wawuwalik79

>

Selasa, 10 Februari 2015

Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk mengukur Pemahaman Siswa

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI PALEMBANG

A.    LATAR BELAKANG
Menurut Depdiknas (2006:346) salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Dalam menanamkan konsep-konsep matematika tidak hanya menekankan bahwa konsep itu merupakan aturan yang tidak harus dihafal, tapi perlu tahu dari mana rumus itu dikonstruksi.
Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami dan mengerti serta dapat menganalisis dengan baik unsur-unsur yang ada di dalam rumus-rumus matematika. Banyaknya rumus-rumus yang harus dikuasai oleh seorang siswa dalam mempelajari setiap cabang matematka, pada saat yang sama siswa juga harus menguasai rumus-rumus sebelumnya, sehingga tidak heran jika banyak siswa yang mengeluh ketika belajar matematika. Diantara cabang matematika yang banyak memiliki rumus-rumus yaitu Trigonometri. Oleh karena itu penanaman konsep trigonometri harus kuast sehingga tidak mudah lupa atau hilang.
Selama ini, dalam proses pembelajaran matematika yang berhubungan dengan rumus diberikan secara tertulis. Untuk penggunaanya siswa mengerjakan soal-soal latihan yang berhubungan dengan rumus yang telah diberikan. Disinilah perlu pemahaman terhadap suatu konsep yang kuat. Karena kesulitan akan dialami siswa ketika latihan soal yang diberikan agak berbeda sedikit dengan contoh dan latihan yang sudah diberikan. Hal ini menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar trigonometri dibandingkan dengan pokok bahasan yang lain. Solusi dari permasalahan ini biasanya guru hanya memberikan saran agar lebih giat berlatih mengerjakan soal, tanpa memberikan teknik-teknik yang mungkin lebih efektif dan efisien bagi siswa dalam mengingat rumus atau konsep yang sudah diberikan, serta dapat memberikan kesenangan ketika mengerjakan soal tersebut. Sehingga siswa akan lebih bersemangat untuk berlatih dan mengulang-ulang rumus-rumus dan konsep yang telah diberikan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah model/metode yang kurang tepat maka guru dituntut untuk terampil dalam memilih strategi belajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah tersebut serta harus mampu membangkitkan minat semua siswa terhadap pelajaran yang akan diajarkan oleh guru.  Salah satunya dengan pendekatan kontekstual.
Kontekstual adalah sebuah strategi pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
 Jika kontekstual dipahami dan dilaksanakan secara tepat,kontekstual memiliki potensi untuk menjadi lebih dari sekedar noktah pada layar praktik di ruang kelas.  Kontekstual merupakan jalan menuju keunggulan akademis yang dapat diikuti oleh semua siswa.  Dengan demikian kontekstualberarti memberi para siswa kesempatan untuk menemukan makna dan arti diri dalam pelajaran akademik dengan benar-benar mengaitkan pekerjaan sekolah dengan kehidupan sehari-hari dan minat mereka.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mencoba menggunakan pendekatan kontekstual dalam melatih keterampilan siswa dalam menemukan prinisip. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitian Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Mengukur Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas XI SMA DI PALEMBANG”.

B.     RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh materi trigonometri yang menggunakan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa kelas XI SMA N 2 Palembang?

C.    TUJUAN PENELITIAN
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui :
pengaruh materi trigonometri yang menggunakan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa kelas XI SMA N 2 Palembang

D.    MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi :
·   Guru, sebagai bahan masukan yang baik dalam rangka memperbaiki metode pengajaran dalam proses pembelajaran.
·   Sekolah, sebagai bahan masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika di sekolah.
·   Peneliti, sebagai tambahan informasi yang berharga dalam mengabdikan ilmu yang diperoleh.


E.     KAJIAN PUSTAKA
a.            Pengertian Pembelajaran
Briggs (1992) menjelaskan bahawa Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehinggga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. (Sugandi, dkk , 2004: 9-10).
Teori belajar mendeskripsikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
 1) Usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar.(Behavioristik)
2) Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari. (Kognitif)
 3) Memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
b.            Prinsip-prinsip pembelajaran
1)      Prinsip pembelajaran bersumber dari teori behavioristik
Pembelajaran yang dapat menimbulkan proses belajar yang baik bila:
(1) si belajar berpartisipasi secara aktif,
(2) materi disusun dalam bentuk unit-unit kecil dan diorganisir secara sistematis dan logis.
(3) tiap respon si belajar diberi balikan dan disertai penguatan.
( Hartley & Davies, 1978)
2)      Prinsip pembelajaran bersumber dari teori kognitif Reilley & Lewis (1983) menjelaskan 8 prinsip pembelajaran yang digali dari teori kognitif Bruner dan Ausuble bahwa pembelajaran akan bermakan bila:
(1) menekankan akan makna dan pemahaman,
(2) mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tetapi perlu disertai proses transfer secara lebih luas,
(3) menekankan adanya pola hubungan,
(4) menekankan pembelajaran prinsip dan konsep,


(5) menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar