Manuscript, Wejangan Sunan Giri dan Sunan Kalijaga, th. 1900 an.
Sebuah manuskrip, berisi Wejangan Sunan Giri Gajah kepada Istrinya dan Wejangan Sunan Kalijaga kepada Pamannya. Ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa dengan rapi, menggunakan tinta yang bersifat membakar kertasnya.
Buku langka ini didapatkan bersamaan dengan 4 buah buku manuskrip lainnya, salah satunya adalah buku Kidungan Lengkap yang sudah diunggah 'rare book'sebelumnya.
Buku langka ini didapatkan bersamaan dengan 4 buah buku manuskrip lainnya, salah satunya adalah buku Kidungan Lengkap yang sudah diunggah 'rare book'sebelumnya.
Gambar dibawah ini tulisan dihalaman 15 awal : "Punika pamejange Pangeran Giri Gajah Kadhaton, saweg jinalukan kawruh dening kang garwa, mongka matur ingkang garwa dhateng ingkang raka, kados pundi Sunan . . . . dst. ".
Maksudnya "Ini wejangannya Pangeran Giri Gajah Kadhaton, saat diminta
oleh sang istri, begini kata istri kepada suaminya, bagaimanan kanjeng
Sunan . . . dst"
". . . poma poma nyai aja sira salah tampa, aja metu ing lesan nira, gemi den nastiti, iku kawruh kang padhalan ingsun, wallahu alam. Ti"
Kalimat diatas adalah penutup wejangan Sunan Giri Gajah kepada Istrinya. Huru Ti dibelakng artinya selesai atau tamat.
Untuk sekedar diketahu bahwa Sunan Giri Gajah, putra Maulana
Ishak, adalah yang mendirikan dan Pemimpin Giri Kedhaton yang pertama,
selanjutnya digantikan dengan anaknya bergelar Sunan Giri Dalem
Tulisan pada gambar dibawah ini : "Punika
pamejang kangjeng Sunan ing Kalijaga, duk lagi apitutur dhateng kang
Paman, ing rahsaning ngujar kang patang prakara . . . dst. "
Maksudnya :"Ini wejangan kanjeng Sunan Kalijaga, saat memberi petunjuk pada Pamannya, masalah empat perkara . . . dst"
Dibawah ini cuplikan wejangannya : " . . . yen kocap Gustine tan kocap
kawulane, yen kocap kawulane tan kocap Gustine . . . dst"
Dibawah ini adalah halaman terakhir dari wejangan Sunan Kalijaga kepada Pamannya.
Selain dua wejangan yang sudah disebutkan diataas, masih ada lagi wejangan lain mengenai Sahadat, Sarengat, Tarekat, Kiblat Papat, juga Kawruh Usuludin sipat 20. Ada wejangan yang disampaikan dalam bentuk tembang/lagu dan ada yang bukan tembang. Jadi buku manuskrip ini selain digolongkan sebagai buku langka juga bisa dikelompokan sebagai buku agama, buku kebatinan jawa dan bahkan sebagai buku sastra jawa.
Sayang tidak ditemukan siapa penulis dan tahun penulisannya, namun kalau
diperhatikan dari kertasnya, tintanya dan pola tulisannya, dibandingkan
dengan buku lainya yang ditemukan bersaman dengan buku ini,
diperkirakan buku ini ditulis sekitar tahun 1900.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar