(I)
Pada musim yang membara
Dalam panas, bising, dan gegas yang menderas
jejak kenangan tentang dirimu
dalam melodi hujan
tlah jadikan danau di tengah taman hatiku
(II)
Kita bersitatap dalam bahasa yang mengalir
begitu saja
tanpa isyarat
Diantara keheningan dalam pendam harapan
tentang masa lalu yang lepas dari tangkai waktu
Tentang jalanan kota, kayu lapuk, dan bangunan tua
Dimana kita pernah tumbuh dan merawat kenangan
(III)
Dan kita sama-sama terjerat
Dalam rentang lintasan waktu
Tapi bukankah hidup akan menjadi indah
Jika kita bisa mengendarai cahaya waktu
Indah, jika kita saling memberi bias warna
Menyusun bianglala
(IV)
bahkan sejenak waktu kita bertemu
telah terbangun jembatan hati
dari cinta, mimpi, angan, dan pesona harapan
meski hanya sebuah atau beberapa tatapan
tapi
serupa dua bintang di langit biru malam
tatapanmu akan selalu kukenang hingga ujung usia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar