Ketika aku bersujud di waktu pagi dan menjadi rumput. Lalu seorang
anak kecil mencabutnya, dikaitkan Pada mata kail. Berlarilah ia ke
sungai, tempatnya bercermin dan melayarkan wajahnya. Beberapa saat ia
memancing, mendapatkan seekor ikan. Sesuai dengan doa ibunya kepada
Tuhan, agar memberikan kegembiraan pada anaknya. Anak kecil itu bergegas
pulang ke rumah. Ditunjukkaan ikan yang di dapat, dengan bangga pada
bapaknya yang sedang melukis pada selembar kanvas langit. Memegang ujung
pelangi, yang dicelupkannya pada gerimis dan ombak yang menggigil.
Berharap ada yang mau memasang lukisannya pada ruang sembahyang.
Kemudian
sang anak berlali ke halaman tempat ibunya menanam pohon dan bunga.
“ibu..ibu ini ikannya, nanti aku ingin makan yang bagian kepalanya”.
Sang ibu pun tersenyum, dan terus menanam, tak peduli esok pohonnya
akan dimakan benalu, dan bunganya di hisap kupu-kupu. Dia terus menanam
dan menanam, entah akan tumbuh menjadi bunga serupa matahari atau mata
tuhan.
Aku ada di perut ikan, kakiku tersangkut duri ikan, dan mataku memandang tapal batas langit keabadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar