KEDUDUKAN DAN TUGAS SAREKAT BURUH - Warsosukarto
Dalam tulisan saya di Warta Sarbupri yang lampau tentang pengalaman perjalanan ke Sumatra-Selatan ditegaskan beberapa kekurangan yang terdapat pada organisasi kita. Salah satu kekurangan yang paling pokok ialah kurang dimengertinya secara terang kedudukan dan tugas Sarekat Buruh. Memang kita semua telah lama memimpin dan berpengalaman bekerja didalam Sarekat Buruh, terutama di SARBUPRI, tetapi kenyataan-kenyataan menunjukkkan, bahwa masih perlu kita diskusikan lagi bersama-sama tentang kedudukan dan tugas Sarekat Buruh untuk meneliti diri kita, apakah masih ada kekurangan-kekurangan yang perlu kita perbaiki. Hal ini sangat penting sebab setiap tindakan yang kurang tepat, kalau tidak lekas diperbaiki akan membawa akibat yang sangat merugikan persatuan yang luas dan mengurangi kekuatan organisasi.
Untuk dapat menentukan salah atau tidaknya tindakan-tindakan kita dan dihubungkan dengan teori. Setelah itu kita pelajari pengalaman-pengalaman lain orang dengan tidak pandang fungsinya. Bahkan pengalaman kaum Buruh biasapun, kalau bisa kita jadikan pedoman kerja untuk perbaikan organisasi, perlu kita pelajari. Orang yang hanya kukuh pada pengalamannya sendiri dengan tidak mau mempelajari pengalaman lain orang, maka akhirnya dia menjadi orang yang kosong, tetapi sombong dan menganggap, bahwa hanya dirinya sendirilah yang paling benar, paling pintar, dsb. Akibatnya bukan kebenaran atas dasar kepentingan Massa yang dicari, tetapi main menang-menangan dan merasa dirinya rendah dan terhina, kalau sampai harus mencontoh lain orang, mendengarkan pendapatnya lain orang, lebih-lebih kalau kekurangannya dibetulkan. Oleh karena itu marilah demi untuk kebesaran organisasi kita, untuk persatuan yang luas dan tercapainya maksud-maksud kita yang jujur, kita pelajari bersama kedudukan Sarekat Buruh dan kita teliti diri kita masing-masing, apakah kita semuanya sudah melaksanakannya dengan baik.
Kedudukan Sarekat Buruh.
Dalam tulisan Rostovsky, terjemahan Sentral Biro Sobsi halaman 16 tentang Kedudukan dan sifat Serikat Buruh dijelaskan sebagai berikut:
Suatu Sarekat Buruh adalah menurut sifat dan asalnya merupakan organisasi Massa yang demokratis. Justru disinilah bahwa perkataan demokrasi harus sesuai sepenuh-penuhnya dengan sifat organisasi itu. Suatu Sarekat Buruh tak akan bisa melakukan pekerjaannya dengan hasil baik, jika ia tidak merupakan suatu organisasi Massa dan jika organisasi ini tidak demokratis.
Baiklah formulasi diatas kita bahas:
Bahwa sifat Organisasi Serikat Buruh harus demokratis, adalah karena ia didirikan secara sukarela oleh kaum Buruh. Pengertian demokrasi disini mempunyai sifat yang berlainan dengan didalam satu partai politik, sebab didalam satu partai politik unsur persatuannya adalah kesatuan ideology, sedang didalam Serikat Buruh kesatuan kepentingan didalam satu/sejenis lapangan kerja atau kedudukan social yang sama (sebagai Buruh). Dalam satu lapangan kerja bisa terdiri-dari bermacam-macam ideology, agama, suku-bangsa, jenis kelamin, dsb. Hanya kepentingan mereka dalam hubungannya dengan perusahaan sama, yaitu misalnya: pengurangan waktu kerja, perbaikan syarat kerja, kenaikan upah, perbaikan rumah, dsb.
Disinilah sifat kedemokrasian yang istimewa dari Sarekat Buruh yaitu: mencari titik persamaan dalam hal-hal yang ada hubungannya dengan pekerjaan dan penghidupan sehari-hari. Melalui titik-titik ini maka baru kita bisa mempersatukan Buruh dari bermacam-macam aliran dan golongan, jenis dan suku-bangsa dalam satu barisan yang luas, dalam satu kesatuan yang kokoh. Hanya dengan jalan ini kita baru bisa membina kekuatan yang tidak terkalahkan.
Setapak-demi-setapak, berdasarkan pengalaman Buruh sendiri kita bangun kesadaran daripada mereka. Dengan ulet, tabah dan tidak terburu nafsu kita bisa mengajak kaum Buruh tanpa meruak persatuan yang sudah digalang.
Kedudukan Sarekat Buruh adalah berada ditengah-tengah Massa yang terdiri-dari bermacam-macam golongan dan keyakinan. Oleh karena itu mengerti perasaan dan fikiran Buruh dengan mendengarkan mereka adalah sangat penting. Perintah-perintah atau ancaman-ancaman saja tidak membawa persatuan menjadi kokoh, malahan menjauhkan organisasi kita dari mereka. Tidak sedikit kami berjumpa dengan kawan-kawan yang mempunyai anggapan bahwa kaum Buruh adalah bodoh, sehingga cukup diperintah saja. Kekeransan perlu digunakan dan dengan demikian baru ada disiplin. Kawan-kawan semacam ini akhirnya dijauhi Massa dan ditinggalkan. Kaum Buruh memang kurang pandai memformulasi, tetapi dapat merasa dan berfikir, mengetahui mana yang benar dan yang salah; pandai memilih atas dasar pengalamannya sendiri. Tentu saja memilih yang menguntungkan mereka.
Seribu-kali kita agitasi dengan suara menggetarkan jiwa kaum Buruh, dijelaskan betapa baiknya Sarbupri-Sobsi, kalau tidak disertai kenyataan pembelaan atas kepentingannya, akhirnya akan tidak dipercaya juga. Hanya hal-hal yang terbukti menguntungkan mereka yang akhirnya mereka jadikan pegangan.
Tugas Sarekat Buruh.
Tugas Sarekat Buruh dalam buku Rostovsky diformulasi secara jelas sbb:
a. Memperjuangkan kebutuhan-kebutuhan pokok dari Massa luas dan harus menghindari tendens-tendens* yang hanya mau mempertahankan segolongan atau sebagian dari Buruh tertentu saja.
b. Menjadi sekolahan yang besar bagi Klas Buruh; mendidik dan membangun kesadaran Klas; membantu Buruh memperoleh pengalaman terutama berupa perjuangan yang terorganisasi guna membela kepentingan-kepentingan mereka dan mempersiapkan kader-kader pimpinan pimpinan dari Klas Buruh.
Marilah dua pokok diatas kita kupas dan diskusikan.
Tugas pertama adalah membela kebutuhan pokok dari Massa luas dan harus menghindari tendens-tendens yang hanya mau mempertahankan kebutuhan segolongan atau sebagian dari Buruh tertentu saja. Kebutuhan pokok dari Buruh ialah sebaga soal yang langsung berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari, seperti: Kenaikan upah, catu, perumahan, jaminan anak, dll. Dalam menyusun dan memperjuangkan tuntutan-tuntutan semacam inilah yang sering menjadi kelemahan Serikat Buruh. Padahal tuntutan semacam ini sampai pada soal yang sekecil-kecilnya merupakan syarat pokok untuk berdirinya Sarekat Buruh. Sarekat Buruh yang tidak memperjuangkan kebutuhan pokok kaum Buruh sudah bukan Sarekat Buruh lagi tetapi melakukan tugas organisasi lain, umpamanya, partai politik, perkumpulan olah-raga, kemarian, dsb. Memang tugas Sarekat Buruh didirikan dengan tugas pertama-tama menuntut hak Buruh yang selalu dicatut oleh majikan. Selesai menuntut ini ganti itu, selesai yang lain ganti lagi dan seterusnya tidak berhenti. Hari-berhari, bulan-berbulan, tahun-ketahun, pekerjaan kita merundingkan kebutuhan pokok kaum Buruh, menuntutkan dan membelanya. Kebutuhan pokok ini tiap hari bertambah, makin banyak dan tidak habis-habis. Oleh karena itu, kalau kita berhenti beberapa waktu saja, persoalan sudah bertimbun dan bisa terbengkalai.
Dalam menyusun tuntutan ataupun membela kepentingan pokok dalam formulasi Rostovsky ditegaskan: harus menghindar tendens-tendens yang hanya mau mempertahankan segolongan atau sebagian dari Buruh tertentu. Ini sangat tepat dan sesuai dengan kedudukannya yaitu: berdiri meliputi bermacam-mcam golongan dan keyakinan. Kalau kita hanya membela golongan tertentu saja pasti akan ditinggalkan oleh golongan lain. Tugas ini memang sulit sekali terutama dibasis-basis, sebab secara khusus kepentingan Buruh-Buruh itu sendiri tidak sama, bahkan tidak jarang bertentangan satu sama lain, misalnya: Buruh harian dan employee.
Buruh harian yang tahunya mendapat pekerjaan dari employee mesti menganggap majikannya yang paling dekat ialah: employee. Oleh karena itu tidak jarang kalau terjadi pertentangan antara Buruh harian sebagai penerima pekerjaan dengan employee sebagai pemberi pekerjaan. Disatu pihak tidak ada tanggung-jawab selain menginginkan pekerjaan yang diberikan seringan mungkin, sedang dilain pihak sebagai pemberi pekerjaan mempunyai tanggung-jawab pekerjaan harus selesai dengan hasil yang memuaskan.
Didalam kedudukannya yang sama, masing-masing sebagai Buruh, masih pula ada pertentangan. Timbul pertanyaan: pembelaan harus dititik-beratkan dimana? Jawabnya dua-duanya. Sebab dalam menghadapi soal umum kedua golongan yaitu: employee dan Buruh harian sama-sama dibutuhkan. Oleh karena itu, maka tidak boleh ada satu titik berat pada salah satu golongan saja misalnya: buta pada kepentingan employee asal menguntungkan Buruh harian atau sebaliknya buta akan penderitaan Buruh harian asal bisa menarik employee dalam satu barisan. Mungkinkan kita mengajukan tuntutan yang memuaskan kedua-belah pihak? Mungkin! Yaitu dengan memperhitungkan kepentingan masing-masing dan mempersatuakannya untuk kepentingan yang lebih besar yaitu:melawan ekspolitasi umum modal monopoli asing. Tentu saja diantara kedua-belah pihak, secara khusus mesti ada pengorbanan. Cara bisa diatur oleh pimpinan ranting dengan jalan berunding, berdiskusi dengan yang berkepentingan. Permusyawaratan ini jangan hanya satu-kali saja, kalau perlu berkali-kali sampai mendapat keputusan yang diterima dengan memuaskan oleh kedua-belah pihak.
Selanjutnya dalam ayat b diatas dari tugas Sarekat Buruh dijelaskan, bahwa Sarekat Buruh adalah sekolahan yang besar bagi Klas Buruh. Arti daripada sekolahan ini ialah tempat pendidikan bagi kaum Buruh untuk sadar akan Klasnya. Kaum Buruh melalui pengalamannya harus menyadari, bahwa mereka adalah sebagai Klas yang juga dihisap, Klas juga yang harus berjuang untuk pembebasannya, Klas untuk mendidik Massa melakukan aksi-aksi, menumbuhkan kader-kader dari kaum Buruh sendiri, dll. Jadi apa yang sudah dirumuskan oleh Rostovsky adalah tepat sekali. Tinggal dalam melaksanakan hal ini, perlu ada keuletan yang sungguh-sungguh. Kawan-kawan kita dibasis atau dicabang sering-sering sangat terburu nafsu: karena mengganggap Sarekat Buruh adalah sekolahan besar, maka untuk mempercepat kaum Buruh mempunyai pengertian yang banyak lebih mementingkan klassikal. Cara-cara ini tidak sepenuhnya salah, tetapi kalau hanya semata-mata cara ini yang digunakan, maka akan tidak memenuhi maksudnya. Sebab sekolahan ini tujuannya bukan saja member pelajaran pada murid-murid, melatih memecahkan soal-soal yang dihadapi, dll, menurut garis-garis yang ditentukan oleh badan pimpinan atasan.
Selain itu agar pendidikan ini tidak merupakan pelajaran yang mati, maka pendidikan ini mesti dihubungkan dengan persoalan sehari-hari. Kegagalan-kegagalan tuntutan kita, disamping teliti kekurangan organisasinya, juga kita tunjukkan sebab-sebab lain seperti belum adanya hak demokrasi yang luas, dll. Jadi pendidikan soal-soal yang umum (politik) mesti kita hubungkan dengan aktivitiet sehari-hari dan sistematis menurut pengalaman kaum Buruh. Makin banyak aktivitiet kita makin cepat kemajuan-kemajuan kaum Buruh dan makin lekas dia mengerti soal-soal politik.
Persoalan politik yang kita sampaikan kepada Buruh tentu soal-soal yang ada hubungan dengan persoalan kaum Buruh yang paling dekat. Cara menerangkannya mesti dijelaskan hubungannya dengan mereka dan bukan menerangkan politiknya sesuatu partai politik. Memang bisa terjadi persamaan-persamaan politik dengan sesuatu partai politik, tetapi hal ini tidak berarti, bahwa Sarbupri berpihak pada partai itu. Sarbupri mempunyai politik sendiri yaitu: atas dasar keuntungan kaum Buruh secara langsung atau tidak langsung, dalam jangka pendek dan jangka panjang. Oleh karena itu "dalam garis perjuangan dengan tegas bahwa Sarbupri adalah non-partai, tetapi mempunyai pendirian politik". Tugas terakhir ini oleh sementara kawan-kawan sering digunakan kurang tepat, yaitu: dengan memaksa-maksa Buruh menyetujui politik tertentu, sekalipun belum jelas apa hubungannya dengan kepentingan kaum Buruh, dengan ancaman-ancaman, janji-janji, dsb. cara-cara ini adalah yang paling berbahaya bagi persatuan dan paling mudah membikin keretakan.
Mendidik politik kepada kaum Buruh harus sabar dan ulet, menggunakan cara-cara yang sistematis, memerlukan waktu yang lama dan tidak boleh keburu-nafsu. Karena setiap persoalan yang dihadapi oleh kaum Buruh tidak bisa terlepas dari soal-soal politik, maka apabila kita setiap kali menghubungkan persoalan dan aktivitiet sehari-hari saja dengan soal-soal politik sudah cukup luas. Tetapi sebagaimana saya pernah kemukakan dalam tulisan yang lalu, tindakan sementara kawan-kawan malahan terbalik, misalnya: sebagai pimpinan Sarekat Buruh, kurang paham soal-soal perburuhan tetapi lebih memahami dogma-dogma politik, artinya pengertian politik yang dengan jalan membaca majalah-majalan, surat-surat kabar secara kaku/mati dipaksa-paksakan untuk diterima oleh kaum Buruh. Rapat kesana-kemari, agitasi dengan panjang-lebar tanpa dikontroll apakah yang diterangkan itu dimengerti dan disadari oleh kaum Buruh. Penjelasannya kurang dihubungkan dengan persoalan kaum Buruh se-setempat, misalnya: dalam menerangkan soal-soal sikap kita terhadap kabinet, secara mati hanya menerangkan atau menyebarkan pernyataan-pernyataan DPP atau lain-lain, tetapi tidak diteliti pengalaman kaum Buruh setempat yang paling kena. Contoh-contoh yang diambil oleh DPP atau SOBSI adalah sangat umum yang tidak mesti tepat semua bagi suatu kebuh. Kalau disalah satu kebuh yang paling dirasakan tindakan traktor maut abdul hakim, maka contoh yang paling kita tinjolkan pada kaum Buruh ialah Abdul Hakim.
Tiap-tiap daerah, cabang, ranting, disamping mempunyai persoalan umum yang sama, mempunyai persoalan khusus yang paling gampang dimengerti kaum Buruh.
Demikianlah harapan-harapan kami agar semua aktivis-aktivis secara beramai-ramai meneliti kembali pekerjaan masing-masing, apakah dia sudah menempatkan Sarbupri pada kedudukannya yang benar, apakah sudah tidak terdapat lagi sektarisme-sektarisme yang menyebabkan organisasi kita akan terisolasi, apakah persatuan kita atas dasar keterangan diatas, sudah cukup luas, apakah tindakan-tindakan penghukuman terhadap seseorang anggota yang dulu dianggap penghianat, dll sudah tepat. Adakanlah diskusi secara massal dan luas untuk mengadakan perbaikan didalam organisasi kita!!
Catatan:
*Tendens-tendens: Kecenderungan-kecenderungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar