak menentukan makna yang dimaksud dari kalimat tasybih tersebut. Ulama Salaf menyerahkan maksud dari kalimat tasybih kepada Allah. Metode Takwil Ijmaliy lebih kita kenal dengan istilah “Tafwidh”. Menggunakan metode Tafwidh, maka Ulama Salaf mengatakan tentang “Yadullah” bahwa : “Bukanlah maksud dari “yadullah” bahwa bagi Allah terdapat anggota yang dimaklumkan (maksudnya, tangan) yang layak bagi-Nya DAN tidak ada yang mengetahui maksdu dari “yadullah” kecuali hanya Allah sendiri”. Jadi Ulama Salaf tidak menerima pemaknaan kalimat mutasyabihat dan tidak menjelaskan maksud dari kalimat tasybih, “yadullah” adalah “yadullah” bukan “tangan Allah”, “istawa ‘alal ‘arsy” adalah “istawa ‘alal ‘arsy” bukan “Allah bersemanyam di atas Arsy”).
“Yadullah….”
Maka tidak boleh tidak mentakwilkannya dalam pengertian memanglingkan kalimat tasybih (kalimat yang mengandung penyerupaan Allah dengan makhluk pada dhahir) dari arti dan makna dhahirnya (arti bahasa). Pentakwilan ini disepakati oleh Ulama Salaf dan Khalaf, namun Ulama Salaf menggunakan metode Takwil Ijmaliy, yaitu : Memalingkan kalimat tasybih dari pada makna dhahir (arti bahasa) SERTA tidak menentukan makna yang dimaksud dari kalimat tasybih tersebut. Ulama Salaf menyerahkan maksud dari kalimat tasybih kepada Allah. Metode Takwil Ijmaliy lebih kita kenal dengan istilah “Tafwidh”. Menggunakan metode Tafwidh, maka Ulama Salaf mengatakan tentang “Yadullah” bahwa : “Bukanlah maksud dari “yadullah” bahwa bagi Allah terdapat anggota yang dimaklumkan (maksudnya, tangan) yang layak bagi-Nya DAN tidak ada yang mengetahui maksdu dari “yadullah” kecuali hanya Allah sendiri”. Jadi Ulama Salaf tidak menerima pemaknaan kalimat mutasyabihat dan tidak menjelaskan maksud dari kalimat tasybih, “yadullah” adalah “yadullah” bukan “tangan Allah”, “istawa ‘alal ‘arsy” adalah “istawa ‘alal ‘arsy” bukan “Allah bersemanyam di atas Arsy”).
Berbeda dengan metode Ulama
Salaf, Ulama Khalaf menggunaka metode Takwil Tafshiliy, yaitu : Memalingkan
kalimat mutasyabihat dari pada makna dhahir (arti bahasa) SERTA
menentukan/menyatakan makna yang dimaksud dari kalimat tasybih. Metode Takwil
Tafshiliy lebih kita kenal dengan istilah “Takwil”. Menggunakan metode Takwil,
maka Ulama Khalaf mengatakan tentang “Yadullah” bahwa : “Bukanlah maksud dari
“yadullah” bahwa bagi Allah terdapat anggota yang dimaklumkan (maksudnya,
tangan) yang layak bagi-Nya AKAN TETAPI maksud “yadullah” adalah “kekuasaan
Allah”.
Dalil Allah wajib (pada akal) bersifat dengan Mukahlafatuhu lil Hawadits adalah, jikalau Allah menyerupai dengan Hawadits (makhluk) pada satu sisi saja maka pastilah Allah hadits (baharu/ada setelah tiada), jika Allah hadits maka tidak boleh tidak Allah akan membutuhkan kepada muhdits (pencipta), jika Allah membutuhkan kepada muhdits maka muhdits Allah membutuhkan kepada muhdits yang lain. Akhirnya terjadilah Duur atau Tasalsul. Duur dan Tasalsul adalah dua hal yang mustahil. Karena itu wajiblah (pada akal) Allah bersifat dengan MukhalafatuhulilHawadits.
Dalil Allah wajib (pada akal) bersifat dengan Mukahlafatuhu lil Hawadits adalah, jikalau Allah menyerupai dengan Hawadits (makhluk) pada satu sisi saja maka pastilah Allah hadits (baharu/ada setelah tiada), jika Allah hadits maka tidak boleh tidak Allah akan membutuhkan kepada muhdits (pencipta), jika Allah membutuhkan kepada muhdits maka muhdits Allah membutuhkan kepada muhdits yang lain. Akhirnya terjadilah Duur atau Tasalsul. Duur dan Tasalsul adalah dua hal yang mustahil. Karena itu wajiblah (pada akal) Allah bersifat dengan MukhalafatuhulilHawadits.
Dalil Naqli sifat Mukhalafatuhu lil Hawadits diantaranya adalah
:
“Tidak ada yang menyerupai-Nya dan Dia-lah Allah yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat” (QS : asy-Syuraa : 42 : 22)
5. QIYAMUHU
TA’ALA BINAFSIHI
-Allah berdiri dengan
sendiri-Nya. Berdirinya Allah tidak butuh kepada tempat atau dzat yang
menempati di dalamnya. Begitupula Allah tidak butuh kepada sang pencipta,
karena Allah itu pencipta alam semesta.
6. WAHDANIYAT
Wahdaniyyah : artinya satunya
Allah Swt pada dzat, pada sifat dan pada perbuatanNya, tetapi bukanlah
pengertiannya seperti bersatunya dzat tulang, daging, kulit dan lain
sebagainya, Allah Swt bebas dari pengertian seperti itu.
-Mustahil adanya bilangan Allah dari sisi Dzat,Sifat dan
keberadaan-Nya.
-Arti satunya Allah dari sisi Dzat adalah tidak adanya susunan dan anggota lain dan Dzat Allah itu tidak ada yang menyamai.
– Arti satunya Allah dari sisi Sifat adalah tidak adanya jenis bilangan seperti Qudrat 2 atau Iradat 2,dan Sifat Allah itu tidak ada yang menyamai.
-Arti satunya Allah dari sisi perbuatan adalah tidak adanya suatu perbuatan yang dapat menyamai-Nya.
-Arti satunya Allah dari sisi Dzat adalah tidak adanya susunan dan anggota lain dan Dzat Allah itu tidak ada yang menyamai.
– Arti satunya Allah dari sisi Sifat adalah tidak adanya jenis bilangan seperti Qudrat 2 atau Iradat 2,dan Sifat Allah itu tidak ada yang menyamai.
-Arti satunya Allah dari sisi perbuatan adalah tidak adanya suatu perbuatan yang dapat menyamai-Nya.
Dalil Naqli Sifat Wahdaniyat :
Firman Allah :
لوكان فيهماالهةإلااﷲ لفسد تا
“Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan rusak”. (QS. Al Anbiya [21]:22)
Firman Allah :
لوكان فيهماالهةإلااﷲ لفسد تا
“Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan rusak”. (QS. Al Anbiya [21]:22)
7. QUDRAT
-Artinya : Satu sifat yang qadim lagi azali yang tetap berdiri
pada zat Allah Swt, yang mengadakan tiap – tiap yang ada dan meniadakan tiap –
tiap yang tiada,tanpa menggunakan perabotan/peralatan.
-Mustahil Allah terjadi kegagalan/kekeliruan/kesalahan.
-Mustahil Allah terjadi kegagalan/kekeliruan/kesalahan.
a. Dalil Aqli sifat Qudrot
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah lemah(‘Ajzun), dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun.
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah lemah(‘Ajzun), dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Qudrot
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah [2]:20)
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah [2]:20)
8. IRODAT
-Artinya kehendaknya Allah Swt mutlak, penentuan segala tentang
ada atau tiadanya, maka Allah Swt yang selayaknya menghendaki tiap – tiap
sesuatu apa yang di perbuatnya, tanpa mengadakan pikir-pikir terlebih dahulu.
Contoh : kita manusia telah di tentukan dengan kehendak Allah Swt, seperti : tentang rezeki, umur, baik, jahat, kaya, miskin dan lain sebagainya.
-Mustahil bagi Allah adalah terpaksa.
Contoh : kita manusia telah di tentukan dengan kehendak Allah Swt, seperti : tentang rezeki, umur, baik, jahat, kaya, miskin dan lain sebagainya.
-Mustahil bagi Allah adalah terpaksa.
a. Dalil Aqli sifat Irodat adalah
adanya keberadaan,sifat alam semesta dan kehidupan makhluk-Nya.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang sedikitpun.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Irodat.
Firman Allah :
Firman Allah :
“Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki”.(QS.
Hud[50]:107)
9. ILMU
-Artinya mengetahuinya Allah Swt, nyata dan terang akan meliputi
dan maha mengetahui akan segala tiap – tiap sesuatu, tiada yang tersembunyi dan
rahasia bagi-Nya di alam jagat ini.
a. Dalil Aqli sifat Ilmu
Dalilnya adalah adanya alam
semesta,kehidupan,pengetahuan nyata maupun ghaib.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang makhluk sedikitpun.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang makhluk sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Ilmu
Firman Allah :
“Dan dia maha mengetahui segala sesuatu”.
(QS.Al Hadid [57]:3 atau QS. Al Baqaroh [2]:29)
Firman Allah :
“Dan dia maha mengetahui segala sesuatu”.
(QS.Al Hadid [57]:3 atau QS. Al Baqaroh [2]:29)
10. HAYYAT
– Artinya hidupnya Allah Swt adalah wajib, ini sifat yang tetap
dan qadim lagi azali pada dzat Allah Swt, ia tidak akan pernah mati, karena
mati itu adalah ciptaan-Nya .Dan Allah hidup tidak dengan Nyawa seperti
layaknya makhluk-Nya yg bernyawa.
-Mustahilnya Allah adalah mati.
-Mustahilnya Allah adalah mati.
a. Dalil Aqli sifat hayat
Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam semesta.
Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam semesta.
b. Dalil Naqli sifat Hayat
Firman Allah :
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati”. (QS. Al-Furqon [25]:58)
Firman Allah :
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati”. (QS. Al-Furqon [25]:58)
11. SAMA’
-Artinya
mendengarnya Allah Swt adalah wajib, ini sifat yang tetap ada yang qadim lagi
azali berdiri pada dzat Allah Swt, tiada sesuatu apapun yang luput dari pendengaran-Nya.Dan maha mendengarnya Allah tidaklah
dengan telinga seperti telinga makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah Tuli.
-Mustahil bagi Allah adalah Tuli.
12. BASHOR
-Artinya
melihatnya Allah Swt adalah wajib, hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada
yang qadim lagi azali berdiri pada dzat Allah Swt, Allah Swt wajib bersifat
maha melihat pada yang dapat di lihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat,
terang atau gelap, zahir atau tersembunyi dan sebagainya.Dan maha melihatnya
Allah tidak dengan pandangan mata layaknya mata makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah buta.
-Mustahil bagi Allah adalah buta.
13. KALAM
- artinya :
berkata – katanya Allah Swt adalah wajib, ini sifat yang tetap ada, yang qadim
lagi azali, yang berdiri pada dzat Allah Swt, sebagai contoh adalah Al- Qur’an,
ini merupakan perkataannya (kalam) Allah Swt yang abadi sepanjang masa.Dan berkata-katanya Allah tidak
dengan pita suara selayaknya suara makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah bisu.
-Mustahil bagi Allah adalah bisu.
14. QODIRAN
– Artinya keadaan kuasanya Allah Swt adalah wajib,Dia yang
berkuasa mengadakan dan meniadakan sesuatu,tanpa perantara perabot/alat.
-Mustahil bagi Allah adalah kelemahan.
-Mustahil bagi Allah adalah kelemahan.
15. MURIDAN
– artinya keadaannya Allah Swt yang menghendaki dan menentukan
tiap – tiap sesuatu adalah wajib,tanpa berpikir-pikir dulu layaknya
makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah bingung.
-Mustahil bagi Allah adalah bingung.
16. ‘ALIMAN
- artinya keadaannya Allah Swt
yang maha mengetahui akan tiap – tiap segala sesuatu adalah wajib,tanpa adanya
ragu/samar-samar dalam hati layaknya batin makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah bodoh.
-Mustahil bagi Allah adalah bodoh.
17. HAYYAN
-artinya keadaannya Allah Swt yang maha hidup adalah wajib,
melebihi dari segala sesuatu apapun juga.
-Mustahil bagi Allah adalah mati.
-Mustahil bagi Allah adalah mati.
18. SAMI’AN
– artinya keadaannya Allah Swt yang maha mendengar adalah
wajib,yakni mendengar akan tiap – tiap segala sesuatu yang maujud,tanpa gendang
telinga layaknya telinga makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah Tuli.
-Mustahil bagi Allah adalah Tuli.
19. BASHIRON
- artinya keadaannya Allah Swt
yang maha melihat adalah wajib,yakni ,melihat akan tiap – tiap segala sesuatu
yang maujud (berupa sesuatu yang ada maupun yang tidak terlihat),dengan tidak
menggunakan mata layaknya mata makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah buta.
-Mustahil bagi Allah adalah buta.
20.
MUTAKALLIMAN
- artinya
keadaannya Allah Swt yang berkata – kata adalah wajib, yaitu sifat yang berdiri
dengan dzat Allah Swt.Dan berkata-katanya
Allah tidaklah dengan menggunakan pita suara layaknya suara makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah bisu.
-Mustahil bagi Allah adalah bisu.
-Pada hal-hal yang menunjukkan
atas wajibnya persifatan Allah yang 20 item tersebut diatas mulai dari sifat
WUJUD hingga MUTAKALLIMAN,adalah menunjukkan adanya keberadaan alam yang baru
atau baru diadakan oleh Allah,yang meliputi alam,langit,bumi dan isi.
-Maka jikalau ada “penyangkalan”
bahwa sifat yang 20 tersebut bukanlah sifat wajib (Baku) atas Allah,maka
sungguh akan menjadi sifat Mustahil yang 20 yakni mulai dari ‘Adam hingga
Abkama.
-Maka jika
Allah tidak disifati dengan sifat wajib yang 20 tersebut,tentu keberadaan Tuhan
akan menjadi bersifat “TERBARUKAN”,manakala Allah bersifat terbarukan,maka
menjadi lemah/gugur sifat-sifat kekuatan atau kemahaan Tuhan,manakala sifat
Tuhan itu cacad maka tidaklah mungkin ada wujud alam semesta.
-Namun semua itu mustahil adanya alam semesta batal sebab alam semesta telah kita saksikan dengan mata kepala sendiri ada,dan kita hidup didalamnya.Oleh karena mustahil batal/cacad, maka sifat Allah yang 20 itu menjadi wajib.
-Namun semua itu mustahil adanya alam semesta batal sebab alam semesta telah kita saksikan dengan mata kepala sendiri ada,dan kita hidup didalamnya.Oleh karena mustahil batal/cacad, maka sifat Allah yang 20 itu menjadi wajib.
(Jika Tuhan bersifat terbarukan atau dapat disetarakan dengan
sesuatu yang lain,maka menjadi lemah sifat Tuhan dan orang akan dapat
merekayasa dan menyamakan sifat-sifat Tuhan dengan sifat-sifat perbuatan dan
keadaan makhluknya,seperti Tuhan itu berawal,maka nanti ada perkataan bahwa
“Tuhan baru ada” dan karena baru ada tentu nanti berkaitan dengan “Tuhan akan
berakhir”.Atau jika sifat Tuhan dalam perbuatannya bergantung pada
perabot/peralatan,maka nanti ada sifat kegagalan / malfunction,ada sifat
apkir,ada sifat rusak,dsb).
SIFAT MUSTAHIL
ALLAH YANG 20 :
Wajib pula bagi tiap muslimin dan
muslimat mengetahui akan sifat – sifat yang mustahil bagi Allah Swt, yang
menjadi lawan daripada sifat 20 (dua puluh) yang merupakan sifat wajib bagiNya,
berikut sifat – sifat yang mustahil bagiNya :
1. ‘Adam, artinya tiada (bisa mati)
2. Huduth, artinya baharu (bisa di perbaharui)
3. Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati)
4. Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhlukNya
5. Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama)
6. Ta’addud, artinya berbilang – bilang (lebih dari satu)
7. ‘Ajz, artinya lemah (tidak kuat)
8. Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa)
9. Jahl, artinya jahil (bodoh)
10. Maut, artinya mati (bisa mati)
11. Syamam, artinya tuli
12. ‘Umy, artinya buta
13. Bukm, artinya bisu
14. Kaunuhu ‘Ajizan, artinya lemah (dalam keadaannya)
15. Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa (dalam keadaannya)
16. Kaunuhu Jahilan, artinya jahil (dalam keadaannya)
17. Kaunuhu Mayyitan, artinya mati (dalam keadaannya)
18. Kaunuhu Asam, artinya tuli (dalam keadaannya)
19. Kaunuhu A’ma, artinya buta (dalam keadaannya)
20. Kaunuhu Abkam, artinya bisu (dalam keadaannya)
2. Huduth, artinya baharu (bisa di perbaharui)
3. Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati)
4. Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhlukNya
5. Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama)
6. Ta’addud, artinya berbilang – bilang (lebih dari satu)
7. ‘Ajz, artinya lemah (tidak kuat)
8. Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa)
9. Jahl, artinya jahil (bodoh)
10. Maut, artinya mati (bisa mati)
11. Syamam, artinya tuli
12. ‘Umy, artinya buta
13. Bukm, artinya bisu
14. Kaunuhu ‘Ajizan, artinya lemah (dalam keadaannya)
15. Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa (dalam keadaannya)
16. Kaunuhu Jahilan, artinya jahil (dalam keadaannya)
17. Kaunuhu Mayyitan, artinya mati (dalam keadaannya)
18. Kaunuhu Asam, artinya tuli (dalam keadaannya)
19. Kaunuhu A’ma, artinya buta (dalam keadaannya)
20. Kaunuhu Abkam, artinya bisu (dalam keadaannya)
SIFAT JA’IZ
ALLAH ADALAH :
“FI’LU KULLI
MUMKININ AU TARKUHU “.
-Maksudnya dzat sifat Allah yang
lain adalah “Bebas Berkehendak “ (Ja’iz) ,apakah Allah hendak membuat sesuatu
yang “MUMKIN” atau tidak membuat sesuatu yang “MUMKIN”,maka itu adalah hal
“JA’IS dan mustahil WAJIB.
( Ja’iz artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah Swt
menciptakan segala sesuatu, yakni dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun
juga, sebab Allah Swt bersifat Qudrat (kuasa) dan Iradath (kehendak), juga
boleh – boleh saja bagi Allah Swt meniadakan akan segala sesuatu apapun yang ia
mau).
Note :
a- Wajib adalah sifat mutlak yang dimiliki Allah.
b- Mumkin adalah sesuatu yang boleh ada dan boleh tiada
c- Ja’iz adalah sifat bebas berkehendak bagi Allah Swt (mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu).
a- Wajib adalah sifat mutlak yang dimiliki Allah.
b- Mumkin adalah sesuatu yang boleh ada dan boleh tiada
c- Ja’iz adalah sifat bebas berkehendak bagi Allah Swt (mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu).
MUTAQOD DAN
DZAT YANG 5 ( Total 10 pasal ) :
- “ANNAHU LA
YAJIBU ‘ALAIHI TA’ALA FI’LU SYAI’IN “
(1). Artinya bahwa perbuatan
Allah itu tidak wajib bagi-Nya atas apa yang akan dibuat-Nya dari suatu hal
yang “MUMKIN” (sesuatu hal yang boleh ada dan boleh tidak ada),atau yang tidak
akan dibuat-Nya dari suatu hal yang “MUMKIN”,maka mustahil wajib.
(mengadakan atau tidak mengadakan yang “MUMKIN”(sesuatu yang boleh ada dan boleh tidak ada), bagi Allah adalah tidak menjadi suatu keharusan atau keterpaksaan).
(mengadakan atau tidak mengadakan yang “MUMKIN”(sesuatu yang boleh ada dan boleh tidak ada), bagi Allah adalah tidak menjadi suatu keharusan atau keterpaksaan).
(2). Mustahil dari sifat ini adalah keharusan/wajib.
- TANAZ-ZAHU-HU
TA’ALA ANIL AGHROO-DZI FI ‘AF’AALIHI WA AH- KAAMIHI
(1). Artinya wajib bahwa sifat ke-Maha Sucian Allah adalah tidak mengambil keuntungan didalam setiap perbuatan-Nya
(1). Artinya wajib bahwa sifat ke-Maha Sucian Allah adalah tidak mengambil keuntungan didalam setiap perbuatan-Nya
(2). Mustahil dari sifat ini adalah Pamrih/mengambil
kepentingan.
- LA TA’TSIIRO
LISYAI’IN MINAL KAA- INAATI BI QUW-WATIHI
(1). Artinya,Wajib atas tidak memulai / mendahului yang ada pada sesuatu dari yang “MUMKIN”,atas kekuatan si “MUMKIN”.
(1). Artinya,Wajib atas tidak memulai / mendahului yang ada pada sesuatu dari yang “MUMKIN”,atas kekuatan si “MUMKIN”.
(2). Mustahil atas
memulainya/mendahuluinya yang ada pada sesuatu dari yang “MUMKIN” atas kekuatan
si “MUMKIN”.
(Hal-hal yang bersifat “MUMKIN” (boleh ada dan boleh tidak),maka tidak akan mendahului sifat Ja’iz nya Allah,walaupun hal yang “MUMKIN” tadi sangat kuat).
(Hal-hal yang bersifat “MUMKIN” (boleh ada dan boleh tidak),maka tidak akan mendahului sifat Ja’iz nya Allah,walaupun hal yang “MUMKIN” tadi sangat kuat).
- LA TA’TSIIRO
LISYAI’IN MINAL KAA- INAATI BI TOB’IHI
(1). Artinya,Wajib atas tidak memulai / mendahului yang ada pada sesuatu dari yang “MUMKIN”,atas tabiat / sifat si “MUMKIN”.
(1). Artinya,Wajib atas tidak memulai / mendahului yang ada pada sesuatu dari yang “MUMKIN”,atas tabiat / sifat si “MUMKIN”.
(2). Mustahil atas memulainya/mendahuluinya yang ada pada
sesuatu dari yang “MUMKIN” atas tabiat / sifat si “MUMKIN”.
(Hal-hal yang bersifat “MUMKIN” (boleh ada dan boleh tidak),maka
tidak akan mendahului sifat Ja’iz nya Allah,walaupun dengan segala sifat si
“MUMKIN”).
- HUDUUTSUL
‘ALAMI BI ASRIHI
(1). Artinya wajib atas barunya alam terhadap keseluruhan alam semesta.
(2). Mustahil bagi ada dengan sendirinya alam semesta
(1). Artinya wajib atas barunya alam terhadap keseluruhan alam semesta.
(2). Mustahil bagi ada dengan sendirinya alam semesta
PENJABARAN
MUTAQOD DARI AQIDAH NUBUWIYYAH :
SIFAT WAJIB LAKU PERBUATAN ATAS ORANG AGUNG PARA RASUL :
(1). Sifat
Sidiq
-Artinya,semua para Rasul mempunyai sifat benar dalam bicara.
-Mustahil melakukan kebohongan dalam bicara/ucapan.
-Artinya,semua para Rasul mempunyai sifat benar dalam bicara.
-Mustahil melakukan kebohongan dalam bicara/ucapan.
-Hal yang menunjukkan persifatan
wajib para rasul semua atas sifat Siddiqnya adalah jikalau semua para Rasul itu
melakukan kebohongan dalam bicara dan ucapannya,maka tentu akan menjadikan
kebohongan atas hukum-hukum Allah yang diberitakan,namun terjadinya kebohongan
berita atas hukum-hukum Allah itu adalah hal mustahil.
(2). Sifat
AMANAH
– Artinya,wajib bagi semua para Rasul mempunyai sifat tidak pernah melakukan perbuatan haram serta makruh.
– Mustahil semua para Rasul melakukan pengkhianatan dengan melakukan perbuatan haram serta makruh.
-Hal yang menunjukkan persifatan wajib para rasul semua atas sifat AMANAHnya adalah jikalau semua para Rasul itu melakukan pengkhianatan dengan melakukan perbuatan haram atau makruh,maka tentu kita semua sebagai umat/pengikutnya akan disuruh melakukan perbuatan haram dan makruh,
-Tetapi terjadinya umat/pengikutnya disuruh melakukan perbuatan haram dan makruh itu adalah hal mustahil.
Sebab Allah dalam Al-Qur’an telah memerintahkan kepada kita :
“INNALLAAHA LA YA’MURU BIL FAH-SYAA”
“Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan untuk melakukan perbuatan buruk”
-Maka oleh karena mustahil,sehingga menjadi wajib atas persifatan para Rasul semua berlaku amanah.
– Artinya,wajib bagi semua para Rasul mempunyai sifat tidak pernah melakukan perbuatan haram serta makruh.
– Mustahil semua para Rasul melakukan pengkhianatan dengan melakukan perbuatan haram serta makruh.
-Hal yang menunjukkan persifatan wajib para rasul semua atas sifat AMANAHnya adalah jikalau semua para Rasul itu melakukan pengkhianatan dengan melakukan perbuatan haram atau makruh,maka tentu kita semua sebagai umat/pengikutnya akan disuruh melakukan perbuatan haram dan makruh,
-Tetapi terjadinya umat/pengikutnya disuruh melakukan perbuatan haram dan makruh itu adalah hal mustahil.
Sebab Allah dalam Al-Qur’an telah memerintahkan kepada kita :
“INNALLAAHA LA YA’MURU BIL FAH-SYAA”
“Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan untuk melakukan perbuatan buruk”
-Maka oleh karena mustahil,sehingga menjadi wajib atas persifatan para Rasul semua berlaku amanah.
(3). Sifat
TABLIGH
– Artinya,wajib bagi semua para Rasul mempunyai sifat selalu menyampaikan hal apa yang di perintah Allah.
– Mustahil bagi semua para Rasul menyembunyikan hal atas apa yang di perintah Allah.
-Hal yang menunjukkan persifatan wajib para rasul semua atas sifat TABLIGH adalah jikalau semua para Rasul itu berbuat menyembunyikan hal-hal yang menjadi perintah Allah,maka tentu kita semua sebagai umat/pengikutnya akan disuruh melakukan perbuatan menyembunyikan ilmu yang haq / Nafi’,
-Tetapi terjadinya umat/pengikutnya disuruh melakukan perbuatan menyembunyikan ilmu yang haq / Nafi’,itu adalah hal mustahil.
Sebab Allah dalam Al-Qur’an telah memerintahkan kepada kita :
“ULAA IKA YAL’ANU HUMULLAAHU WA YAL’ANU HUMUL LAA’INUUN “
“Barang siapa yang menyembunyikan ilmu haq dari sisi Allah,maka akan dilaknat oleh Allah dan dilaknat para malaikat”.
-Maka oleh karena mustahil,sehingga menjadi wajib atas persifatan para Rasul semua berlaku TABLIGH.
– Artinya,wajib bagi semua para Rasul mempunyai sifat selalu menyampaikan hal apa yang di perintah Allah.
– Mustahil bagi semua para Rasul menyembunyikan hal atas apa yang di perintah Allah.
-Hal yang menunjukkan persifatan wajib para rasul semua atas sifat TABLIGH adalah jikalau semua para Rasul itu berbuat menyembunyikan hal-hal yang menjadi perintah Allah,maka tentu kita semua sebagai umat/pengikutnya akan disuruh melakukan perbuatan menyembunyikan ilmu yang haq / Nafi’,
-Tetapi terjadinya umat/pengikutnya disuruh melakukan perbuatan menyembunyikan ilmu yang haq / Nafi’,itu adalah hal mustahil.
Sebab Allah dalam Al-Qur’an telah memerintahkan kepada kita :
“ULAA IKA YAL’ANU HUMULLAAHU WA YAL’ANU HUMUL LAA’INUUN “
“Barang siapa yang menyembunyikan ilmu haq dari sisi Allah,maka akan dilaknat oleh Allah dan dilaknat para malaikat”.
-Maka oleh karena mustahil,sehingga menjadi wajib atas persifatan para Rasul semua berlaku TABLIGH.
(4). Sifat
FATONAH
– Artinya,wajib bagi semua para Rasul mempunyai sifat kelurusan aqal.
– Mustahil bagi semua para Rasul mempunyai sifat kebengkokan aqal atau kebodohan.
– Artinya,wajib bagi semua para Rasul mempunyai sifat kelurusan aqal.
– Mustahil bagi semua para Rasul mempunyai sifat kebengkokan aqal atau kebodohan.
-Hal yang menunjukkan persifatan
wajib para rasul semua atas sifat FATONAH adalah jikalau semua para Rasul itu
mempunyai sifat kebengkokan aqal atau kebodohan,maka tentu para Rasul semua
tidak akan dapat memberi penerangan ( hujjah/argumentasi / berdiplomasi
)terhadap orang-orang kafir / musuh-musuhnya.
– Tetapi ketidak mampuan para
Rasul semua di dalam berdiplomasi /berargumentasi terhadap para kaum
kafir/musuhnya,itu adalah hal mustahil.
Sebab Allah dalam Al-Qur’an telah memerintahkan:
“WA JAA DIL HUM BIL LATII HIYA AHSAN “
“Berdiplomasilah kamu Muhammad atas orang-orang kafir dan musuhmu dengan argumentasi (hujjah) yang kuat”.
Sebab Allah dalam Al-Qur’an telah memerintahkan:
“WA JAA DIL HUM BIL LATII HIYA AHSAN “
“Berdiplomasilah kamu Muhammad atas orang-orang kafir dan musuhmu dengan argumentasi (hujjah) yang kuat”.
– Maka oleh karena mustahil,sehingga menjadi wajib atas
persifatan para Rasul semua berlaku FATONAH.
SIFAT JA’IZ LAKU PERBUATAN ATAS
ORANG AGUNG PARA RASUL :
“WU QUU ‘UL A’ROODHIL BASYAARIYYATI LAHUM “
“WU QUU ‘UL A’ROODHIL BASYAARIYYATI LAHUM “
(1). Artinya sifat fitrahnya para
rasul semua seperti layaknya sifat fitrah manusia pada umumnya,seperti
merasakan menderita sakit,memakan makanan dan minum,tidur,lapar,menikah,dsb
maka tidaklah menjadikan kerendahan atau berkurangnya derajat atas para rasul
itu.
Sehingga mustahil bersifat yang ini :
“ITTISHOOFUHUM
BI SIFAATIL ULUHIYYAH AU BISIFAATIL MALAAIKAT”.
(1). Maka mustahil sifat para
rasul itu sama dengan sifat-sifat ketuhanan dan sifat-sifat malaikat.
(Maka hal yang menunjukkan bahwa sifat Ja’iz yang telah
dilakukan oleh para Rasul yang selumrahnya perilaku manusia pada umumnya itu
telah nyata dari riwayat kehidupan mereka sehari-hari,yakni berjalan-jalan
dipasar,makan,minum,tidur,lapar,sakit,dsb).
Dan kemudian
wajib pula atas orang-orang yang telah Aqil Baligh laki-laki maupun perempuan
mengimani terhadap 4 hal perkara :
Yakni Mutaqod yang merupakan
penjabaran dari makna kalimat, MUHAMMADUN ROSULULLOH
:
(1). AL IMANU BI-SAA-IRIL AMBIYAA
-Wajib beriman terhadap keberadaan para Nabi dan Rasul.
(2). AL IMANU BI-SAA-IRIL MALAAIKAT
– Wajib beriman terhadap keberadaan para Malaikat.
(3). AL IMANU BI-SAA-IRIL KUTUBIS SAMAA-WIYYAH
– Wajib beriman terhadap semua kitab-kitab langit yang telah diturunkan oleh Allah.
(4). AL IMANU BI YAUMIL AAKHIR
– Wajib beriman terhadap adanya hari akherat dan terjadinya kiamat.
-Wajib beriman terhadap keberadaan para Nabi dan Rasul.
(2). AL IMANU BI-SAA-IRIL MALAAIKAT
– Wajib beriman terhadap keberadaan para Malaikat.
(3). AL IMANU BI-SAA-IRIL KUTUBIS SAMAA-WIYYAH
– Wajib beriman terhadap semua kitab-kitab langit yang telah diturunkan oleh Allah.
(4). AL IMANU BI YAUMIL AAKHIR
– Wajib beriman terhadap adanya hari akherat dan terjadinya kiamat.
-Dan kemudian wajib pula atas
orang-orang yang telah Aqil Baligh laki-laki maupun perempuan beriman terhadap
Nabi Muhammad yang dilahirkan di Negara Mekkah,mulai menegakkan dakwah
kenabiannya di Mekkah,kemudian melakukan hijrah ke Madinah,melanjutkan dakwah
di Madinah,mengalami sakit di Madinah,hingga meninggal di Madinah,kemudian di
makamkan di rumah tinggalnya Nyai Siti Aisyah Rodliyallahu Anha.
-Dan kemudian
wajib pula atas orang-orang yang telah Aqil Baligh laki-laki maupun perempuan
beriman ,bahwa sosok Nabi Muhammad itu bagus rupawan,berkulit putih
kemerah-merahan merona,posturnya ideal tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek.Dansesungguhnya Nabi Muhammad adalah merupakan penutup
para Nabi seluruhnya,artinya tidak ada lagi nabi setelah Beliau.
-Maka jumlah MUTAQOD yang telah disebut diatas itu
jumlahnya 64,yang merupakan penjabaran pemahaman dari makna kalimat :
“LAA ILAHA ILLALLAHU MUHAMMADUN RASUULULLOH SHOLLALLAAHU ALAIHI WA SALAM “
“LAA ILAHA ILLALLAHU MUHAMMADUN RASUULULLOH SHOLLALLAAHU ALAIHI WA SALAM “
Maka makna dari kalimah LAA ILAHA ILLALLAHU, adalah :
“TSUBUUTUL ULUHIYATI LILLAHI TA’ALA”.
-Artinya wajib atas tetapnya sifat Uluhiyyah didalam dzat Allah.
“TSUBUUTUL ULUHIYATI LILLAHI TA’ALA”.
-Artinya wajib atas tetapnya sifat Uluhiyyah didalam dzat Allah.
JATIDIRI
ULUHIYYAH ITU ADALAH :
“ISTIGHNA’ UL
ILAAHI AN KULLI MA SIWAAHU WAFTIQOORU KULLI MA’ADAAHU ILAIHI”.
-Artinya,wajib atas kemaha kayaan Allah,tidak memerlukan benda-benda kepunyaan-Nya dan wajib atas sesuatu benda selain Allah ,memerlukan dan bergantung pada Allah.
-Artinya,wajib atas kemaha kayaan Allah,tidak memerlukan benda-benda kepunyaan-Nya dan wajib atas sesuatu benda selain Allah ,memerlukan dan bergantung pada Allah.
MAKNA ISTIGHNA DAN IFTIQOR :
Istighna adalah sifat Kaya,
Hakikat sifat Istighna: “Mustaghniyun ’angkullu maa siwahu”,
“Kaya Allah Ta’ala
itu daripada tiap-tiap yang lain”.
(Apabila dikatakan Kaya Allah Ta’ala daripada
tiap-tiap yang lain, maka wajib bagi-Nya bersifat dengan sebelas (11) sifat,
jikalau kurang salah satu daripada sebelas (11) sifat itu maka tiadalah dapat
dikatakan Kaya Allah Ta’ala daripada tiap-tiap yang lainnya).
Adapun sifat wajib yang 11 itu seperti yang telah disebutkan
diatas,ialah :
Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhalafatuhu lil hawaditsi, Qiyamuhu
binafsihi, Sami’, Bashir, Kalam, Sami’un, Bashirun dan Muttakalim.
Selain sebelas (11) sifat yang wajib itu ada tiga (3) sifat yang
harus (Jaiz) yang termasuk pada sifat Istighna iaitu
1. Mahasuci dari pada mengambil faedah pada
perbuatan-Nya atau pada hukum-Nya, lawannya mengambil faedah, iaitu mustahil
tiada diterima oleh aqal sekali-kali kerana jikalau mengambil faedah tiadalah
Kaya Ia daripada tiap-tiap yang lainnya kerana lazim diwaktu itu berkehendak Ia
pada menghasilkan hajat-Nya.
2. Tiada wajib Ia menjadikan alam ini.
Lawannya wajib iaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali karena
jikalau wajib Ia menjadikan alam ini tiadalah Ia Kaya daripada tiap-tiap yang
lainnya, karena lazim diwaktu itu berkehendak Ia kepada yang
menyempurnakan-Nya.
3. Tiada memberi bekas suatu daripada
kainat-Nya dengan kuatnya. Lawannya memberi bekas yaitu mustahil tiada diterima
oleh aqal sekali-kali karena jikalau memberi sesuatu daripada kainat-Nya dengan
kuatnya tiadalah Kaya Ia pada tiap-tiap yang lainnya karena lazim diwaktu itu
berkehendak Ia mengadakan sesuatu dengan wasitoh.
Iftiqor adalah sifat berkehendak :
Hakikat sifat Ifthiqor: “wamuftaqirun ilaihi kullu maa ’adaahu”,
Artinya : Berkehendak tiap-tiap yang lainnya kepada-Nya.
Apabila dikatakan berkehendak tiap-tiap yang
lain kepada-Nya maka wajib bagi-Nya bersifat dengan sembilan (9) sifat, jikalau
kurang salah satu daripada sembilan (9) sifat ini maka tiadalah dapat
berkehendak tiap-tiap yang lainya kepada-Nya,
Adapun sifat wajib yang sembilan (9) itu adalah:
1. Qudrat 2. Iradat 3. Ilmu 4. Hayat 5. Qodirun 6. Muridun 7.
‘Alimun 8. Hayyun 9. Wahdaniah
Selain dari sembilan (9) sifat yang wajib itu ada dua (2) sifat
yang harus termasuk pada sifat Ifthiqor:
1. Barunya sekalian alam ini. Lawannya Qodim
iaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali karena jikalau alam ini
Qodim tiadalah berkehendak tiap-tiap yang lainnya kepada-Nya karena lazim
ketika itu bersamaan derajat-Nya
2. Tiada memberi bekas sesuatu daripada
kainatnya dengan tobi’at atau dzatnya. Lawannya memberi bekas yaitu mustahil
tiada diterima oleh aqal sekali-kali kerana jikalau memberi bekas sesuatu
daripada kainat dengan tobi’at niscaya tiadalah berkehendak tiap-tiap yang lain
kepada-Nya kerana lazim ketika itu terkaya sesuatu daripadaNya.
Maka dengan demikian telah jelas bahwa dua
puluh delapan (28) sifat Istighna dan dua puluh dua (22) sifat Ifthiqar adalah limapuluh (50) ‘aqaid/Mutaqod yang
merupakan manifestasi dari kalimah “Laa ilaha ilallaah”,
Maka jadilah makna hakikat “Laa ilaha ilallaah” itu dua:
1. “Laa mustaghniyun an kullu
maasiwahu”, artinya : “Tiada yang kaya dari tiap-tiap yang
lainnya”.
2.”Wa muftaqirun ilaihi kullu ma’adahu”, artinya : “Dan berkehendak tiap-tiap yang lain kepadaNya”.
Dengan kedua makna dari hakekat “Laa ilaha ilallaah” tersebut,maka menjadikan 4 hal secara
otomatic,yakni :
1. Wajibal wujud, yaitu yang wajib adanya.
2. Ishiqoqul ibadah, yaitu yang mustahak bagi-Nya ibadah (Dia yang
wajib di ibadahi)
3. Kholikul ‘alam, yaitu yang menjadikan sekalian alam
4. Maghbudun bihaqqi, iaitu yang disembah dengan sebenar-benarnya.
Dari ke 4 kaidah tersebut keseluruhan,maka itulah penjabaran makna
hakekat dari kalimat :
“Laa ilaha ilallaah, Laa ma’budun ilallah”,
Artinya “Tiada Tuhan yang disembah dengan sebenarnya melainkan
Allah”.
BERIKUT
PENJABARAN MUTAQOD 64 ,yang merupakan pemahaman dari makna ISTIGHNA’,ada 28,
Yang wajib adalah 14,berikut macamnya :
Yang wajib adalah 14,berikut macamnya :
(Maknanya telah
diurai diatas)
1.WUJUD,
2.QIDAM,
3.BAQO’,
4.MUKHOLAFATU LIL HAWADITSI,
5.QIYAMUHU ta’ala BINAFSIHI,
6.SAMA’,
7.BASHOR,
8.KALAM,
9.SAMIAN,
10.BASHIRON,
11.MUTAKALLIMAN,
12.ANNAHU LA YAJIBU ALAIHI TA’ALA FI’LU SYAI-IN,
13.TANAZ-ZAHU-HU TA’ALA ANIL AGHROODHI FI AF’AALIHI WA AH KAA-MI-HI,
14.LA TA’TSIIRO LI SYAI-IN MINAL KAA- INAATI BI QUWWATIHI.
2.QIDAM,
3.BAQO’,
4.MUKHOLAFATU LIL HAWADITSI,
5.QIYAMUHU ta’ala BINAFSIHI,
6.SAMA’,
7.BASHOR,
8.KALAM,
9.SAMIAN,
10.BASHIRON,
11.MUTAKALLIMAN,
12.ANNAHU LA YAJIBU ALAIHI TA’ALA FI’LU SYAI-IN,
13.TANAZ-ZAHU-HU TA’ALA ANIL AGHROODHI FI AF’AALIHI WA AH KAA-MI-HI,
14.LA TA’TSIIRO LI SYAI-IN MINAL KAA- INAATI BI QUWWATIHI.
DAN HAL MUSTAHIL
DARI PEMAHAMAN MAKNA ISTIGHNA’,ADA 14,BERIKUT MACAMNYA :
1.ADAM,
2.HUDUTS,
3.FANA,
4.MUMATSA LATU LIL HAWADITSI,
5.IFTIQOR,
6.SOMAMUN,
7.’AMAN,
8.BAKAMUN,
9.ASOMMA,
10.A’MMA,
11.AB-KAMA,
12.WUJUUBU FI’LI SYAI-IN,
13. FI’LU SYAI’- IN LI GHORDHIN,
14.TA’TSIIRU SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI QUWWATIHI.
2.HUDUTS,
3.FANA,
4.MUMATSA LATU LIL HAWADITSI,
5.IFTIQOR,
6.SOMAMUN,
7.’AMAN,
8.BAKAMUN,
9.ASOMMA,
10.A’MMA,
11.AB-KAMA,
12.WUJUUBU FI’LI SYAI-IN,
13. FI’LU SYAI’- IN LI GHORDHIN,
14.TA’TSIIRU SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI QUWWATIHI.
DAN HAL MUTAQOD
DARI PEMAHAMAN MAKNA IFTIQOR,ADA 22,
-YANG WAJIB ADA 11,BERIKUT MACAMNYA :
-YANG WAJIB ADA 11,BERIKUT MACAMNYA :
1.WAHDANIYAT,
2.QUDROT,
3.IRODAT,
4. ILMU,
5.HAYAT,
6. QODIRON,
7.MURIDAN,
8.ALIMAN,
9.HAYYAN,
10.LA TA’TSIRO LI SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI THOB-‘IHI,
11.HUDUTSUL ‘ALAMI BI ASRI-HI.
2.QUDROT,
3.IRODAT,
4. ILMU,
5.HAYAT,
6. QODIRON,
7.MURIDAN,
8.ALIMAN,
9.HAYYAN,
10.LA TA’TSIRO LI SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI THOB-‘IHI,
11.HUDUTSUL ‘ALAMI BI ASRI-HI.
-YANG MUSTAHIL
ADA 11,BERIKUT MACAMNYA :
1.TA’AD-DUD,
2.AJZUN,
3.KAROOHATUN,
4.JAHLUN,
5.MAUTUN,
6.’AJIZAN,
7.KAARIHAN,
8. JAA-HILAN,
9.MAY-YITAN,
10.TA’TSIIRO SYAI-IN MINAL KA INAATI BI THOB-‘IHI,
11.QODIMUL ‘ALAM.
1.TA’AD-DUD,
2.AJZUN,
3.KAROOHATUN,
4.JAHLUN,
5.MAUTUN,
6.’AJIZAN,
7.KAARIHAN,
8. JAA-HILAN,
9.MAY-YITAN,
10.TA’TSIIRO SYAI-IN MINAL KA INAATI BI THOB-‘IHI,
11.QODIMUL ‘ALAM.
Maka jika
dijumlah Mutaqod 28 yang merupakan penjabaran dari makna ISTIGHNA’ dengan
Mutaqod 22 yang merupakan penjabaran dari makna IFTIQOR,jumlah totalnya adalah
50 Mutaqod .Dan dari Mutaqod jumlah 50 tersebut adalah merupakan penjabaran
global dari makna kalimat : “LAA ILAHA ILLALLAH”.
-Adapun Mutaqod
yang merupakan penjabaran dari makna kalimat MUHAMMADURRASULULLAH itu ada 14.
PENJABARAN
MAKNA DARI KALIMAT MUHAMMADURRASULULLAH adalah :
“TSUBUU-TUR RISAA-LATI LI SAYYIDINA MUHAMMADIN”.
“TSUBUU-TUR RISAA-LATI LI SAYYIDINA MUHAMMADIN”.
-Artinya,ketetapan sifat wajib atas Nabi Muhammad SAW ada 4
hal,sbb :
1.Sidiq,
2.AMANAH,
3.TABLIGH,
4.FATONAH.
1.Sidiq,
2.AMANAH,
3.TABLIGH,
4.FATONAH.
-DAN YANG SIFAT MUSTAHIL ADA 4,sbb :
1.KIDZIB,
2.KHIYANAT,
3.KITMAN,
4.BALADAH.
1.KIDZIB,
2.KHIYANAT,
3.KITMAN,
4.BALADAH.
-YANG JA’IZ ADALAH :
(1). “WUQUU’UL A’ROODHIL BA- SYARIYYATI LAHUM”,
(1). “WUQUU’UL A’ROODHIL BA- SYARIYYATI LAHUM”,
Sehingga mustahil bersifat yang ini :
(1). “ ITTISHOOFUHUM BI SIFAATIL ULUHIYYAH AU BISIFAATIL
MALAAIKAT”.
-Kemudian ditambah dengan Mutaqod
yang merupakan penjabaran dari makna kalimat,MUHAMMADUN
ROSULULLOH :
1. AL IMAANU BI SAA-IRIL AMBIYAA
2. AL IMAANU BI SAA-IRIL MALAAIKAt
3. AL IMAANU BI SAA-IRIL KUTUBIS SAMAWIYAH
4. AL IMAANU BI YAUMIL AKHIR
1. AL IMAANU BI SAA-IRIL AMBIYAA
2. AL IMAANU BI SAA-IRIL MALAAIKAt
3. AL IMAANU BI SAA-IRIL KUTUBIS SAMAWIYAH
4. AL IMAANU BI YAUMIL AKHIR
-Kemudian
jumlahkan Mutaqod yang 14 tersebut yang dari penjabaran makna kalimatMUHAMMADUN ROSULULLOH,kepada Mutaqod yang 50 yang dari
penjabaran makna kalimat“LAA ILAHA ILLALLAH”,maka jumlah
totalnya ada 64.
-Maka dari Mutaqod yang 64 ini wajib diketahui dan dipahami oleh
orang-orang Mukallaf semua,berikut dalil dan tafsirnya sekalian seperti yang
telah di uraikan diatas.
-Sebab itulah
mengapa kita setelah beriman Islam dengan pertama kali mengucapkan ikrar
syahadat dan selanjutnya kita diwajibkan melaksanakan sholat yang 5
waktu,ternyata karena didalam amaliah sholat itu merupakan manifestasi dari
pelaksanaan aqidah Tauhid yang mengandung nilai-nilai Mutaqod yang 50 & 64 tersebut.Maka betapa sangat pentingnya
pengetahuan dan pemahaman terhadap Mutaqod ini,karena menjadikan kita memahami
akan makna sholat itu sendiri.Yaitu mengandung
hakekat bahwa kita manusia itu kecil tak ada apa-apanya,tak berhak
menyombongkan diri karena yang kuasa,yang besar hanyalah Allah Ta’ala sesuai
dengan sifat-sifat-Nya,dan perintah-perintah-Nya diserukan melalui orang-orang
agung para Rasul yang juga dengan segala sifat-sifatnya yang terpercaya.
Semoga bermanfaat dan menjadikan renungan.
Salam Rahmat Semesta Alam.
Salam Rahmat Semesta Alam.
TAMMAT
Compiled by : Kelana Delapan Penjuru Angin
Jatinegara Baru,03 September 2013
CopyRights@2013
Jatinegara Baru,03 September 2013
CopyRights@2013
Reff. :
-Asmaul Husna & Sifat 20 by : K.H.M.Syamsuddin-Kranggan-Jateng
– TA’LIMUL MUBTADI-IN ‘AQOOIDUDDIIN DARSUL – Haji Said bin Armiya, Giren-Talang-Tegal
An Autorized by : Syekh Al ‘Alim al alamah – Syekh Abi Ubaidah, Giren Talang Tegal.
An publicated by : http://kramhati.mywapblog.com/page/4.xhtml
– http://jundumuhammad.wordpress.com/2011/05/04/sifat-qiyaamuhu-binafsihi-alloh-berdiri-dengan-sendiri-nya/
– http://kaum-sarungan.blogspot.com/2011/04/4-mukhalafatuhu-lil-hawaditsi.html
-Al-Qur’an terjemah DEPAG RI
-Asmaul Husna & Sifat 20 by : K.H.M.Syamsuddin-Kranggan-Jateng
– TA’LIMUL MUBTADI-IN ‘AQOOIDUDDIIN DARSUL – Haji Said bin Armiya, Giren-Talang-Tegal
An Autorized by : Syekh Al ‘Alim al alamah – Syekh Abi Ubaidah, Giren Talang Tegal.
An publicated by : http://kramhati.mywapblog.com/page/4.xhtml
– http://jundumuhammad.wordpress.com/2011/05/04/sifat-qiyaamuhu-binafsihi-alloh-berdiri-dengan-sendiri-nya/
– http://kaum-sarungan.blogspot.com/2011/04/4-mukhalafatuhu-lil-hawaditsi.html
-Al-Qur’an terjemah DEPAG RI
-etc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar