wawuwalik79

>

Senin, 09 Februari 2015

Jangan Bingung Kaum Muda !

Jangan Bingung Kaum Muda!

Written By PEMBEBASAN JogjaJateng on Kamis, 22 Mei 2014 | 06.58











Kata temanku jangan bingung lek, Negara udah bingung, jangan kamu tambahin lagi, ntar makin kebingungan. Ya ini yang menjadi desas-desus hatiku, 2014 kata si kakek tua, adalah tahun di mana titik tolak dari sebuah angan kesejahteraan, kedamaian, keadilan bahkan kesetaraan, atau kata komplitnya tahun penentu dari sebuah cita-cita bangsa; Tahun Politik dalam bahasa para elit. Tahun ini adalah tahun terburuk pesta demokrasi, di mana hampir di setiap polosok negeri menayangkan wajah suram Pileg (Pemilu Legislatif) dengan praktek  kecurangan. Ya, Money Politic bahasa gaulnya.


Kali ini saya tak ingin membahas kenapa dan bagaimana money politic itu mendominasi pertarungan politik di Nusantara, sedikit menyelipkan kata kawan Marx dalam Ekopolnya (Ekonomi Politik  Karl Marx): "Konflik bermula dari keserakahan di mana materi, kekuasaan, menjadi mutlak untuk dimiliki." Di tengah gonjang-ganjing persoalan Pileg (Pemilu Legislatif) yang belum terselesaikan, kita disajikan kembali menu penutup restoran kesengsaraan yang sedang diracik khusus oleh koki-koki dari berbagai macam keahlian dan warna pakaian: Sebut saja warna merah sang penghegemoni pikiran rakyat dengan blusukannya, kikir terhadap upah buruh, pro kapitalis dan juga berwatak militerisme, (Jika dia berkuasa, tak ingin memberantas penjahat HAM) ini diperkuat dengan dukungan 25 Jendral dan pengusaha atas pencapresannya. Yang terakhir koki terhebat bertato burung garuda dengan menu andalannya menculik, membunuh manusia yang bertentangan dengannya. Ya, sang militerisme, penjahat HAM, penculik aktivis pro demokrasi, melakukan penindasan terhadap Buruh di pabrik kertasnya dengan tak membayar gaji buruhnya lebih dari 5 bulan. Ini lah koki-koki yang sedang merebut simpati juri (rakyat) untuk menyandang Master cheff restoran Negeri.


Anehnya dengan latar belakang kedua koki di atas yang semua adalah penyaji kesengsaraan rakyat, tapi para juri antusias menyambut persaingan kedua koki ini. Apa yang salah dengan rakyatku? ketidaktahuan kah? mungkin sedikit kompromis jawabku adalah rakyatku tak tahu.


Mirisnya yang katanya kaum intelektual juga berbondong-bondong mendukung masing-masing jagoannya. Bukan mereka (para elit) jalan keluar dari kebobrokan restoran negeri! Rakyat sudah saatnya membangun politik alternatif untuk rakyat dan dari rakyat sendiri. Dengan persatuan rakyat dapat membangun kekuatan politiknya sendiri.  


Jangan percaya pada mereka! Belakangan ini perilaku Partai Politik dan Politisi makin hari makin menampakkan moral kriminal dan tipu daya. Korup, haus kekuasaan, adalah bukti kongkrit amburadulnya panggung politik di Indonesia. Dimana-mana terjadi penggusuran petani dan kaum miskin kota, pengangguran terus bertambah, pendidikan tak bisa dijamah rakyat miskin, dan masih banyak lagi perilaku bobrok para elit, tentu saja ini punya benang merah dengan ekonomi-politik di Indonesia. Dengan dalil percepatan pembangunan ekonomi hak manusia diinjak dan dicampakkan, nyawa melayang, untuk sebuah keserakahan.


Masih maukah kau gantungkan harapan pada mereka sang pembunuh, kaki tangan kapitalis, pelanggar HAM dan rakus itu? Tak ada alasan mendukung mereka! 


Dalam kenyataannya kita tidak bisa menggantungkan perubahan pada partai politik dan elit politik borjuis, yang dalam sejarahnya tak pernah konsisten membela perjuangan rakyat. Kita membutuhkan prinsip kemandirian politik, pemerintahan alternatif diluar dari syarat-syarat kapitalisme. Oleh karena itu, membangun gerakan alternatif untuk memperjuangkan pembebasan nasional adalah syarat bagi perubahan mendasar, sebagai proses menuju sosialisme dan membuang jauh-jauh sistem biadap yang tidak manusiawi, memaksa manusia harus saling menjatuhkan, tanpa berusaha bekerja sama, memaksa manusia sibuk dengan kekuasaan, daripada menjalin persatuan, sistem ini yang tak boleh ada di muka bumi. Jika ada, maka hanya tersaji dan dinikmati oleh segelintir orang serakah (kapitalisme).



Persoalan Kemiskinan adalah Persoalan Seluruh Rakyat!

Di segala lini dan sisi kehidupan, kita dihadapkan dengan persoalan kemiskinan. Buruh dibayar murah, bahkan tragisnya buruh di dalam pabrik yang memproduksi roti nikmat bermerek Sari Roti tak dibayar. Pendidikan mahal, rakyat dibantai jika memperjuangkan haknya, pengangguran meningkat, penggusuran dimana-mana, dan Negara seakan nihil dan menjauh.


Di tengah persoalan sosial yang kompleks, Negara makin massif memoles penindasan dengan regulasi anti rakyat. Sebut saja UU Intelejen yang menginjak Demokrasi, UU Kamnas (Keamanan Nasional), UU PKS (Penanggulangan konflik social), UU Ormas, di mana UU tersebut memiliki dampak menghambat rakyat dalam menuntut kesejahteraan. Secara umum nafas Undang-Undang tersebut memuat makna dominan untuk membatasi demokrasi ketimbang mendorong kewajiban Negara melindungi dan memberikan keamanan, termasuk melindungi Hak Asasi Manusia di Indonesia.


Negara akan lebih Demokratis jika kaum buruh berkuasa, dibanding Negara yang didirikan oleh partai elit, menggunakan Demokrasi Parlementer sebagai tameng kebebasan. Negara kaum buruh akan menciptakan basis materil bagi pelaksanaan kebebasan demokrasi. Negara kaum buruh akan meluaskan demokrasi langsung. Negara kaum buruh akan mengumpulkan massa rakyat pekerja dalam dewan buruh, sebagai peyelenggara demokrasi. Negara kaum buruh akan menjadikan pers cetak, stasion radio, televisi, dan barang public lainnya sebagai kepemilikan kolektif. Negara kaum buruh memberikan hak untuk mendirikan berbagai macam organisasi dan partai politik, termasuk oposisi sekalipun. Karena sejatinya negara kaum buruh membutuhkan demokrasi sebagai syarat berdirinya Sosialisme.



Pena: Randi panggilan sehari-hari dari teman-temanya, selain membuat berbagai macam artikel, ia juga turun dalam mengorganisir perlawanan rakyat di basis konflik, saat ini ia aktif sebagai Ketua Pembebasan (Pusat Perjuangan Mahasiswa Untuk Pembebasan Nasionan) Kolektif Sleman. Dalam piala dunia 2014 yang digelar di Berazil, kawan Randi menjagokan Jerman, sebagai Tim kesayangannya.


Referensi:
  • Pengantar marxisme.
  • Diskusi di LDN (Lingkaran Diskusi Nusantara) Setiap selasa jam : 16.00 WIB. 


Referensi Gambar:


  • https://www.facebook.com/pages/Anonymous-ART-of-Revolution/362231420471759

Tidak ada komentar:

Posting Komentar