PERSATOEAN - Wikana - 16 Pebroeari 1946
Motto:
"Tidak tjoekoep hanja mendjadi seorang Revolusioner sadja, atau djadi penganoet Socialisme atau Komunisme. Jang perlu jalah ketjakapan oentoek mendapatkan mata rantai jang perloe digenggam dengan segala tenaga, agar dapat mengoeasai seloeroeh rantai dan dari sitoe bersiap menjergap ke mata rantai jang kemoedian”. (Lenin, dalam “Himpoenan boeah tangannya”)
SOAL PERSATOEAN kini sedang hangat. Sedang digemari orang, dirunding, dikupas, dipuja. Sehingga sering terlupa, bahwa persatuan itu bermacam-macam. Persatuan Perjuangan sekarang baik, perlu dan penting. Patut dibantu. Perlu dikemudi, agar dapat membawa masyarakat kita ke kesejahteraan. Hal ini nyata.
Dalam pada itu, mempropagandakannya harus hati-hati. Agar jangan timbul“overschatting” kekuatannya. Membikin perbandingan dan persamaan-pun mesti teliti. Agar Rakyat jangan jadi korban propaganda saja. Kita mesti tetap sederhanan, sewajarnya dalam menggambarkannya.
Umpama: meskipun sekarang disini ada Persatuan dan pada tahun sekian di Perancis umpamanya juga ada Persatuan, belum pasti, bahwa Persatuan kita sama dengan Persatuan di Perancis itu. Jika kita sembrono menyatakan sama, mungkin salah hitung dalam taktik. Karena itu perbandingan, atau menggambar persamaan harus hati-hati dan teliti. Agar jangan silau memandang gambar-gambar yang dengan maksud baik dibikinnya, marilah kita sepintas lalu memandang Persatuan-Persatuan yang tidak sama itu.
Di Perancis sudah pernah ada Persatuan. Untuk menghadapi bahaya Fasisme. Persatuan atas anjuran kaum Komunis itu terkenal dengan nama “Volksfront”. Volksfront berhasil merubuhkan “pemerintahan nasional” yang reaksioner. Beberapa orang dari “Volksfront” dapat memegang tampuk kekuasaan. Kemudian Persatuannya ambruk. Diantara lain sebabnya ambruk desakan kaum kanan. Diantara kaum kanan itu termasuk kaum “Radical Socialis” yang juga turut dalam “Volksfront”. Meskipun ada persamaan program, ialah menolak Fasisme, karena memang kiri dan kanan berlainan cara bekerja, berlainan cara mewujudkan program itu, berlainan pula dalam tujuan-terakhirnya. Volksfront kandas sebagai Persatuan yang diharapkan.
Di Tiongkok-pun pernah diusahakan Persatuan seperti “Volksfront” itu. Program yang paling minim, yang paling sedikit, yang bulat dapat diterima oleh segala aliran di Tiongkok, ialah singkatnya: Tiongkok Merdeka, Tiongkok Sejahtera. Mengapa Persatuan inipun kandas, padahal tentang program sudah mesti bulatnya. Karena cara mewujudkannya, cara bekerja untuk mewujudkan program itu tidak sama bagi berbagai-bagai aliran di Tiongkok itu.
Dan Persatuan di Rusia, Persatuan Proletar dan Tani, samakah ia dengan Persatuan kita? Jika yang dimaksud Persatuan itu ketika persiapan perebutan kekuasaan oleh kaum Proletar pada permulaan tahun 1917, maka menurut kupasan Lenin ialah:
“Toedjoean: meroeboehkan imperialisme di Roesia dan keloear dari peperangan imperlalis. Tenaga terutama boeat Revoloesi: kaum Proletar. Serap (Tjadangan) tenaga segera: Tani jang paling melarat. Serap tenaga jang beloem tentoe: Proletar negara tetangga. Keadaan jang mengoentoengkan: perang jang diperpandjang dan crisisnja imperialisme. Toedjoean poekoelan jang teroetama: mengasingkan kaoem bordjoeis ketjil jang coba mempengaroehi kaoem Tani dan menghentikan Revolusi dan mengadakan kompromi dengan kaoem imperialis. Rentjana penjiapan tenaga:Persatoean Proletar dan Tani melarat. Kaoem Proletar mesti menjelesaikan Revolusi Socialis dan dalam hal ini bersatoe dengan Massa jang setengah Proletar oentoek mematahkan perlawanan bordjoeis dengan keras, dan mematahkan kegontjangan Tani dan bordjoeis ketjil”. (Lenin, “Himpunan boeah tangannja”)
Terang yang dijadikan ikatan bukan maksud. Dan bukan kompromi dengan kepentingannya lain. Program tegas ditetapkan. Cara bekerja tegas pula diitentukan. Ketetapan dan ketentuan itu buka hasil kompromi. Program dan cara bekerja bukan hasil musyawarah dengan aliran lain. Tidak bersatu untuk mencari mana yang dapat dikerjakan bersama. Tetapi Persatuan ditundukkan kepada program dan cara bekerja yang sudah di tetapkan lebih dahulu. Tidak ditanya dulu oleh Proletar kepada Tani: Setuju atau tidak dengan itu? Juga tidak ditanya dulu oleh Tani kepada Proletar: Mufakat dengan itu? Tidak. Program dan cara bekerja ditetapkan dulu. Kemudian Proletar dan Tani melarat digerakkan sesuai dengan yang ditetapkan itu.
Kembali ke tanah air kita ke Persatuan kita. Program yang “minim” terdapat, hasil permufakatan, jika ada yang menyangkal dan mengatakan bahwa program itu bukan hasil tawar-menawar antara yang “bersatu”, lebih benar lagi. Setiap orang Indonesia memang ber-program demikian, juga zonder “Persatuan” kita. Teranglah sekarang, bahwa Persatuan itu perlu, tapi dasar kebulatan program tidak jadi ikatan kuat. Yang penting sekarang ialah bersatu, mencari Persatuan untuk mendapat cara bekerja yang sama, cara mewujudkan program yang sama. Lain perkataan: Yang terpenting, yang kuat sebagai ikatan: Kesatuan cara bekerja. Ini yang perlu didapat terlebih dulu.
Jangan seperti di Tiongkok atau Perancis. Dan jika cara di Rusia yang hendak dipakai, perlu ada organisasi yang “dominerend”. Yang Teguh kuat. Kekuatan ini bukan terletak terutama pada jumlah anggota, juga bukan pada azas yang tertulis. Syarat organisasi dapat bertindak seperti di Rusia, digambarkan oleh Lenin seperti berikut:
“Party Komunis hanja dapat memenoehi kewadjibannja, jika teratoer setjara centralization (dipoesatkan) sepenoeh-penoehnja, diatoer oleh disiplin besi jang mendekati disiplin militer, dan djika poesat pimpinan menoendjooekkan diri badan jang tjakap berkoeasa dengan mendapat kepertjajaan penoeh dari segenap anggota”. (Conditions of Affiliations to the Communist Internastional).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar