Membaca judul diatas, nampaknya aneh ya. Wong ingin sukses kok mensukseskan orang lain. Mestinya kan kita berusaha untuk menyukseskan diri sendiri. Lagian bagaimana kita bisa sukses dengan menyukseskan orang lain. Nyatanya bapak ibu guru SD kita, masih seperti itu saja. Padahal ada yang anak didiknya menjadi Bupati maupun Gubernur.
Namun coba perhatikan dan pikirkan baik baik. Kenapa seorang suami atau ayah mau bekerja keras membanting tulang, memeras keringat dan otaknya? Tentunya jawabnya ingin memberikan yang terbaik buat keluarganya, istri dan anaknya. Dia ingin menyukseskan istri dan anaknya. Ketika dia sudah merasa cukup telah memberi yang terbaik( menurut pandangan dia sendiri), maka dia mulai berhenti atau mengurangi usahanya, sehingga pertumbuhan kesuksesannya mulai menurun. Dan akhirnya dia berada pada zona nyaman.
Namun coba perhatikan dan pikirkan baik baik. Kenapa seorang suami atau ayah mau bekerja keras membanting tulang, memeras keringat dan otaknya? Tentunya jawabnya ingin memberikan yang terbaik buat keluarganya, istri dan anaknya. Dia ingin menyukseskan istri dan anaknya. Ketika dia sudah merasa cukup telah memberi yang terbaik( menurut pandangan dia sendiri), maka dia mulai berhenti atau mengurangi usahanya, sehingga pertumbuhan kesuksesannya mulai menurun. Dan akhirnya dia berada pada zona nyaman.
Seandainya sang suami atau ayah tadi, tidak merasa cukup dengan memberi kesuksesan pada keluarganya, maka ceritanya akan lain. Seandainya jika dia ingin menyukseskan orang tuanya, saudaranya, temanya, anak buahnya dan atau bangsanya. Maka sang suami atau ayah tersebut akan terus berusaha menambah pengetahuan dan keterampilannya, sehingga dia mampu mencapai jabatan tertinggi diperusahaannya. Kenapa? Karena dia mampu memimpin dan menginspirasi anak buahnya atau teman sejawatnya. Sehingga para pemegang saham sepakat mengankat dia menjadi Presiden Direktur.
Sang suami atau ayah tersebut, tidak berhenti disini. Dia melihat masyarakat disekitarnya masih tertinggal, anak mudanya seakan tidak memiliki semangat hidup, tudak memiliki harapan dan masa depan yang cerah. Maka disela sela kesibukannya sebagai Presiden Direktur, dia membina anak muda dilingkungannya, menyemangati mereka dan memberdayakannya.
Perjalanan sang suami atau ayah tersebut tidak cukup disitu. Dia akhirnya mendirikan sekolah unggulan yang terjangkau oleh masyarakat ekonomi menengah kebawah. Dia berpikir, tidak ada anak yang bodoh. Yang ada adalah yang tidak tahu kenapa mereka sekolah. Yang ada adalah anak yang tidak memiliki harapan dan cita cita yang tinggi. Yang ada adalah anak yang tidak tahu bagaimana caranya belajar dengan baik, sehingga mampu memaksimalkan otak yang dimiliki. Yang ada adalah anak yang didik oleh guru yang salah, yang tidak layak menjadi guru. Yang ada adalah anak yag berada dilingkungan yag salah.
Untuk mewujudkan keinginannya tersebut dia membaca berbagai macam buku yang berkaitan dengan minatnya. Dia mengikuti banyak seminar tentang pendidikan. Dia mengungjungi berbagai sekolah unggulan yang ada. Akhirnya dia mampu mewujudkan sekolah yang diharapkannya. Pada akhirnya kesuksesan dia bertambah dan terus bertambah.
Sehingga disaat menyendiri dia merenung, dia berpikir. Kenapa saya berada disini? Kenapa saya kini menjadi seorang guru yang menginspirasi. Kenapa saya menjadi guru yang menyemangati guru lain?. Kenapa kesuksesan itu datang mengejar saya. Padahal sepertinya saya tidak berjuang untuk mendapatkannya? Kenapa kehidupan ini begitu berlimpah kepada saya. Kenapa kata orang saya bekerja keras, tidak memperhitungkan waktu, tetapi saya kok tidak merasakan saya kerja keras. Tetapi justru saya merasa kerja saya terlalu santai , dan banyak hal yang belum saya lakukan?
Akhirnya dia tahu jawabannya. Ya itu semua karena dia berusaha mensuksekan orang lain. Itu semua karena dia berusaha memuliakan orang lain. Sehingga Tuhannya memuliakan dan mensuksekan dia.
Tidak percaya dan masih bingung dengan logikanya? Bukankah anda tidak mungkin memberi uang pada orang lain jika anda tidak memiliki uang? Bukankah anda tidak mungkin memberi ilmu aatau keterampilan kepada orang lain jika anda tidak mempunyai ilmu atau keterampilan tersebut? Bukankah anda tidak mungkin membangkitkan semangat pada orang lain jika semangat dalam diri anda tidak bangkit? Jadi jika anda ingin memberi uang, ilmu, keterampilan, semangat, kesuksesan maka anda harus memiliki semua itu sebelumnya. Dan untuk memacu diri anda agar mau memiliki, uang, ilmu, keterampilan, semangat dan kesuksesan, tidak ada cara lain kecuali anda memiliki keinginan yang kuat untuk memberi pada orang lain. Untuk mensukseskan orang lain.
Jadi ingin sukses, sukseskan orang lain. Ingin masuk surga masuk surgakan orang lain.
Semoga bermanfaat.
Sang suami atau ayah tersebut, tidak berhenti disini. Dia melihat masyarakat disekitarnya masih tertinggal, anak mudanya seakan tidak memiliki semangat hidup, tudak memiliki harapan dan masa depan yang cerah. Maka disela sela kesibukannya sebagai Presiden Direktur, dia membina anak muda dilingkungannya, menyemangati mereka dan memberdayakannya.
Perjalanan sang suami atau ayah tersebut tidak cukup disitu. Dia akhirnya mendirikan sekolah unggulan yang terjangkau oleh masyarakat ekonomi menengah kebawah. Dia berpikir, tidak ada anak yang bodoh. Yang ada adalah yang tidak tahu kenapa mereka sekolah. Yang ada adalah anak yang tidak memiliki harapan dan cita cita yang tinggi. Yang ada adalah anak yang tidak tahu bagaimana caranya belajar dengan baik, sehingga mampu memaksimalkan otak yang dimiliki. Yang ada adalah anak yang didik oleh guru yang salah, yang tidak layak menjadi guru. Yang ada adalah anak yag berada dilingkungan yag salah.
Untuk mewujudkan keinginannya tersebut dia membaca berbagai macam buku yang berkaitan dengan minatnya. Dia mengikuti banyak seminar tentang pendidikan. Dia mengungjungi berbagai sekolah unggulan yang ada. Akhirnya dia mampu mewujudkan sekolah yang diharapkannya. Pada akhirnya kesuksesan dia bertambah dan terus bertambah.
Sehingga disaat menyendiri dia merenung, dia berpikir. Kenapa saya berada disini? Kenapa saya kini menjadi seorang guru yang menginspirasi. Kenapa saya menjadi guru yang menyemangati guru lain?. Kenapa kesuksesan itu datang mengejar saya. Padahal sepertinya saya tidak berjuang untuk mendapatkannya? Kenapa kehidupan ini begitu berlimpah kepada saya. Kenapa kata orang saya bekerja keras, tidak memperhitungkan waktu, tetapi saya kok tidak merasakan saya kerja keras. Tetapi justru saya merasa kerja saya terlalu santai , dan banyak hal yang belum saya lakukan?
Akhirnya dia tahu jawabannya. Ya itu semua karena dia berusaha mensuksekan orang lain. Itu semua karena dia berusaha memuliakan orang lain. Sehingga Tuhannya memuliakan dan mensuksekan dia.
Tidak percaya dan masih bingung dengan logikanya? Bukankah anda tidak mungkin memberi uang pada orang lain jika anda tidak memiliki uang? Bukankah anda tidak mungkin memberi ilmu aatau keterampilan kepada orang lain jika anda tidak mempunyai ilmu atau keterampilan tersebut? Bukankah anda tidak mungkin membangkitkan semangat pada orang lain jika semangat dalam diri anda tidak bangkit? Jadi jika anda ingin memberi uang, ilmu, keterampilan, semangat, kesuksesan maka anda harus memiliki semua itu sebelumnya. Dan untuk memacu diri anda agar mau memiliki, uang, ilmu, keterampilan, semangat dan kesuksesan, tidak ada cara lain kecuali anda memiliki keinginan yang kuat untuk memberi pada orang lain. Untuk mensukseskan orang lain.
Jadi ingin sukses, sukseskan orang lain. Ingin masuk surga masuk surgakan orang lain.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar