Ranggawarsita dan 11 Fakta Tentangn

Ranggawarsita | wikipedia.org
Nama asli sang Pujangga
Ranggawarsita lehir dengan nama Bagus Burham. Ada juga yang menyebutnya Burhan dari bahasa Arab yang artinya bukti. Sedangkan Bagus merupakan sebutan untuk anak yang ayahnya bergelar raden.
Keturunan Sultan Pajang dan Demak
keturan bangsawan. Dari garis ayahnya, Mas Panjangswara, ia tercatat sebagai keturunan ke-13 dari Sultan Adiwijaya yang bertahta di Pajang, jawa Tengah, antara tahun 1568—1575 Masehi. Sedangkan dari garis ibunya, ia terhitung keturunan ke-10 dari Sultan Trenggana dari Demak yang mati terbunuh tahun 1955.
Darah Pujangga Mengalir di Tubuhnya
Kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitu pula Ranggawarsita. Bakatnya sebagai pujangga diturunkan dari garis ayah dan ibunya. Kakek ayahnya atau Eyang buyutnya dikenal dengan nama Raden Tumenggung Yasadipura I yang banyak mengarang buku, seperti Babad Giyanti, Serat Rama, Serat Baratayudha, Panitisastra, dll. Sedangkan bapa ayahnya atau kakeknya, R.T. Sastranegara adalah pengarang buku Sasana Sunu, Dasanama Jarwa, dll. Sementara itu, melalui garis ibunya, darah pujangga mengalir dari R.T. Sujanapura yang terkenal dengan nama Pangeran Karangganyam, pengarang kitab Nitisruti.
Sudah Diramal Jadi Pujangga Sejak Kecil
Setelah tidak menyusu lagi kepada ibunya, Ranggawarsita diserahkan kepada eyangnya, R.T. Sastranagara untuk diasuh olehnya. Eyangnya itu mempercayakannya kepada Ki Tanujaya, salah seorang abdinya yang setia. Sebelum wafat, eyang buyutnya, R.T. Yasadipura I mengatakan kepada R.T. Sastranegara, anaknya, bahwa Ranggawarsita akan menjadi pujangga besar di kemudian hari.
Belajar di Pondok Pesantren

Pesantren Gebangtinatar | padepokan-gebangtinatar.blogspot.com
Bertemu calon Istri dalam Pelariannya
Ranggawarsita dan Ki Tanujaya bermaksud menghadap bupati Kediri, Adipati Cakradiningrat. Mereka singgah ke rumah saudara sepupu Ki Tanujaya. Sepupunya itu menyarankan agar mereka menunggu saja romongan Adipati yang mau menghadap Sri Sunan ke Surakarta lewat Madiun. Sambil menunggu, mereka jualan di pasar. Saat itulah, R.A. Gombang, putri Adipati, belanja ke pasar. Ia membeli cincin emas milik Ranggawarsita. Putri inilah yang kelak akan menjadi istri Ranggawarsita.
Kembali ke Pesantren Gebangtinatar
Setelah cukup lama tak ada kabarnya, Imam Baseri mengutus Ki Kramaleya dan Ki Jasana untuk mencari Ranggawarsita. Mereka berhasil menemukannya dan membujuknya kembali ke pesantren. Awalnya, Ranggawarsita masih menunjukan keengganannya belajar di pesantren. Imam baseri berusaha membujuknya, membangkitkan harapannya demi masa depan. Bujukan itu mampu menyentuh jiwa Ranggawarsita dan menyadarkannya. Ia menjadi giat belajar dan mulai menunjukkan kecerdasaannya. Sampai akhirnya, ia diangkat menjadi wakil Kiai Imam Baseri. Seelah ia merasa pengetahuan dan pengalamannya cukup, ia pulang ke Surakarta.
Belajar Ilmu Sastra dan Ilmu Kanuraga
Sekembali dari pesantren, ranggawarsita belajar ilmu sastra dari eyangnya, R.T. Sastranagara. Setelah disunat, ia diserahkan kepada Pangeran Buminata. Pangeran itu yang mengajainya ilmu kanuraga sehingga membuatnya jadi ahli surat dan ahli silat.
Menjadi Abdi Dalem Keraton Surakarta
Sebagai murid Pangeran Buminata, Ranggawarsita sering turut dengannya ke kraton. Suatu hari, Pangeran Buminata menghadap Sri Paku Buono IV bersama Ranggawarsita untuk minta restu. Paku Buono IV berkenan menerimanya sebagai abdi dalem. Tahun 1819, ia diangkat menjadi juru tulis dengan gelar Mas Rangga Panjanganom. Tahun 1826, pangkatnya naik menjadi panewu carik dengan gelar Mas Ngabei Sarataka. Delapan belas tahun kemudian, ia menjadi kliwon kadipaten anom dengan gelar R.Ng. Ranggawarsita hingga wafatnya.
Kelana Ranggawarsita untuk Berguru
Tiga puluh lima hari setelah pernikahannya dengan R.A Gombak, Ranggawarsita minta izin kepada mertuanya untuk berguru ke daerah Jawa Timur dan Bali. Ia pergi bersama Ki Tanujaya. Ia berguru kepada Kiai Tunggulwulung di Ngadiluwih, Ki Ajar Wirakanta di Ragajampi (Jatim), Ki Ajar Sidakalu di Tabanan (Bali).
Kematiannya dalam Buku Sabdajati

Serat Sabdha Jati | padepokan-gebangtinatar.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar