Jumat, 25 Januari 2013
Manuscript Mahabharata kawedar dan wejangan, th. 1906.
Kalimat2 disamping adalah sebagian dari wejangan salah satu versi kebatinan Jawa, mengenai 7 lapisan langit, silahkan lihat gambar bawah, gambarnya sengaja digelapkan agar pembaca bisa mengikutinya baik aksara jawa maupun transliterasinya.
Dalam buku langka ini berisi 20 lembar, halaman awalnya dimulai dengan nomer 77 sampai halaman 110 selanjutnya ada 2 halaman tanpa nomer. Disampulnya tertulis 'Serat Ngabdulsalam' penulisnya 'Sastra dimeja'
Selanjutnya
masih dihalaman 82, dengan pergantian lagu menjadi lagu
Asmaradana, dimulai wejangan atau nasihat yang bersifat olah batin
(kebatinan) dalam bentuk tembang, sampai halaman 110, masih ditambah 2
halaman tanpa nomer.
Diakhir wejangan (hlm. 110) ada tulisan pensil "rampung ping 26/6 1906" artinya selesai ditulis pada tanggal 26 Juni 1906, ada inisial penulisnya "Sd", singkatan dari nama penulisnya 'Sastradimeja'
Catatan : 3 buah manuskrip yang diunggah 'rare book'sebelumnya dan buku manuskrip yang diunggah kali ini, terdapat kesamaan gaya tulisannya. Kecuali buku dengan sampul warna merah "Wejangan Sunan Giri dan Sunan Kalijaga", 2 buku lainnya ditambahkan inisialnya saja yaitu 'Sd' dengan tanggal penulisannya, bahkan ada yang lengkap namanya (tanda tangan) dan tanggalnya misalnya buku "Serat Weddha Satmaka".
Jadi kesimpulannya bahwa empat buah manuskrip, buku langka koleksi 'rare book' tersebut semuanya ditulis oleh Sastradimeja dengan bentangan waktu antara tahun 1889 - 1906, lebih seabad yang lalu.
Selasa, 15 Januari 2013
Manuscript, Serat Weddha Satmaka, th. 1897.
"Serat Weddha Satmaka" adalah judul buku kangka yang diunggah 'rare book' ini adalah salah satu buku manuskrip yang didapatkan bersamaan dengan 4 buah buku manuskrip lainnya, 2 diantaranya sudah diunggah berturut turut sebelum buku ini.
Diterangkan pada awal penulisannya, Weddha Satmaka dimaksudkan sebagai Petunjuk Kehidupan, oleh penulisanya, yaitu Empu Cipta Sisthawa atas permintaan Raden Mas Harya Suganda dari Pasuruan (lihat gambar dibawah), terbaca : "Serat Weddha Satmaka tegesipun : weddha : papakem, ngelmi utawi piwulang, satmaka tegesipun gesang, . . . dst"
Sebagai petunjuk olah batin, Weddha Satmaka terdiri dari 36 bab , ditulis pada hari Kamis, tanggal 20 Dulkaidah 1826 atau 22 April 1897, diterangkan pada bagian akhir hlm. 3 diteruskan dibagian awal hlm. 4, (gambar bawah), terbaca sbb.:"purwaning panggita, ri respati tanggal dwi dasa, wulan Dukangidah, jroning jimakir warsa, tinengren condrasangkala, 'pamolahnya amandeng ngesti putra' : 1826 : . . . dst."
Diterangkan di hlm. 49 atau halaman akhir, bahwa pada tgl. 07 September 1906, Serat Weddha Satmaka selesai disalin kembali oleh Sastra Dimeja (gambar bawah), terbaca sbb : "tamat rampung 7-10-1906, sampun cocog kaliyan salugunipun, Sastra Dimeja (tanda tangan)".
Dibawah adalah gambar halaman terakhir, halaman 49. Walaupun digolongkan sebagai buku olah batin (kebatinan), bisa juga buku langka ini juga dianggap sebagai buku sastra jawa.
Buku langka koleksi 'rare book' bersampul seadanya berwarna merah ini, seperti ukuran buku tulis biasa, 17 x 21 cm (1/2 folio), ditulis tangan menggunakan tinta yang bersifat membakar kertas, bukan tinta dengan pigmen warna, walaupun sudah seabad umurnya tapi bau hangusnya masih terasa.
Senin, 07 Januari 2013
Manuscript, Wejangan Sunan Giri dan Sunan Kalijaga, th. 1900 an.
Sebuah manuskrip, berisi Wejangan Sunan Giri Gajah kepada Istrinya dan Wejangan Sunan Kalijaga kepada Pamannya. Ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa dengan rapi, menggunakan tinta yang bersifat membakar kertasnya.
Buku langka ini didapatkan bersamaan dengan 4 buah buku manuskrip lainnya, salah satunya adalah buku Kidungan Lengkap yang sudah diunggah 'rare book'sebelumnya.
Buku langka ini didapatkan bersamaan dengan 4 buah buku manuskrip lainnya, salah satunya adalah buku Kidungan Lengkap yang sudah diunggah 'rare book'sebelumnya.
Gambar dibawah ini tulisan dihalaman 15 awal : "Punika pamejange Pangeran Giri Gajah Kadhaton, saweg jinalukan kawruh dening kang garwa, mongka matur ingkang garwa dhateng ingkang raka, kados pundi Sunan . . . . dst. ".
Maksudnya "Ini wejangannya Pangeran Giri Gajah Kadhaton, saat diminta
oleh sang istri, begini kata istri kepada suaminya, bagaimanan kanjeng
Sunan . . . dst"
". . . poma poma nyai aja sira salah tampa, aja metu ing lesan nira, gemi den nastiti, iku kawruh kang padhalan ingsun, wallahu alam. Ti"
Kalimat diatas adalah penutup wejangan Sunan Giri Gajah kepada Istrinya. Huru Ti dibelakng artinya selesai atau tamat.
Untuk sekedar diketahu bahwa Sunan Giri Gajah, putra Maulana
Ishak, adalah yang mendirikan dan Pemimpin Giri Kedhaton yang pertama,
selanjutnya digantikan dengan anaknya bergelar Sunan Giri Dalem
Tulisan pada gambar dibawah ini : "Punika
pamejang kangjeng Sunan ing Kalijaga, duk lagi apitutur dhateng kang
Paman, ing rahsaning ngujar kang patang prakara . . . dst. "
Maksudnya :"Ini wejangan kanjeng Sunan Kalijaga, saat memberi petunjuk pada Pamannya, masalah empat perkara . . . dst"
Dibawah ini cuplikan wejangannya : " . . . yen kocap Gustine tan kocap
kawulane, yen kocap kawulane tan kocap Gustine . . . dst"
Dibawah ini adalah halaman terakhir dari wejangan Sunan Kalijaga kepada Pamannya.
Selain dua wejangan yang sudah disebutkan diataas, masih ada lagi wejangan lain mengenai Sahadat, Sarengat, Tarekat, Kiblat Papat, juga Kawruh Usuludin sipat 20. Ada wejangan yang disampaikan dalam bentuk tembang/lagu dan ada yang bukan tembang. Jadi buku manuskrip ini selain digolongkan sebagai buku langka juga bisa dikelompokan sebagai buku agama, buku kebatinan jawa dan bahkan sebagai buku sastra jawa.
Sayang tidak ditemukan siapa penulis dan tahun penulisannya, namun kalau
diperhatikan dari kertasnya, tintanya dan pola tulisannya, dibandingkan
dengan buku lainya yang ditemukan bersaman dengan buku ini,
diperkirakan buku ini ditulis sekitar tahun 1900.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar