POLEMIK ROESTAM EFFENDI DAN PAUL DE GROOT - CPN - 1945/1946
Tanggal 8 Mei 1945 saya baca di “De Waarheid”, bahwa CPN telah dibubarkan oleh kepemimpinan ilegal pada saat itu. Di luar perihal posisi saya di Partai, dan seperti pemimpin yang terpilih berdasarkan kongres Partai, dan perwakilan Partai di Parlemen, saya menanti pimpinan Partai meminta pendapat saya tentang likuidasi Partai. Setidaknya hal ini menuntut demokrasi di dalam Partai sendiri.
Baik menentang pembubaran atau menentang prosedur, saya mesti tetap melakukan perlawanan. Sesuai dengan pembicaraan saya saat itu dengan pimpinan “Vereniging van de Vrienden van de Waarheid”, de Groot dan Brandenburg.
Diskusi tentang hal ini ditutup dengan makian dari de Groot:
“Kau masih saja bicara tentang Partai. Percuma saja, bahkan sekarang sudah tidak ada Partai lagi!” Kemudian tanpa putus asa, saya tetap bertanya kepada de Groot apa yang mesti saya lakukan.
Di sini saya langsung mendapatkan jawabannya:
“Jangan khawatir, mungkin kau bisa ke Indonesia sebagai penerjun payung!”
Melalui jawaban yang tak masuk akal tersebut, diskusi serius dengan Kawan separtai de Groot terkesan menjadi tidak serius. Pembicaraan tersebut akhirnya tidak diteruskan! (Pembicaraan ini berlangsung tanggal 9 Mei 1945 di Keizersgra 325.)
--o--
Melalui pembicaraan di atas saya menyimpulkan bahwa kepemimpinan “Vrienden van de Waarheid” saat itu ingin mengubah haluan, yang mana saya, sebagai Komunis, tak bisa mengikutinya. Perkembangan politik “Waarheidsvrienden” selanjutnya memperkuat keyakinan saya tentang hal itu! Tanggal 13 Mei saya mulai menulis brosur. Pada pertengahan Juni 1945 saya bawa kopinya ke percetakan. Sekitar pertengahan Juli, sebelum Konferensi Amsterdam, revisi yang keduanya telah selesai.
-o-
Tanggal 22 Juni 1945 saya menulis artikel tentang Indonesia untuk harian Parool dan meminta redaksi untuk melakukan pemasangan. Saya juga bertanya kepada redaksi apakah mereka meminta harga dari saya jika ada sumbangan tulisan rutin tentang permasalahan Indonesia.
Jawaban dari redaksi ada di lampiran no. 1
Tentunya saya tidak menggunakan brosur, juga tidak menggunakan Parool sebagai platform kami untuk dapat bisa berbicara dengan pemimpin Partai. Dengan alasan sederhana, menurut rekan Partai de Groot, sudah tidak ada Partai lagi. (Pembicaraan saya tanggal 9 Mei 1945)
Lampiran no. 1
Jawaban redaksi Parool:
“HET PAROOL”
Penerbit Yayasan Het Parool N.Z. Voorburgwal 225.
Telp. 38232
Amsterdam, 2 Juli 1945
Bapak Roestam Effendi
2e Molenweg 29
Blaricum
Yang terhormat,
Sehubungan dengan jawaban surat Anda kami menginformasikan bahwa kami sudah memiliki kontak dengan sebagian besar orang Indonesia di sini. Kami juga sudah sering melakukan publikasi tentang Indonesia. Rencana ke depan kami juga akan membuka rubrik Indonesia dengan melakukan diskusi terleih dahulu dengan orang-orang Indonesia. Mungkin Anda bisa menjadi salah satu advisor bagi kami.
Menyoal tentang pemasangan artikel Anda, kami keberatan. Belanda mengenal Anda sebagai eks anggota Majelis Rendah dari CPN. Het Parool tidak bisa memuat tulisan atau surat pembaca dari eks Partai Komunis. Oleh karena itu, kami mohon maaf sebesar-besarnya bahwa artikel Anda tidak dapat kami pasang. Namun, persoalan tersebut tetap menjadi perhatian kami. Semoga dalam waktu dekat kami dapat menindaklanjutinya.
Kami sudah merekrut koresponden untuk Gooi beberapa waktu lalu. Jika Anda ingin melakukan sesuatu lebih dalam untuk kami dalam het Gooi, dan kami akan memasang harga tinggi. Mungkin Anda menghubungi inspeksi kami (Bapak F. Olthoff, Het Parool, Amsterdam). Di Naarden dan Bussum kami telah memiliki sejumlah besar pelanggan, namun di Hilversum dirasa masih kurang.
Hormat saya
(Get) Goedhart
Pemimpin redaksi
Karena tujuan saya bukan urusan pekerjaan, tapi hanya ingin memiliki kesempatan untuk menyebarluaskan dan mempropagandakan ide dan pandangan Komunis kami, maka permintaan redaksi Parool di paragraph ketiga sudah saya tolak. Sekarang yang membuat orang-orang senang adalah bahwa saya, sebagai Komunis, berusaha memaksa masuk di lingkup lain. Tindakan inilah yang digunakan orang lain sebagai senjata untuk melawan saya!!
Semua ini berlangsung sebelum tanggal 21 Juli 1945.
Tanggal 21, 22, dan 23 Juli 1945 diadakan konferensi anggota-anggota tua CPN di Amsterdam, yang sebetulnya dimaksudkan sebagai konferensi nasional “Vrienden van de Waarheid” melalui adanya aksi yang ingin merombak posisi di dalam konferensi CPN.
Saya tidak ingin menyembunyikan bahwa saya merupakan tokoh “oposisi” yang mengajukan pernyataan tajam terhadap politik oportunis likuidatoris dari pemimpin “Vrienden van de Waarheid” pada saat itu. Konferensi tersebut menjatuhkan hukuman pada politik oportunis “Waarheidsbeweging” (Pergerakan Kebenaran) dan memutuskan pendirian kembali Partai Komunis. Implikasinya, seluruh kekuatan Partai harus dikerahkan dalam pendirian Partai Komunis tersebut.
Dewan Partai dipilih sesuai kesiapan kongres Partai dan diputuskan mengikuti sistem politik yang berlaku!
Keputusan konferensi ini “digariskan” pada periode sebelum 21 Juli 1945.
Hari-hari berlalu tanpa saya menyadari adanya aktivitas dan kinerja dari para pimpinan Partai. Seolah-olah setelah konferensi, muncul kesunyian dan kevakuman dari Partai. Saya anggap ini merupakan gejala dan fenomena yang berbahaya.
Akibatnya saya harus mengirim surat kepada pemimpin Partai, yang lampirannya ada di halaman selanjutnya.
Berdasarkan surat tersebut, jelas tertulis bahwa sudah tak ada aktivitas lagi setelah tanggal 21 Juli.
(Lampiran surat saya kepada pemimpin Partai)
Blaricum, 11 Agustus 1945
Kepada Dewan Harian CPN (“De Waarheid”)
Di Amsterdam.
Dengan Hormat Kawan Partai,
Sehubungan dengan akan dibangunnya kembali Partai Komunis dan dibutuhkannya banyak tenaga dan dukungan untuk menyebarluaskan dan memperkuat Partai tersebut, saya harap Dewan Partai masih ingat bahwa saya masih sabar menunggu arahannya untuk mengerahkan kekuatan para anggota. Di samping itu, berhubung perang telah berakhir, saya yakin Partai dapat memanfaatkan momen ini untuk memulai kampanye besar-besaran dalam rangka pemilihan anggota parlemen agar terciptanya PEMERINTAHAN DEMOKRATIS yang nyata. Saya punya kesan kuat, reaksi dari rencana penggunaan parlemen Utara sebagai turunan untuk mengundurkan pemilihan normal sejauh mungkin dan sementara itu undang-undang pemilihan kita diobrak-abrik demi kepentingan partai-partai besar atau kombinasinya.
Ketika Partai dibubarkan dan saya tidak bisa mengembangkan kegiatan apapun di dalam hubungan-kepartaian, saya menulis sebuah brosur. Brosur tersebut dimaksudkan untuk bidang perbankan, normalisasi modal dan penyelewengannya, setidaknya ada batasan masukan bagi pengangguran. Dimaksudkan sebagai kebutuhan primer dalam suatu waktu dan sebagai titik tolak pembangunan kembali ekonomi dan sosial. Hal itu pada waktu yang bersamaan dapat menghasilkan platform konkrit demi sebuah kerja sama riil antara elemen “Sosialis” dan masyarakat kecil dalam melawan kaum kapitalis dan monopolis!
Tentunya brosur ini tidak ditulis dalam “bahasa Partai” yang biasa digunakan, tidak juga mengatasnamakan Partai Komunis, tapi hanya menjadi dasar tujuan bagi diskusi demokrasi yang membentuk kelompok-kelompok berorientasi “Sosialis” dan non-Sosialis (atau non-Marxis) bekerja sama dan hidup berdampingan dalam blok demokrasi (tentunya di dalam jiwa partai Rakyat demokrasi!). Saya juga percaya bahwa tidak ada pengkotak-kotakan pandangan tentang program yang kami buat bersama. Saya pun tidak setuju dengan hal itu. Karena kami punya Partai, jangan sampai brosur tersebut tersebar ke publik tanpa sepengetahuan dan persetujuan Anda semua. Judulnya adalah “QUO VADIS, NEDERLAND (Mau Kemana Belanda?)”. Ditulis tanggal 1 Juni 1945 dan langsung dicetak. Dirampungkan akhir minggu ini, supaya tak ada lagi perubahan-perubahan. Pertanyaannya adalah apakah Anda semua suka dengan brosur ini. Kalau memang perlu, saya siap untuk membakarnya, meskipun saya sudah menandatangani perjanjian pembayaran biaya percetakan. Brosur tersebut terdiri dari 52 halaman, dicetak sebanyak 3000 eksemplar. Saya juga akan mengirimkan beberapa eksemplar kepada dewan harian begitu selesai dicetak dan dalam proses penjualan, sampai Anda semua mengambil keputusan tentang hal ini!
Hormat saya
Roestam Effendi
Minggu, 19 Agustus saya harus menghadiri rapat di Gorredijk. Rapatnya sudah disosialisasikan dan dipersiapkan dari awal.
Saya berangkat dari Blaricum hari Sabtu. Di Minggu pagi saya mendapat kabar dari dewan bagian Gorredijk bahwa saya tak boleh menghadirinya.
Pengumuman ini datang dari Amsterdam, sebagai alasan yang diberikan karena Roestam dianggap berlibur di Overijsel.
Rasa kecewa dan marah saya ini menggugah Dewan Friesland. Mengapa saya baru dikabarkan.
Jika saja pemimpin Partai dari dewan Friesland sudah mengabarkan per tanggal 16 Agustus, saya pasti menunggu kabar selanjutnya. Terutama karena het Gooi letaknya lebih dekat dari Amsterdam sehingga saya tidak terburu-buru untuk pergi ke Friesland.
Sekembalinya saya dari Friesland saya mendapatkan surat dari pimpinan Partai sebagai jawaban surat saya tanggal 11 Agustus 1945.
(Lampiran)
Sekretariat CPN “De Waarheid”
Keizergracht 325, Amsterdam C
Roestam Effendi
2e Molenweg 29
Blaricum Amsterdam, 18/8/1945
Dengan Hormat,
Menurut surat Anda per tanggal 11 Agustus 1945 yang berisi:
Sehubungan dengan urusan Partai Anda, telah diputuskan oleh Biro Politik, yang sebelumnya sebuah penelitian terhadap perilaku perseorangan akan Anda bentuk bersama Partai Anda.
Selama penelitian ini, Anda tidak diharapkan berada dan bertindak di muka umum untuk Pergerakan Kebenaran ataupun untuk Partai. Kami juga menantikan sesekali dari Anda untuk menolak panggilan untuk berbicara soal ini.
Sekretaris Komisi Kontrol, Chris Smit meminta saya mengundang Anda sehubungan dengan penelitian ini, Rabu mendatang 21 Agustus, pukul 2 siang di Amsterdam, Keizergracht 325.
Menyangkut penerbitan brosur yang Anda tulis, kami akan memberikan pendapat kami secepatnya.
Sumbangan Anda untuk program dasar kami sudah kami terima dan sudah kami teruskan kepada komisi yang menyusun program dasar kami tersebut.
Hormat saya
Fr. Reuter
Sebagai seorang dewan Partai yang disiplin, saya mematuhi secara penuh keputusan Partai ini dan sejak saat itu saya sudah mengingat-ingat setiap aktivitas politik yang dilakukan. Semua permintaan untuk berbicara pun sudah saya tolak secara konsekuen.
Sekitar tanggal 21 Agustus 1945 saya melakukan pembicaraan dengan komisi-pengontrol yang diwakili oleh Chris Smit, Bisdom, dan van Laar.
Komisi mempertanyakan pekerjaan dan sikap saya selama masa penjajahan. Saya memberikan laporan tentang aktivitas saya selama masa itu antara 22 Juni 1941 sampai akhir 1943. Setelah itu, saya tidak aktif, terutama setelah kehilangan pekerja-pekerja saya.
Pekerjaan utama saya menjalankan secara langsung aksi-aksi Partai dengan sekelompok anggota Partai di Bussum. Selain itu saya juga mengorganisir dan memberikan arahan pada Onzichtbare Leger (Tentara Rahasia) dalam mengkoordinasikan sabotase administratif, ekonomi, teknis, dan militer.
Komisi, menurut pembicaraan Chris Smit dan van Laar, pada akhirnya menuduh saya sebagai provokator, karena saya telah membantu mengorganisir pihak oposisi, yang artinya “merusak Partai!”.
Di samping itu, saya masih memegang teguh rasa bangga karena saya adalah orang yang masih bertahan di komisi, yang memberikan sumbangan tentang taktik perang. Pendapat saya soal taktik perang demi Kemerdekaan Indonesia, ditentang oleh komisi di konferensi Amsterdam. Namun terlihat jelas apa yang ditentang tersebut justru malah benar.
Sebagai tuduhan terakhir terhadap saya yang dilancarkan oleh komisi, bahwa selama masa penjajahan saya bekerja sama dengan anggota-anggota Engelse Secret Service (Agen Rahasia Inggris). Jelas saya menyangkal dan menuntut pada komisi bahwa tuduhan yang berat dan terkesan melecehkan tersebut harus diperkuat bukti. Di sini saya mendapat jawaban bahwa tuduhan ini berasal dari salah satu orang kepercayaan mereka. Saya tanya pada komisi siapa orangnya. Chris Smit bilang bahwa ia tak mungkin menyebut nama, tapi dia pun akan melakukan pencarian tentang orang ini dan kebenarannya.
Setelah pembicaraan saya dengan komisi-kontrol, saya juga bicara dengan Frits Reuter sebagai sekretaris pimpinan Partai. Saya berkenalan dengannya dan saya membahas tentang tuduhan-tuduhan yang ditujukan pada saya. Jika itu adalah tuduhan seseorang, sangat perlu dibicarakan secara blak-blakan sehingga saya bisa membela diri saya di depan publik. Lalu Frits menjawab bahwa saya jangan berpandangan terlalu serius! “Kita dapat kunjungan dari anggota-anggota Intell. Serv. (Service Intelligent)” katanya menambahkan.
Saya memaksanya terus supaya masalah ini segera cepat diselesaikan, karena saya tahu persis siapa yang menyebarkan desas-desus dan pembuat tuduhan itu.
--------------------------------------------------------------------------------
(Lampiran)
Blaricum, 3 September 1945
Kepada Pimpinan Harian CPN
Keizergracht 323, Amsterdam – C
Dengan Hormat,
Sebagai seorang anggota Partai yang setia dan disiplin, tanpa menggerutu, pada waktu itu saya sudah membuat keputusan secepatnya, bahwa saya sementara tak boleh lagi bertindak di muka umum, selama pemeriksaan komisi. Meskipun saya tidak tahu apa alasan pemeriksaan ini, saya tetap bekerja sama tanpa syarat demi kesatuan Partai. Larangan muncul di publik yang dibuat oleh pimpinan saat ini yang merupakan larangan yang hanya diterapkan pada saya, dimaksudkan menekan karakter demonstratif saya. Berdasarkan interogasi saya yang dilakukan oleh komisi, setidaknya tuduhan yang ditujukan pada saya tak terbukti. Saya menantikan dengan sangat ungkapan yang jelas dari komisi!
Sementara itu, minggu demi minggu berlalu tanpa adanya keputusan baru dari pimpinan. Bagaimana soal larangan-larangan tersebut? Karena sekarang ini, kalian semua harus menaati semua hal, bahkan siap menerima apa yang sifatnya merusak Partai! Baik untuk saya maupun untuk Partai, hal ini tidak dapat dipertahankan!
Karena bagaimanapun juga, saya masih seorang fungsionaris Partai dan perwakilan di Parlemen, ditunjuk dan disetujui di Kongres Partai. Sehingga kongres yang mendatang tak perlu lagi ada yang diputuskan. Sampai saatnya saya berhenti memegang fungsi tersebut! Larangan-larangan yang diterapkan kepada saya jelas-jelas bertujuan melumpuhkan dan mematikan aktivitas politik saya. Larangannya sembarangan dan tak berdasar. Hal ini membuat saya ragu akan keadilan yang ada.
Jika ada motif-motif atas keberatan terhadap tindakan saya di dalam dan di luar Partai, adanya penyimpangan-penyimpangan politik atau hal-hal yang sifatnya merusak Partai, semestinya Partai wajib mengungkapkan kenyataannya di depan publik. Ini agar setiap anggota di dalam atau di luar publik mengetahui apa yang sebenarnya terjadi! Ini memang sedikit menuntut pemahaman tentang demokrasi. Dan saya tahu, mana yang harus saya pertahankan dan yang harusnya saya bela!Dengan menahan keputusan, sedikit banyak terlihat bahwa pimpinan ingin melumpuhkan “mulut” saya dan dengan itu sekaligus “politik” saya. Tapi saya tidak percaya ada maksud ini. Jika memang benar begitu adanya, orang pasti sibuk membicarakan!
Dalam kaitannya, saya juga sekaligus ingin menginformasikan tentang brosur saya. Seperti yang sudah saya jabarkan di surat sebelumnya, brosur tersebut tidak dimaksudkan atau tidak ada unsur program dari Partai. Brosur itu hanya sebuah sumbangan untuk diskusi umum. Berbagai cara pandang di dalam brosur tersebut juga disyaratkan secara kasar dan di luar setiap suasana Partai. Sengaja dibuat seperti itu agar tidak ada anggapan bahwa ini bagian dari program Partai atau apapun yang berbau Partai. Secara garis besar yang terkandung di dalamnya adalah anggapan bagaimana pandangan seseorang terhadap Komunisme. Saya juga banyak melihat tulisan para rekan-rekan anggota Partai di majalah dan harian! Memang cukup gila, terutama bagi kita yang sekarang ini sedang sibuk mencari jalan yang benar untuk sekedar bisa bebas berdiskusi, menerapkan setiap ungkapan dan pendapat. Kenyataannya, saya yang masih menjabat “posisi resmi” di dalam Partai, justru disebut tidak boleh berpendapat dan mempropagandakan cara pandang.
Namun, saya masih punya salinan brosurnya. Suatu ketika akan saya kirimkan kepada Anda sebagai pertimbangan. Saya melakukan ini atas dasar alasan disipliner!
Dan saya akan selalu siap untuk merusak dan membakar setiap halaman brosur tersebut jika memang perlu menurut pimpinan dan demi kepentingan kesatuan Partai. Tapi saya mohon segera diputuskan, karena permasalahan yang ada di dalam brosur tersebut sangat aktual. Nanti, jika aktualitasnya sudah hilang, baru lah bisa kita nikmati defisit ratusan gulden!
Bersama ini juga saya kirimkan beberapa, sama seperti yang dari percetakan!
Hormat saya,
Roestam Effendi
-o-
Catatan:
Surat ini tidak pernah dibalas oleh pimpinan Partai. Sementara itu ada desas-desus tentang saya di kalangan rekan-rekan anggota Partai. Diberitakan bahwa saya tidak melakukan apa-apa selama masa perang. Saya juga diberitakan bekerja sama dengan anggota tentara Inggris melakukan dinas rahasia. Dan lain-lain.
Sementara saya tidak boleh “bersuara” dan menulis, de Groot dan Wage ke rapat Partai terbuka membahas berbagai permasalahan politik.
Pertengahan September 1945 saya diundang oleh Sekretariat untuk melakukan pembicaraan.
Mengenai kembalinya Majelis tua sebagai Parlemen Utara, diundang juga Frits Reuter, atas nama pimpinan Partai untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada saya sebagai anggota Majelis Rendah.
“Sebentar lagi kita akan mendapatkan sebuah Parlemen Indonesia, agaknya kehadiran Anda di Parlemen Belanda tidak dibutuhkan lagi!” menurut Frits Reuter.
Saya telah menjelaskan pandangan saya tentang masalah ini kepada Reuter. Merupakan kesalahan fatal jika membiarkan saya ditarik keluar dari Majelis di masa anti-imperialisme seperti sekarang ini. Jika benar-benar Parlemen Indonesia jadi kenyataan, secara alami saya keluar dari Parlemen Belanda. Jika Parlemen Indonesia datang, tentunya hal itu terjadi. Peran saya akan sangat berarti dalam melakukan tekanan terhadap tuntutan bagi perwakilan Indonesia.
Setelah sekian lama berdiskusi, Reut hanya bisa bilang bahwa penarikan saya keluar dari Parlemen merupakan hasil persetujuan dari tolak ukur rekan Partai Indonesia.
Saya tidak percaya pernyataan itu, karena hal itu justru bukan tolak ukur Komunis sejati. Di samping itu, saya juga banyak mengenal pandangan teman setanah air.
Setelah itu saya mengusulkan untuk melakukan pembicaraan dengan rekan Partai dari Indonesia.
Di minggu yang sama, saya melakukan pembicaraan dengan perwakilan dari fraksi Indonesia, yang terdiri dari 5 orang.
Berdasarkan pembicaraan itu jelas terlihat, secara penuh mereka membagi pendapat saya. Bahkan menurut mereka, perwakilan Indonesia di Parlemen harus diperkuat dan diperluas.
Berdasarkan pemaparan rekan-rekan dari Indonesia, Frits Reuter menjawab:
“Oke, pendapat para Dewan Majelis sangat baik. Tak ada pengaruh apapun terhadap keputusan Biro Politik”
Dengan ini diskusi ditutup!!!
Beberapa hari setelah pembicaraan ini saya menerima surat dari Pimpinan Partai!:
CPN (“De Waarheid”)
Biro Politik Dewan Majelis
Amsterdam, 24 September 1945
Kepada rekan Roestam Effendi
Blaricum
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pembicaraan yang dilakukan antara Anda dan Frits Reuter, kami menginformasikan:
Berdasarkan hasil pembicaraan tentang kandidat untuk Parlemen Utara, Biro Politik telah menentukan bahwa Anda tidak diperkenankan untuk mengambil tempat.
Alasannya:
1. Alasan mengapa pada saat itu di Belanda, seorang perwakilan dari Rakyat Indonesia diutus oleh Partai kami untuk ke Parlemen, kini dibatalkan.
Prospeknya, bahwa dalam waktu dekat akan disusun sebuah Parlemen Indonesia sementara. Kami muncul, karena ada perwakilan-perwakilan dari Rakyat Indonesia yang diangkat. Sehingga di bawah hubungan yang sekarang ini, perwakilan Indonesia di Majelis Rendah Belanda tidak perlu dipertahankan lagi.
2. Tentunya tidak ada keberatan yang mendasar bahwa seorang Indonesia bertindak sebagai perwakilan Belanda. Tetapi Biro Politik berpendapat bahwa ini lebih baik ditempati oleh anggota Partai, yang secara umum berarti bagi Rakyat Belanda dan yang berasal dari Rakyat Belanda itu sendiri. Orang-orang berpendapat bahwa Anda, di fungsi yang sekarang, seperti yang saat ini harus diisi, tidak banyak memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. Di samping itu, kini kualifikasi tersebut lebih dibutuhkan dari pada di masa lalu. Partai diharapkan mampu memegang anggota-anggotanya secara penuh untuk dapat mengerjakan segala pekerjaannya dengan tanggung jawab dan disiplin.
Untuk alasan-alasan ini, Anda tidak lagi dianggap sebagai utusan CPN di Majelis Rendah. Biro Politik mengucapkan terima kasih atas jabatan Anda. Masih ada kesempatan selama 14 hari setelah pengabsahan undang-undang di dalam penyusunan Dewan Perwakilan yang akan diadakan Selasa mendatang. Sementara itu kami telah mengundang Anda via telegraf hari Rabu tanggal 26 untuk membicarakan keseluruhan hal, termasuk apa-apa saja yang menjadi pekerjaan kita.
Hormat saya,
P. de Groot
--------------------------------------------------------------------------------
Yang dimaksud “ucapan terima kasih” dalam tulisan tersebut terlalu dibuat-buat, kurang masuk akal. Mereka bertindak begitu absurd dan maksudnya sangat “non-marxistis”. Sedangkan setiap maksud jelas dari pimpinan biasanya mudah dikenali.
Untuk menjalankan sebuah garis politik tertentu, seluruh rintangan harus dibenahi dan dirapikan. Sebagai “golongan oposisi”, yang belum siap menyetujui politik oportunistis dari pimpinan Partai, saya juga harus bebenah. Hal itu perlu, karena orang-orang akan merendahkan dan membekukan saya akibat pengaruh politik dan otoritas saya. Larangan muncul dan bertindak di muka umum bagi saya, itulah usaha pertama mereka menuju ke arah sana.
Sementara komisi terus menerus melakukan penelitian, banyak fitnah dan kebohongan yang beredar tentang saya. Di sebuah konferensi Partai di Arnhem, yang mana Chris Smit sebagai perwakilan pemimpin. Di situ saya bilang: “KAMI, BANGSA BELANDA, TIDAK ADA HUBUNGANNYA SAMA SEKALI DENGAN KONFLIK IMPERIALISTIS DI INDONESIA!”. Seketika itu juga banyak pihak-pihak yang protes dan memutarbalikkan fakta.
Orang-orang oleh karenanya berusaha menunjukkan “penyimpangan-penyimpangan” saya. Di dalam konferensi yang sama, Chris Smit menyatakan bahwa kerabat-kerabat setanah air saya tidak mendukung pandangan saya.
Dalam sebuah tulisan dari Subdistrik Ooststellingwerf, yang berisi tentang protes terhadap larangan yang diterapkan pada saya, pimpinan menjawab:
“SEBELUM MENGUTARAKAN BERBAGAI MACAM PROTES, ADA BAIKNYA SAYA MENGINFORMASIKAN ALASAN-ALASAN MENGAPA R. EFFENDI DITERAPKAN LARANGAN BICARA DAN LARANGAN MUNCUL DI MUKA PUBLIK, YAITU KARENA BANYAKNYA KESALAHAN-KESALAHAN SERIUS YANG IA LAKUKAN. DAN DARIPADA ITU, IA TIDAK MUNGKIN LAGI KAMI IKUT SERTAKAN DALAM KEANGGOTAAN PARTAI KAMI. KESALAHAN-KESALAHAN INI MEMANG TELAH DITELITI OLEH KOMISI-KONTROL.” (± 20 Sept ’45)
Dalam pembicaraan saya dengan de Groot tanggal 13 Oktober 1945, ia menjawab pertanyaan saya, bagaimana pembicaraannya dengan komisi. Beliau hanya menjawab dengan isyarat tangan: “Sudah berakhir!”
Wagenaar menerangkan dalam sebuah rapat dewan distrik di het Gooi tanggal 30 November 1945, bahwa “kesalahan-kesalahan yang dikenakan kepada Roestam Effendi masih belum ada bukti yang konkrit.” Menurut Wagenaar, “Lebih lanjut kita harus membahas tuduhan ini, kita harus menghormati segala peringatan serta menentukan sikap kita terhadap hal itu.”
Sementara itu, saya masih dalam status hukum “larangan bicara”. Sedangkan rekan anggota Partai lain yang memiliki kesalahan-kesalahan lebih berat dan konkrit, hanya dikenai “tindakan istimewa”.
Ketika sudah jelas bahwa Majelis kembali dan tindakan saya di muka umum sudah tidak bisa lagi dihentikan, pimpinan mereka-reka “alasan” mengapa saya harus ditarik keluar dari Majelis.
Bagi orang-orang, permasalahan hubungan Belanda-Indonesia memainkan peran penting dalam kehidupan politik. Dan keluarnya saya dari parlemen pada saat itu bakal membuat kekacauan di kalangan masyarakat Belanda dan Indonesia. Untuk menjaga Partai dari kesalahan oportunis macam itu, saya mengundang pimpinan untuk menjelaskan soal ucapan terima kasih saya kepada Dewan Partai.
Awal Oktober saya melakukan pembicaraan dengan Frits Reuter membahas soal rekan De Groot yang menurutnya siapa yang melakukan kesalahan-kesalahan serius. Sebagai anggota Partai yang menjunjung tinggi kesetiaan, saya menghormati kewajiban Partai dan menjelaskan bukti-bukti kepada pimpinan, yang dituduhkan kepada saya. Penilaian materi saya serahkan sendiri kepada pimpinan Partai.
Yang membuat saya heran adalah tidak ada tindakan kepada De Groot. Dari sini saya menyimpulkan bahwa hanya saya yang ditindak dengan “undang-undang istimewa”. Ini juga terbukti dari hasil diskusi dengan Van Breukelen dan Wagenaar pada sebuah rapat dewan distrik menyoal non-aktivitas dan ilegalitas saya.
Van Breukelen ingat garis haluan dalam ilegalitas yang diberikan oleh Pimpinan, yang mana tokoh-tokoh pemimpin harus mengingat berbagai pekerjaan ilegal. Di sini Wagenaar bilang “Ini tidak berlaku bagi Roestam Effendi!”
Dalam kesempatan ini, sekali lagi saya memaksa pimpinan Partai untuk selalu bertindak teliti dengan ucapannya terhadap komisi.
Di sini saya menerima jawaban dari Frits Reuter:
“Sebagai pimpinan Partai kami tidak ada hubungannya dengan penelitian dan keputusan dari komisi-kontrol. Ia berada di atas pimpinan Partai. Sejauh yang saya dengar, tanpa bermaksud mendahului komisi, semuanya akan baik-baik saja.”
Sesuai saran dari Frits Reuter, saya meminta Chris Smit untuk berbicara, dan bertanya kepadanya bagaimana sebetulnya soal penelitian tersebut. Chris Smit menjelaskan sebagai berikut.
“Iya, kami sudah memohonkan informasi soal perilaku Anda di masa perang. Kami mendapat kesan bahwa orang-orang punya banyak simpati terhadap Anda.”
R. Effendi: “Lalu bagaimana dengan kesalahan-kesalahan soal kerjasama saya dengan anggota-anggota Intell. Service? Apa sudah diteliti?
Chris Smit: “Orang yang mengemukakan kesalahan itu, sampai saat ini belum bisa ditemukan, tapi secepatnya akan diurus, saya rasa. Kami hanya harus memiliki satu hal dari Anda. Tidak bisakah Anda membuat keterangan tertulis bahwa hubungan Anda diputus dengan Partai selama ilegalitas akibat perbuatan Exter? Kami pikir Exter dengan sengaja telah melakukan sabotase terhadap urusan Partai. Benar kan?”
R. Effendi: “Saya tidak bisa menilai hal tersebut, tetapi keterangan itu tidak akan saya gubris!”
Ketika Chris Smit merasa sudah jelas bahwa saya tidak siap mengurusi keterangan keberatan terhadap Exter tersebut, beliau berang dengan pembicaraan kami sebelum mengakhirinya. Kemudian saya tahu bahwa ungkapan “komisi” tentang kebaikan saya tidak dimanfaatkan.
Di sisi lain saya mendapat kabar bahwa Exter berada di sebuah urusan pemecatan. Tetapi tidak ada bukti keberatan yang cukup terhadapnya untuk dilakukan pemecatan tersebut.
Dalam kasus ini, penolakan saya sehubungan dengan permasalahan Exter harus dipertimbangkan!
-o-
Sehubungan dengan kenyataan bahwa sebentar lagi Tweede Kamer akan menyusun undang-undang “Dewan Perwakilan Sementara”, saya telah menghadap secretariat Partai dan mengajukan pertanyaan ekstra tegas apakah Partai sudah memisah-misahkan sesuatu yang istimewa sehubungan dengan politik negeri kami di dalam Parlemen.
Frits Reuter menjawab:
“Tidak, saya tidak mengetahui apapun! Saya rasa juga soal politik ini tidak perlu diperdebatkan!”
Sebagai anggota Partai yang disiplin, saya tidak melalaikan kewajiban menginformasikan kepada partai, pandangan yang mana yang harus dipertahankan di Parlemen. Namun diskusi ini tidak jadi.
Namun tindakan saya di Majelis saya manfaatkan untuk menyalahkan Dewan Partai untuk kasus “anarkistis-individualisme”!
-o-
Rabu, 11 Oktober 1945 saya harus menghadiri rapat dewan Partai. Rekan separtai, Brandenburg, atas nama ketua Partai mengangkat dakwaan yang dituduhkan pada saya dalam paparannya. Saya dapat membentuk pembelaan berdasarkan dakwaan tersebut.
Saya tentunya sudah mempersiapkan segalanya, namun tetap saja kurang-lebih saya dikejutkan oleh tambahan-tambahan baru dalam dakwaan tersebut.
Dakwaan dari ketua Partai dirumuskan dalam poin-poin baru berikut ini;
1. Saya melamar kerja di redaksi Het Parool, tanpa pemberitahuan kepada dan sepengetahuan Biro-Politik.
2. Saya menulis sebuah brosur tanpa pemberitahuan kepada dan sepengetahuan Biro-Politik.
3. Saya masuk ke dalam parlemen tanpa melapor terlebih dahulu ke Biro-Politik.
4. Saya membocorkan rahasia Partai kepada pihak musuh sebelum perang!
Poin ke-4 telah mengejutkan saya dan membuat saya keheranan. Saya memiliki harapan tinggi pada pimpinan Partai, tapi tentu bukan kebohongan yang memalukan semacam ini dan tuduhan kejam yang tidak berdasar. Dalam pertemuan Partai ini spekulasi orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang masalah ini, membuat saya dikenal sebagai "musuh dan mata-mata" di dalam Partai.
Karena desakan saya agar dakwaan ini dibuktikan dengan fakta dan bukti konkrit, rekan separtai de Groot mengatakan:
"Ya, menurut kami dan sumber informasi kami begini, tapi Roestam mengelak, hal yang lumrah bukan.!"
Sehubungan dengan poin pertama, mereka yang sudah membaca surat dari redaksi Parool tanggal 2 Juli 1945 dapat melihat bahwa surat itu bukan mengenai lowongan kerja di Het Parool namun mengenai tulisan saya tentang permasalahan di Indonesia. Pemberitahuan kepada Biro-Politik juga tidak mungkin ada, karena alasan yang begitu sederhana yaitu karena kejadian ini terjadi sebelum tanggal 21 Juli dan maka juga sebelum lahirnya biro-politik yang didirikan oleh C.P.N.
Menanggapi poin kedua sampai ketiga, jelaslah bahwa pimpinan Partai memutarbalikan fakta. Terkait dengan brosur saya, saya sudah berkorespondensi dengan pimpinan Partai dan meminta penilaiannya. Saya menunggu jawaban darinya sampai 11 Oktober 1945. Brosur-brosur itu tergeletak tidak dibagikan di rumah saya. Begitu pun tentang poin ketiga, pernyataannya tidak benar.
Saya harus dengan jujur menyatakan bahwa saya tidak siap bila harus melawan dengan cara yang seperti ini kalau saat ini saya tidak mempunyai barang bukti yang diperlukan, pembelaan saya pun jadi tidak koheren. Dan saya tidak mampu memenangkan diskusi di rapat dewan Partai sendirian, maka saya tidak mendapatkan kesempatan memperbaiki pernyataan-pernyataan yang salah.
Setelah pertemuan dewan Partai, saya diberitahukan hasil pembicaraan para dewan.
Bunyinya seperti ini:
1. Saya sebagai anggota dewan harus berterima kasih.
2. Di saat saya masih menjadi anggota dewan, saya berkewajiban melapor kepada pimpinan harian.
Meskipun saya tidak terkejut dengan keputusan dangkal yang menimbulkan pertanyaan penting dan prinsipil, saya meminta tanpa syarat supaya saya diperiksa di depan dewan Partai! Dengan demikian saya akan membuktikan kedisiplinan dan kesetiaan saya kepada Partai.
Saya dengan yakin memutuskan untuk menarik diri dari Parlemen karena saya percaya saya dapat melayani Rakyat Indonesia melalui ketekunan saya menghadapi urusan kalangan Buruh.
Supaya konflik di dalam Partai tidak mencuat keluar dan juga untuk menutupi politik dilentantis pemimpin Partai, saya akhirnya menarik diri dari parlemen dan juga bersiap-siap sehubungan dengan 'desas-desus' yang dikeluarkan pimpinan Partai tentang terima kasih saya.
Dalam pembelaan saya pada 10 Oktober 1945 di Parlemen Kedua saya berkata:
"........ Utusan Indonesia harus mempunyai tempat di kelompok Pembela Rakyat Indonesia. Kelompok itu terdapat di Indonesia. Hanya ke arah tersebut kita boleh menuju dengan secepat mungkin. SEGERA SESAAT INI MENJADI KENYATAAN, SAYA MENGANGGAP KEBERADAAN ORANG INDONESIA DI KABINET BELANDA TIDAK DIINGINKAN DAN BERLEBIHAN. SAYA TERBAKAR KETIDAKSABARAN, TUAN DEWAN PENGURUS KARENA SAATNYA TIDAK LAMA LAGI, SAYA MELEPASKAN MANDAT BERDASARKAN PERTIMBANGAN INI SECEPATNYA...."
( Lihat Perihal Parlemen Kedua hal.39)
Bila nanti saya tidak mau diperiksa oleh pimpinan Partai, itu bukan karena saya 'duduk santai karena gaji parlemen' seperti yang diinsinuasikan rekan-rekan Partai namun karena alasan-alasan sangat berprinsip. Karena pernyataan salah yang diberikan oleh pimpinan Partai akan memberikan pengaruh buruk pada masalah kalangan Buruh dan Rakyat Indonesia, kejatuhan ke tangan pihak oportunis akan berhasil!
-o-
Karena pernyataan mengenai pengunduran diri dari jabatan saya, pimpinan Partai memanggil saya untuk pemeriksaan di biro-politik. Panggilan tersebut terjadi pada Sabtu, 13 Oktober 1945. Masalah di Indonesia menjadi sangat akut karena penangkapan pemerintahan Soekarno! Situasi di sana tiba-tiba berubah.
Dalam pemeriksaan ini anggota biro-politik berikut hadir: Rekan Separtai S. De Groot, G. Wagenaar, Baruch. Annie Klein. Borst dan Mans.
Pembicaraan berikut antara saya dan de Groot terjadi:
De Groot: .....Kau sekarang tidak memiliki pemasukan,bukan?
R. Effendi: .......Tidak ada, tentu tidak ada. Parlemen tidak mengirimkan apapun.
De Groot: ........."Kami juga berpikir demikian. Maka kami punya sesuatu untukmu. Kau harus tetap hidup. Kami pikir baiklah bila kau bekerja di redaksi "De Waarheid". Kau bisa menulis di rubrik Indonesia. Bagaimana menurutmu?
R. Effendi: .... "Bagus.!"
De Groot: ......."Berapa kira-kira yang kamu butuhkan?"
R.Effendi: ..... "????
De Groot: ......"Kau harus tetap hidup, sama seperti yang lain. Maka kau harus punya pemasukkan."
R.Effendi: ..... "Ya,tentu saja. Biar saya menulis beberapa artikel dulu,nanti kita lihat berapa yang harus dibayar."
De Groot: ..... " Tidak, kau hanya perlu mengatakan berapa kira-kira yang kau perlukan per bulan. Kami punya anggaran untuk itu."
R.Effendi (jengkel): "Ini berhubungan dengan politik atau pekerjaan!"
De Groot (berang): " Baiklah, bicaralah dengan Koejamans. Dia yang akan mengatur semuanya. Kita semua berharap padanya."
Baruch: ..... "Kalau kau ada waktu, kau juga bisa menulis untuk "Pendidikan dan Perjuangan". Bisakah kau menulis minggu ini?"
R. Effendi: ... "Saya akan mencoba. Apa yang harus saya tulis?"
Baruch: ...... " Kami perlu artikel tentang perkembangan Gerakan Nasional di Indonesia. Maukah kau menulis tentang itu?"
R. Effendi: .... " Baik, saya akan coba!"
Wagenaar: ...... " Kau akan menjadi propagandis di pertemuan Partai lagi."
R. Effendi: ..... " Ya, tapi bagaimana dengan pemeriksaan komisi dan panggilannya?"
De Groot: ...... ( Dengan tangan menunjuk) " Sudah selesai!"
-o-
Sehubungan dengan debat yang terjadi di parlemen tentang Indonesia tanggal 16 Oktober '45 kami membicarakan pandangan Partai menyikapi konflik yang saya perjuangkan di parlemen. Diskusi terjadi antara saya dan rekan separtai De Groot.
Dari percakapan yang berlangsung tampak bahwa pandangan kami berdiri bersebrangan. De Groot setuju dengan pandangan Schermerhorn yang sehari sebelumnya melakukan siaran radio (pada Jumat malam) dan ia membela "diskusi dengan wakil-wakil dari aliran demokrat".
De Groot berpegang teguh pada pandangan ini karena Soekarno berkolaborasi dengan dan adalah kaki tangan kaum fasis Jepang.
Saya berpendapat bahwa pemerintahan, baik dengan ataupun tanpa melihat campur tangan Soekarno, harus dipaksa supaya ikut serta dalam pemerintahan Soekarno karena Soekarno kebetulan adalah seseorang yang berkarakter. Pemerintahan Soekarno bagaimanapun meyakinkan seluruh gerakan nasional yang sebelumnya berhaluan kanan menjadi kiri.
Saat saya menyebutkan nama-nama anggota kabinet satu per satu dan memutuskan bahwa mereka terkait dengan elemen-elemen haluan kiri, rekan separtai De Groot mengatakan bahwa mereka adalah kaki tangan kaum imperialis Inggris. Pendukung kaum Buruh Australia adalah rekan-rekan kami. Sardjono duduk dan tidak mengatakan apapun pada De Groot. Berdasarkan pemikiran ini dukungan terus menerus dari kaum Buruh Australia berarti tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah bantuan kaum imperialis Australia dan Amerika, bantuan yang menggoda pasar Indonesia. Kemudian De Groot menjelaskan bahwa akan sulit bagi kami sebagai kaum Komunis untuk mendukung pemerintahan Soekarno, kami tidak ingin mempermalukan diri di hadapan Rakyat karena de Groot berkata: "Pemerintahan Soekarno adalah pemerintahan merakyat!"
Menjawab langsung pertanyaan saya, siapa yang dimaksud de Groot dengan pendukung aliran demokrat, de Groot berkata: Pendukung perserikatan Petani dan organisasi-organisasi perserikatan dsb!"
Ketika semua menjadi jelas buat saya bahwa De Groot tidak dapat memahami pandangan Marxis-Leninis yang tepat dalam konflik ini dan sebagai seorang yang oportunis berjalan di belakang reaksi politik, saya berhenti berdiskusi dan memutuskan membela pandangan Komunis yang nyata di parlemen!
-o-
Senin, 15 Oktober 1945 saya mendapatkan telegraf undangan dari rekan separtai Wagenaar untuk sebuah perbincangan di Pronsegracht di Den Haag. Saat saya tiba pada hari Selasa, 16 Oktober di tempat dan waktu yang dijanjikan, Wagenaar tidak ada. Hari itu juga saya menerima pesan telefon dari Amsterdan dengan penjelasan untuk saya.
Rabu siang rekan separtai, Verhey, menyerahkan surat dari pimpinan Partai yang berisi:
_____________________________________________________________
C.P.N. De Waarheid.
Keizergracht 323.
Amsterdam- C. 17 Oktober ‘45
Kepada Rekan Separtai, Roestam Effendi.
Pengurus Partai berpendapat bahwa penjelasan anda mengenai uraian berikut diperlukan:
Pandangan kami dalam diskusi dengan anda tetap dipertahankan. Kami berpendapat bahwa pemerintahan harus dituntut secara cepat menjalin hubungan dengan wakil aliran demokrat di tengah Rakyat Indonesia.
Tuntutan untuk melaksanakan kerja sama dengan pemerintahan Soekarno berarti bahwa pemerintah berharap akan muncul reaksi, dapat mengisolasi kami, namun dapat juga berati bahwa kami menyetujui semboyan pemerintah Soekarno "Indonesia merdeka dari Belanda sekarang".
Maka karena itu sangat penting bahwa tuntutan ini tidak dilaksanakan namun hubungan dengan kelompok demokrat Rakyat Indonesia tetap terjaga.
Untuk pertanyaan siapakah kaum demokrat Indonesia kami menjawab: Itu harus ditentukan sendiri oleh Rakyat Indonesia.
Dengan ini kami mengajukan supaya pemerintah memberikan persetujuan kepada P.I, untuk mengirimkan delegasi ke Indonesia yang dapat bertugas menjadi penghubung kerja sama. Kami juga ingin memberitahukan bahwa Logeman akhirnya menyepakati untuk memperbaharui hak-hak kenegaraan. Menurut kami hal itu berkaitan dengan pembaharuan ekonomi sesuai dengan orde yang semestinya. Akan sangat berguna, untuk mempertanyakan konsesi apa yang diberikan pemerintah Belanda pada Inggris. Pertanyaan berikutnya: Benarkah industri karet, teeh,dsb digunakan untuk meminjam uang misalnya pada Chase National Bank? Benarkah bahwa pemerintah Belanda bertanggung jawab atas kesamaan valuta antara Inggris Indonesia dengan menjadikan Singapura pusat perdagangan produk-produk Indonesia?
Salam Partai.
C.P.N de Waarheid.
G. Wagenaar.
Sebagai seorang Komunis, saya tidak bisa mengerti pandangan-pandang itu. Pandangan tersebut hanyalah konkritisasi dan penekanan pada pandangan de Groot saat diskusi perbincangan kami. Hal ini tidak hanya berarti bahwa kami mendukung politik reaksi pemerintahan Schermerhorn yang berkamuflase namun juga berati bahwa kami mengasingkan Rakyat Indonesia. Pedoman ini hanya akan kembali membangunkan kelompok anti-Belanda di antara Rakyat Indonesia.
Rabu, 17 Oktober 1945 saya mengajukan alasan saya di hadapan parlemen dan memperlihatkan manuver reaksionaris. Pandangan saya secara prinsipil berbeda dari pandangan kaum oportunis di pimpinan Partai. Sebagai seorang Komunis saya terpaksa menghentikan perlawanan terhadap oportunisme dalam Partai dan mengedepankan formalisme demi kepentingan Partai.
Sehubungan dengan yang telah terjadi, saya menulis surat berikut ini untuk pimpinan Partai.
_____________________________________________________________
Kepada Pimpinan Partai C.P.N di tempat.
Rabu, 18 Oktober 1945
Keizergracht 323.
Amsterdam.
Dengan Hormat,
Untuk menanggapi surat anda tertanggal 17 Oktober 1945 yang di mana tertera pedoman penjelasan tentang pandangan C.P.N terkait permasalahan Indonesia sehubungan dengan perkembangan Indonesia saat ini, dengan ini saya menyatakan bahwa pandangan saya, seperti sudah dikatakan di parlemen kemarin, berbeda dengan pedoman ini.
Menurut saya pandangan ini adalah satu-satunya pandangan Marxistis C.P.N terkait dengan Indonesia.
Bila pemimpin Partai beranggapan berbeda maka saya menilai bahwa permasalahan ini harus didiskusikan lebih lanjut dan saya berpendapat bahwa pimpinan tertinggi Partai ini yang harus membuat keputusan. (Kongres)
Saya menyatakan bahwa saya meyakini bahwa melalui pandangan saya terlihatlah Partai mana yang memikirkan permasalahan Indonesia. Mungkin hal ini dapat menjadi alasan bagi pimpinan Partai supaya kongres, melihat saat ini adalah masa-masa Belanda dan Indonesia masih berhubungan, dipercepat.
Dengan Hormat Partai,
Rekan Separtai R.Effendi.
_____________________________________________________________
Anggapan saya tepat, terlihat dari tujuan baik yang terdapat dalam tuntutan saya dan berkaitan dengan Indonesia dan juga anggota Partai Indonesia di luar negeri. Dari segi formalitas saya terlihat "indisiplin", namun pada kenyataannya saya yang menyelamatkan 'wajah Partai' di dunia luar. Setelah penyelamatan ini para pemimpin benar-benar melanjutkan konsekuensi pihak oportunis. Mereka tidak mau menerima konsekuensi dari pandangan marxistis kami. Mereka menghindar dari Rakyat dan aksi-aksi Rakyat. Di Indonesia pelaksanaan politik Lenin kami secara terang-terangan disabotase dan dicegah!
Hukum tidak diakui supaya pandangan saya dilawan dan tidak dianggap oleh anggota Partai yang lain. Pertemuan di Bussum, di sana juga saya akan membicarakan permasalahan Indonesia, secara tiba-tiba dilarang oleh pimpinan. (Hidup demokrasi dalam Partai!!!)
Jika pandangan saya kurang marxistis pimpinan akan menentang. Rekan-rekan Partai akan tau siapa yang setuju dengan hal ini: pimpinan atau rekan separtai, Effendi.
Hal ini tidak benar-benar terjadi. Saya ‘dicegah’ dengan cara non demokratis dan otoriter. Semua insinuasi dan metode perlawanan kekanak-kanakan mereka lakukan.
Dalam sebuah konferensi distrik di Utrecht Christ Smit menceritakan, ia adalah wakil pimpinan di tempat, bahwa pidato Effendi di parlemen disusun oleh De Groot dan Effendi hanya membaca saja ketika itu. "Rekan separtai, Effendi, tidak tahu apa-apa tentang politik!" Wagenaar berkata dalam pertemuan distrik di Hilversum bahwa Effendi seakan tampak membela pandangan pimpinan Partai."
Apakah Wagenaar secara sadar menyamarkan perbedaan prinsip antara pandangan pimpinan dan pandangan Effendi atau ia sesungguhnya sangat kekurangan pengalaman dalam berpolitik sehingga ia tidak bisa memisahkan perbedaan prinsip tersebut!!!
-o-
Seseorang tidak harus menjadi seorang politikus untuk memahami bahwa pengunduran saya dari anggota parlemen saat permasalahan Indonesia memasuki stadium akut seperti ini dan hubungan antara Belanda-Indonesia menjadi kurang baik, mengakibatkan kerugian dalam urusan kaum Buruh di Belanda dan Indonesia. Seluruh anggota Partai dan Buruh yang berkondisi baik menyadari itu.
Saya pun tidak mengharapkan hal lain selain pimpinan Partai mendapatkan informasi yang tepat dan mempergunakan pengunduran diri saya dari parlemen dengan baik.
Tapi tidak, oportunisme harus dan akan menang! Pimpinan terburu-buru. Wagenaar pun harus mengunjungi saya saat saya sakit dan memaksa saya untuk berterima kasih.
Terhadap politik ambisius seperti ini, politik dilentantisme saya harus membentuk perlawanan yang tajam.
Tanggal 3 Nopember saya mengirimkan ini kepada pimpinan Partai:
(Lampiran)
Blaricum, 3 November 1945
Kepada dewan Partai C.P.N (De Waarheid)
Keizergracht 323.
Amsterdam. C.
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan perkembangan Indonesia saat ini, saya ingin memberikan pendapat saya mengenai permintaan supaya kursi saya di parlemen diberikan kembali pada Partai berikut ini:
Menurut keputusan tiba-tiba dari dewan Partai, yang saat ini saya percaya disebabkan oleh kondisi saat itu, saya menganggap bahwa dengan berkembangnya gerakan pemuda dalam menanggapi kejadian yang berhubungan dengan masalah di Indonesia, pengunduran diri saya dari instansi terpenting dari sistem demokratis negara di masa kritis seperti saat ini adalah bukti kekurangan dalam politik dan akan mengakibatkan kebingungan untuk kaum Buruh Belanda dan Indonesia. Karena Partai kami bertahun-tahun memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Wujud nyata perjuangan yang perkembangannya dan perjalanannya berubah, tidak mengurangi tujuan perjuangan ini. Pencapaian tujuan adalah faktor krusial yang menjadi sangat penting dan menjadi tuntutan, yang saat ini diupayakan seorang Rakyat Indonesia yang menjadi wakil Rakyat Indoneisa di Parlemen Belanda (sesuai dengan permintaan Rakyat Belanda) supaya dianggap. Poin prinsipil dan kardinal ini menghentikan saya dari tugas saya, yaitu untuk menyuarakan argumen-argumen yang tersisa.
Berdasarkan pertimbangan yang sudah disebutkan di atas saya meminta agar saya tidak lagi bertanggung jawab atas kaum Buruh Belanda dan Rakyat Indonesia dan kemudian mundur dari parlemen supaya saya saat ini berterima kasih bukan sebagai anggota parlemen.
Sepintas teringat bahwa poin kedua dari alasan pimpinan tidak jelas dan tidak masuk akal mengingat saya orang Indonesia pertama yang lahir di tengah Rakyat Belanda yang harus dilihat. Sehubungan dengan penilaian terhadap sikap saya saat masa penahanan, saya menganggap diri saya sebagai anggota Partai yang tidak patuh pada Partai, yaitu saat Kongres.
Sembari menunggu putusan, saya tetap pada posisi saya sebagai anggota parlemen yang mementingkan kepentingan Rakyat Indonesia dan Belanda. Dengan ini saya menganggap diskusi tentang pengunduran diri saya dari parlemen ditunda sampai saat Kongres.
Salam Partai.
Jawaban atas surat saya yang tertanggal 3 November 1945 adalah pemberhentian sementara dan pemberhentian itu dipublikasikan dalam "De Waarheid" tanggal 27 November 1945 tanpa sepengetahuan pengurus bagian Laren-Blaricum, juga di distrik Gooi.
Alasan keputusan itu tidak perlu saya pikirkan. Tanggal 29 November 1945 saya mendapatkan epistel berikut dari pimpinan Partai:
_____________________________________________________________
Amsterdam 24 November 1945
Roestam Effendi.
2e Molenweg 29.
Laren- N.H.
Rekan Separtai, Roestam Effendi
Dengan ini kami memberitahukan keputusan dewan Partai tanggal 22 November 1945, yaitu bahwa anda mulai saat ini diberhentikan dari segala urusan Partai.
Salam Partai,
Sekretaris
A.Verhey
Blaricum, 5 Desember 1945
Kepada Pimpinan Partai C.P.N. (“De waarheid”)
Keisergracht 323.
Amsterdam-C.
Rekan separtai yang terhormat,
Berkaitan dengan surat keputusan pada tanggal 24 November 1945 mengenai skorsing yang diberlakukan oleh dewan Partai sementara terhadap saya, yang alasan rinci terkait hal tersebut harus saya dapatkan dari surat kabar, maka bersamaan dengan surat ini saya akan memberitahukan hal-hal berikut:
Berdasarkan skorsing dan akibat-akibat yang kemudian muncul karenanya, saya menyatakan bahwa:
1.Bukan saya melainkan kalian sendiri yang dengan sengaja telah membawa krisis internal di dalam CPN ke permukaan melalui publikasi di surat kabar “De Waarheid” dan koran-koran lainnya. Sebuah krisis politik yang sampai sekarang tidak tersebar keluar karena pengendalian diri dan kedisiplinan saya terhadap Partai.
2. Tindakan politik yang salah langkah tersebut dilakukan pada saat Rakyat Indonesia berjuang hidup dan mati untuk Kemerdekaannya. Tindakan itu tidak lain telah mengindikasikan adanya pengkhianatan terhadap aliansi diantara Rakyat Indonesia dan kaum Buruh Belanda ditengah-tengah perjuangan anti-imperialis melawan musuh bersama.
3. Pada hakikatnya, skorsing tersebut tidak lain sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian seluruh Partai dari isu-isu politik penting, yang khususnya sedang dihadapi oleh kaum Buruh Belanda dan Partai.
4. Kegagalan politik yang baru dari kepemimpinan Partai sementara ini timbul dari konsepsi oportunistis yang sama, yang pada waktu itu telah menyebabkan ketidakdemokratisan dan likuidasi yang otoriter di CPN.
5. Alasan dari skorsing tersebut merupakan hasil dari pencacatan dan pemutarbalikan fakta yang dilakukan secara halus sehingga membuat saya merasa marah dan tersinggung. Pada waktu yang bersamaan, pemimpin yang sekarang sedang berkuasa membuat hal tersebut menarik bagi kaum burjuis, sebuah metode yang harus diprotes keras oleh setiap Komunis.
6. Alasan skorsing yang dipublikasikan merupakan sebuah insinuasi yang sengaja dilansirkan. Pimpinan Partai tahu dan harus tahu bahwa ada banyak anggota Partai dan non-Partai yang dapat menyangkal insinuasi tersebut dengan bukti-bukti konkrit.
7. Kepemimpinan Partai saat ini sedang melaksanakan formalisme hingga setinggi-tingginya dan mempermalukan Sentralisme-Demokrasi kita.
Tidak lama setelah skorsing tersebut, muncul penolakan dari anggota-anggota Partai sebagai bentuk protes menentang tindakan yang diambil oleh pimpinan mereka. Maka jelas bagi saya bahwa ada perpecahan di dalam Partai mengenai "konflik Roestam Effendi". Akibatnya, hanya reaksi tertentulah yang akan diterima dan kemudian disalahgunakan oleh elemen-elemen musuh untuk menjatuhkan Partai. Oleh karena itu, saya sampai pada kesimpulan bahwa perpecahan dalam Partai harus dicegah, dan bahwa semua upaya harus dikerahkan untuk mempertahankan kesatuan dan homogenitas Partai. Saya yakin bahwa perhatian dari seluruh Partai sekarang terarah kepada kongres penting, dan berkonsentrasi pada permasalahan mendesak yang dewasa ini diperjuangkan oleh kaum Buruh.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka saya menghormati kepentingan Partai dan sepenuhnya patuh terhadap kebijakan Partai, walaupun mereka dengan mengatasnamakan tugas telah merugikan dan menyalahgunakan wewenang mereka terhadap saya dan memanfaatkan situasi dari konflik internal ini untuk mendapatkan reaksi dari elemen musuh. Selama saya menunggu hasil keputusan dari kongres selanjutnya yang merupakan otoritas tertinggi di Partai, saya mengundurkan diri dari seluruh tugas dan tanggung jawab dalam kepemimpinan Partai di Majelis Rendah. Saya akan tetap sepenuhnya mempertahankan pandangan dan pendapat saya mengenai permasalahan perwakilan Indonesia di parlemen, termasuk semua perbedaan pendapat politik tentang “kasus Roestam Effendi” yang telah mengkristalisasi. Saya akan selalu melindungi hak dari permasalahan ini dan meminta kejelasan dari Partai.
Sehubungan dengan penarikan saya dari parlemen, saya menuntut sebuah kepemimpinan yang memenuhi elemen-elemen persyaratan dari demokrasi sentral, dan saya menginginkan publikasi dari pernyataan saya demi kepentingan dan kesatuan dalam semua organ Partai.
Pernyataan Roestam Effendi
Sehubungan dengan skorsing yang dilakukan dewan Partai menjelang Kongres CPN, yang tentunya termasuk ke dalam masalah politik paling penting disaat permasalahan politik di Belanda dan Indonesia berada pada kondisi yang paling akut, maka saya memiliki pandangan bahwa penyebaran krisis internal Partai, dalam situasi saat ini bukan merupakan suatu hal penting dalam perjuangan kaum Buruh Belanda dan Indonesia, melainkan kita harus tetap mempertahankan keutuhan Partai di segala situasi. Hal ini bertujuan agar reaksi dari konflik politik internal ini tidak disalahgunakan untuk merugikan kredibilitas Partai. Saat ini, seluruh Partai harus berkonsentrasi penuh terhadap isu-isu prinsipal politik, seperti pertentangan Klas di Belanda, dan bukan pada kesulitan organisasi dan formalistik sekunder, hal tersebut memang patut dipertimbangkan dan patut dilakukan untuk kepentingan Partai. Saya sepenuhnya tunduk kepada kebijakan Partai dan oleh karena itu saya akan mengundurkan diri dari parlemen.
Kepatuhan saya pada kebijakan Partai terjadi hanya karena pertimbangan kepentingan Partai, sama sekali bukan untuk mengimplikasikan bahwa saya longgar atas tuduhan dan menerima pendeskreditan yang pimpinan Partai gunakan untuk melakukan skorsing terhadap saya! Saya berhak sepenuhnya mempertahankan pandangan dan pendapat saya untuk membawa konflik Partai saat ini ke depan kongres dan tetap membela atas dasar Sentralisme-Demokrasi kita.
Bersamaan dengan ini saya sekaligus berharap pada semua rekan-rekan Partai untuk tidak memimpin berdasarkan simpati atau non-simpati pribadi. Meskipun terdapat semua kesulitan dalam Partai, kita harus tetap memiliki kesetiaan mutlak, disiplin, dan tetap mengabdi kepada Partai.
"Konflik Roestam Effendi" bagaimanapun juga tidak boleh melumpuhkan kredibilitas Partai. Konflik ini hanya merupakan satu segi krisis internal nyata yang pada akhirnya dalam kongres Partai harus diputuskan.”
Jika pimpinan Partai tidak siap untuk mempublikasikan pernyataan ini kepada semua organ-organ Partai sebelum 15 Desember 1945, termasuk "De Waarheid", maka dia kehilangan hak untuk berbicara Sentralisme-Demokrasi dalam Partai dan juga tidak berhak menuduh saya serta rekan-rekan lain dari fraksi bentukan. Konsekuensi lebih lanjut dari ini ada sepenuhnya pada pertanggungjawabannya!
Salam hormat.
*************************************************************
RAPAT KE-17 -- 22 JANUARI 1946
Berkas-berkas masuk
RAPAT KE-17
SELASA, 22 JANUARI 1946
(Diadakan sekitar jam 1 siang.)
-------------------------------------------------------------------------------
Berkas masuk: 1. Berita anggota; 2. Surat-surat resmi, info pemberhentian anggota Majelis R. Effendi dan L. J. C. Beaufort; 3 dan 4. Surat-surat resmi pemerintah; 5. Undangan; 6. Buku-buku, -- Laporan keluar membahas rancangan undang-undang. -- Perpanjangan jangka bagi keluarnya laporan. -- Pengumuman keputusan Divisi Sentral. -- Penentuan waktu rapat/pembicaraan. -- Adopsi rancangan undang-undang. -- Kelanjutan pembahasan Nota tentang sejumlah titik kebijakan Pemerintah. -- Penyerahan, penanganan, dan penarikan mosi keteraturan Burger cs perihal restitusi selama masa pendudukan karena sikap perlawanan mereka diberhentikan para pejabat.
--------------------------------------------------------------------------------
Ketua: Bapak Schaik
Saat ini, bersama Ketua, 69 anggota mengetahui:
Bapak-bapak yang terhormat Droesen, Ijsselmuiden, Tilanus, Smeenk, Smallenbroek, Tjalma, Schouten, Algera, Zwijnenberg, Nyonya Tendeloo, Bapak de Wilde, Nyonya de Vries-Bruins, Bapak IJzerman, van den Born, Deckers, Rutgers van Rozenburg, Ploeg, Sweens, van Dijken, Wendelaar, de Kort, Ebels, Goedhart, Bierema, Donker, Terpstra, Roosjen, Baas, Hofstra, Duymaer van Twist, Amelink, van Poll, van den Heuvel, Schilthuis, van Velthoven, Vermeer, Ibu de Vink, Bapak Palar, de Ruiter, van der Weijden, Stumpel, Stokvis, Loerakker, Kortenhorst, Heertjes, Bajetto, Joekes, Meijenrink,van der Goes van Naters, van Sleen, Diepenhorst, Nyonya Muda Wittewaall van Stoetwegen, Bapak Ruijs de Beerenbrouck, Jongen, Bachg, le Poole, van der Brug, Wijkamp, van Lienden, Zandt, Burger, Krol, van Kuilenburg, ten Hagen, Mes, Krijger, Weitkamp, Kievit,
Dan Bapak-bapak yang terhormat Perdana Menteri dan Bapak Menteri Urusan Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Pendidikan, Menteri Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Industri, Menteri Pertanian, Perikanan, dan Pangan, dan Menteri Sosial.
Ketua: Saya mengumumkan kepada Majelis berkas-berkas masuk:
1. Laporan anggota yang berhalangan hadir:
Bapak van Beehove, dikarenakan sakit;
Bapak Bijlsma, sama seperti minggu lalu, minggu ini, dan minggu depan, dikarenakan sakit;
Bapak Receveur, berlaku juga untuk beberapa hari ke depan, dikarenakan urusan lain;
Bapak Truijen, minggu ini, dikarenakan kesibukan lain;
Bapak Vlam, berlaku juga besok, dikarenakan urusan dinas;
Bapak van Kempen, mungkin berlaku juga untuk beberapa hari ke depan, dikarenakan sakit;
Bapak Schmal dan van den Brule, berlaku juga beberapa hari ke depan, dikarenakan sakit;
Bapak Andriessen, dikarenakan kondisi keluarga, berlaku beberapa hari ke depan;
Bapak van der Sluis;
Bapak Roolvink, dikarenakan urusan mendesak di tempat lain.
Demikian pesan ini disampaikan untuk pemberitahuan.
2. Surat-surat resmi berikut:
Dari Bapak R. Effendi, berbunyi:
“Blaricum, 18 Januari 1946
Kepada
Ketua Tweede Kamer, Dewan Perwakilan Rakyat
Di Den Haag
Yang terhormat Bapak Ketua!
Sehubungan dengan pemberhentian saya dari CPN (De Waarheid), saya sudah tidak dianggap sebagai perwakilan partai tersebut di Parlemen, sementara saya diharuskan melihat bobroknya keanggotaan Tweede Kamer dan menyerahkan kedudukan saya kepada CPN (De Waarheid).
Di samping itu, dalam kesempatan ini saya juga ingin berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada Anda, kantor panitera, beserta anggota-anggota Majelis lain atas apresiasi dan simpati yang telah diberikan. Terutama untuk Anda secara personal. Saya telah banyak mendapat dukungan dan kerja sama dari Anda belakangan ini! Sikap dan kepribadian Anda sebagai Ketua sekaligus pemimpin akan selalu saya ingat. Saya harap di lain kesempatan dan di lain fungsi kita dapat melakukan kerja sama yang serupa.
Hormat saya,
Rustam Effendi
Anggota Tweede Kamer”
Dari dr. L.J.C. Beaufort, berbunyi:
“Venray, 21 Januari 1946
Yang terhormat Bapak J.R.H. van Schaik
Ketua Tweede Kamer, Dewan Perwakilan Rakyat
Di Den Haag
Yang terhormat!
Menurut observasi terakhir yang dilakukan berulang-ulang oleh pihak Rektorat Gimnasium di Venray dan oleh keanggotaan Tweede Kamer, saat ini terjadicollisio officiorum (Latin: pergesekan tugas). Keadaan yang akan bertahan lama ini tidak ada yang mempertanggungjawabkannya. Karena itu tanpa saya sesali, Anda harus mengumumkan bahwa saya telah mengundurkan diri dari posisi saya sebagai anggota Tweede Kamer di Dewan Perwakilan Rakyat.
Tanpa adanya unsur paksaan dari manapun dan saya akan menghormati segala keputusan.
JC. Beaufort”
Surat-surat resmi ini akan segera diberitahukan kepada Menteri Urusan Dalam Negeri dan kepada Ketua Komisi Pencalonan/Pengangkatan untuk Dewan Perwakilan Rakyat Sementara;
3. Surat-surat resmi berikut dari Menteri Urusan Dalam Negeri:
Pertama, menurut teks pengantar per tanggal 30 November 1945 di Stockholm antara Pemerintahan Belanda dan Swedia diadakan keputusan kesepakatan perdagangan. Dilengkapi dengan dua list dan hasil pertukaran nota per tanggal yang sama;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar