KITA dan MEREKA ! INILAH PERJUANGAN KELAS - BATALKANLAH PERJANJIAN PERBUDAKAN KMB - BUYUNG SALEH/PURADISASTRA
Bukan sedikit yang telah diambil dan akan terus dipompa lagi oleh tuan-tuan besar Imperialis dari Indonesia! Sebelum perang kaum colonial Belanda saja telah menanam kira-kira f 4.000.000.000 (empat milyar rupiah), terutama diperkebunan-perkebunan karet, teh, kelapa sawit, kina, kopi, tembakau dsb.
Untuk sekedar mendapatkan gambaran bagaimana kaum capitalist Belanda khususnya dan yang lain-lain umumnya mengeduk dan mengeruk keuntungan, baiklah disebutkan, bahwa dari tahun 1912 sampai 1936 kapital yang mereka tanam diperusahaan-perusahaan perkebunan itu dari pihak Belanda saja bertambah 123%. Jangan dilupakan, bahwa pada tahun 1929 sampai 1935 adalah tahun krisis dimana perdagangan dan industry dunia capitalist dimana-mana macet, pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan lainnya banyak di tutup dan kaum Buruh perkebunan yang laki-laki hanya bergaji 8 cent dan perempuan 5 cent se-hari, artinya: kalau dibagikan diantara sekeluarga yang terdiri dari seorang suami, seorang istri dan 2 orang anak kurang daripada sebenggol sehari. Memang makan kuda atau anjing yang menggangur sekalipun lebih baik dari makanan orang Buruh khususnya dan Rakyat Indonesia pada umumnya. Rakyat Indonesia dari desa mengalir ke kota-kota, di kota-kota tidak ada pekerjaan, pabrik-pabrik dan perusahaan mengeluarkan orang diantara tahun 1923 (permulaan krisis imperialis di Indonesia) dan tahun 1937 (akhir krisis atau malaise dunia). Perampokan dan pencurian, pelacuran dan penjualan anak-anak terjadi dan kaum capitalist colonial mengatakan bangsa Indonesia, orang pribumi atau inlanders berbakat kejahatan (crimineel aanglegd). Seolah-olah bangsa Indonsia bangsa penjahat.
Saudara tahu! Kita hidup di pondok-pondok yang seperti “kandang kambing atau kandang babi”, sedangkan kaum capitalist colonial dan kaki tangan serta “punggawa-punggawanya” - kaum administrator dan superintendent, employee, dan opzichter bertahta didalam villa-villa yang seperti istana raja-raja kecil. Untuk menonton permainan sepak bola saja mereka tak segan-segan special terbang ke negeri Belanda atau untuk menonton ijshokkey terbang ke Swiss (Switzerland). Mereka membuang-buang uang beribu rupiah didalam penjudian rolet, taruhan pacu kuda dsb. Tiap kali keluarnya mobil model baru tidak terlewat mereka beli. Itu baru kaki tangan imperialist, kaum-kaum capitalist raksasa saja, apalagi kaum imperialistnya. Mereka tinggal di Wassenaer, Bluumendaal dan “t Gool” didalam kemewahan yang melebihi raja-raja atau dipusat dunia untuk berjudi di Montecarlo (kerajaan Monaco, diantara Perancis dan Italia, di tepi Laut Tengah dan Riviera) menghambur-hamburkan uang bermilyar-milyar rupiah. Itulah pekerjaan tuan-tuan besar daripada A.V.A., Netherlands Handelsmaatschappij dsb yang ada di Indonesia.
Pada akhirnya mereka menarik riba (bunga) bukan sedikit daripada kira-kira f 1.000.000.000.000 - (satu milyar rupiah), yang mereka pinjamkan kepada apa yang disebut pemerintah “Hindia Belanda” dimasa sebelum perang. Kira-kira 68% daripada penghasilan bersih dari bunga dan dividen (untung) yang didapat oleh capital yang ditanam diluar Netherlands, oleh kaum kapitalis Belanda adalah dari Indonesia. Pada tahun 1936 kapital yang ditanam di Indonesia lebih besar daripada capital colonial yang ditanam di Ceylon (Srilangka), Malaya, Indo China, dan Filiphina, kecuali di India, tidak ada penanaman capital luar negeri, di negeri jajahan manapun juga yang lebih besar daripada di Indonesia. Pada tahun 1936 jumlah capital colonial di Indonesia hampir separo dari capital colonial yang ditanam di seluruh benua Afrika, 75% daripada capital di Indonesia itu adalah kepunyaan Belanda. Daripada f 4.000.000.000 (empat milyar) yang ditanam Belanda di Indonesia sebanyak f 900.000.000 (Sembilan ratus juta) ditanam di perusahaan kereta api dan traam sebanyak f 360.000.000 (Tiga ratus enam puluh juta rupiah) didalam minyak tanah, hanya didalam Royal Dutch - B.P.M. saja.
Sebagai gambar penjelasan tentang kekayaan yang membajir keluar dan masuk ke kantong kaum imperialis, baiklah diperhatikan yang berikut: sebelum perang, ialah pada tahun 1939, jumlah harga eksport yang didalam tangan bangsa Indonesia sebetulnya termasuk juga saudara Tionghoa, Arab dan India, diantaranya dari karet - Rakyat, sebanyak f 136.805.000. Eksport hasil perusahaan Imperialis Eropa adalah f 866.866.000. Jadi enam kali sebanyak eksport dari tangan orang-orang Indonesia, sepintas lalu tidak terlalu besar perbedaan itu, tapi marilah, Bung, kita hitung harga eksport itu menurut kepala. Maka nyatalah, bahwa 67.000.000 tiap kepala kebagian kira-kira f 2 (dua rupiah). Tapi sekarang orang-orang Eropa yang untuk sebagian terbesar orang-orang Belanda yang ada di Indonesia jumlahnya hanya 250.000 orang. Mereka mengeksport seharga f 866.866.000 itu berarti tiap kepala f 3.468 jadi (jangan kaget Bung)….. 2000 kali sebanyak orang-orang Indonesia.
Belum lagi kemudian selama 3 ½ tahun perampokan oleh Fasis Jepang! itulah sebabnya mengapa rakyat Indonesia telah hampir setengah abad lamanya berjuang didalam pergerakan nasional untuk melemparkan kekuasaan Imperialis. Itulah sebabnya mengapa kelas Buruh Indonesia mempelopori perjuangan nasional! Itulah sebabnya mengapa kita Rakyat Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklamirkan kemerdekaan Indonesia! Itulah sebabnya mengapa kita lima tahun lamanya melakukan perang partisan(gerilya Rakyat anti imperialis) melawan pasukan-pasukan bandit kaum imperialis.
Dan kita yakin, bahwa diantara kepentingan-kepentingan imperialis dan kepentingan Rakyat Indonesia TIDAK ADA KOMPROMI! Itulah sebabnya kita menentang perjanjian perbudakan KMB. PERJANJIAN - PERBUDAKAN KMB MENGEMBALIKAN LAGI SEMUA PENDERITAAN DARI ZAMAN JAJAHAN, DITAMBAH DENGAN PENGHISAPAN DAN PENINDASAN KAUM BORJUIS KOMPRADOR BANGSA SENDIRI.
Maka itu, oleh karena itu, kita hendak menggunakan kekayaan Indonesia yang kaya raya, yang loh-jinawi, yang subur makmur untuk kemakmuran, kesejahteraan, kesenangan dan kebahagiaan Rakyat Indonesia sendiri, terutama kaum Pekerjanya (Buruh, Tani dan Borjuis kecil, tengah-pekerja). Kita terus berjuang untuk membatalkan - perjanjian- perbudakan KMB.
Diantara MEREKA dan KITA, diantara kaum IMPERIALIS dan KITA, tidak, tidak dan sekali tidak: TIDAK ADA KOMPROMI!
Kita teruskan perjuangan nasional anti imperialis dengan dipelopori oleh kelas Buruh!
Kita teruskan perjuangan kelas!
Semua kekuatan untuk membatalkan perjanjian - perbudakan KMB!
Semua jalan menuju ke pembatalan perjanjian-perbudakan KMB!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar